Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kesimpulan

BAB IV HASIL

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Juhar Perangin Kecamatan Juhar terletak di Kabupaten Karo yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai dengan ketinggian 710-800 m diatas permukaan laut. Memiliki luas 218,56 Km 2 atau 10,27 dari total luas Kabupaten Karo dengan jumlah penduduk sebanyak 14.217 orang, yang berarti memiliki kepadatan penduduk 65,05 orang tiap Km 2 dengan 4512 rumah tangga. Kecamatan Juhar memiliki 24 Desa di dalamnya dan Desa Perangin merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Juhar, yang memiliki luas 9,62 Km 2 atau 4,36 rasio terhadap total kecamatan dengan tinggi wilayah di atas permukaan laut 750 m dengan jumlah penduduk sebanyak 1231 orang dengan 631 orang laki-laki dan 600 orang perempuan dengan fasilitas puskesmas, polindes, posyandu sebanyak 1 buah sedangkan tenaga kesehatan doter ada 2 orang dan 1 orang bidan desa Adapun batas wilayah Desa Juhar Perangin adalah • Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Juhar, Desa Pasar Baru, Desa Mbetung. • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ketawaren, Desa Buluh Pancar, Desa Lau Kidupen. • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang. • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jandi dan Desa Kidupen Profil Kecamatan Juhar, 2010. Universitas Sumatera Utara

4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini pasangan usia subur yang menetap di desa Juhar selama kurun waktu minimal satu tahun terakhir berjumlah 58 orang. Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Di Desa Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012 No Karakteristik Jumlah 1 Umur ≤ 19 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun ≥ 41 tahun 3 8 39 58 5.2 13.8 67.2 13.8 2 Jumlah anak 1-2 Orang ≥3 Orang 4 54 6,9 93,1 3 Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wirausaha 6 20 32 10.3 34.5 55.2 4 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat sekolah dasar Tamat sekolah dasar Tamat SMP Tamat SMA Tamat D1D3S-1 7 10 16 14 11 12.1 17.2 27.6 24.1 19 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan usia responden diketahui bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak 39 orang 67,2 sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia ≤ 20 tahun sebanyak 3 orang 5,2 Berdasarkan Jumlah anak diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 54 orang 93,1 sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah 1-2 orang yaitu sebanyak 4 orang 6,9. Berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa sebagian besar wirausaha yaitu sebanyak 32 orang 55,2 sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS yaitu sebanyak 6 orang 10,3. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tamat SMP yaitu sebanyak 16 orang 27,6 sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tamat sekolah dasar yaitu sebanyak 7 orang 12,1. 4.3. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria 4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi No Defini Alat Kontrasepsi Jumlah 1 Alat untuk mencegah penyakit menular seks 34 58,6 2 Alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan 12 20,7 3 Alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi 12 20,7 Total 58 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.2. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang defenisi Alat kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab alat untuk mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang 58,6 sedangkan sebagian lagi memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12 orang 20,7 4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi No Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Jumlah 1 Untuk mencegah menghindari terjadinya kehamilan 18 31 2 Untuk mempermudah kehamilan 21 36,2 3 Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak 19 32,8 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang tujuan penggunaan kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab untuk mempermudah kehamilan sebanyak 21 orang 36,2 sedangkan sebagian kecil responden menjawab untuk mencegah menghindari terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 18 orang 31 dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak sebanyak 19 orang 32,8. Universitas Sumatera Utara 4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki No Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki Jumlah 1 Implant 25 43,1 2 Kondom 15 25,9 3 Pil KB 18 31 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan responden tentang jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki yaitu sebagian besar responden menjawab implant sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan responden lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang 25,9 dan yang menjawab pil KB sebanyak 18 orang 31.

4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.5. Distribusi Frekunsi Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat Kontrasepsi No Waktu Responden Menggunakan Alat Kontrasepsi Jumlah 1 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki 25 43,1 2 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 2 orang 9 15,5 3 Apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang 24 41,4 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang waktu responden menggunakan alat kontrasepsi bahwa sebagian besar responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang 15,5 dan yang Universitas Sumatera Utara lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak 24 orang 41,4.

4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Vasektomi

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Vasektomi No Waktu Responden Menggunakan Vasektomi Jumlah 1 Apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang sebentar 11 19 2 Apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama 22 37,9 3 Tidak tahu 25 43,1 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang waktu responden menggunakan vasektomi yaitu sebagian besar responden menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang sebentar yaitu sebanyak 11 orang 19 dan yang lainnya apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama sebanyak 22 orang 37,9. 4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi No Manfaat kondom sebagai Alat Kontrasepsi Jumlah 1 Mencegah terjadinya penyakit menular seks kencing nanah, HIVAids 12 20,7 2 Mencegah terjadinya penyakit kencing manis 21 36,2 Universitas Sumatera Utara 3 Tidak tahu 25 43,1 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat kondom sebagai alat kontrasepsi yaitu sebagian besar responden menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan sebagian kecil responden menjawab mencegah terjadinya penyakit menular seks kencing nanah, HIVAids yaitu sebanyak 12 orang 20,7 dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya penyakit kencing manis sebanyak 21 orang 36,2.

4.3.7. Kategori Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang 100 dan tidak ada responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan baik.

4.4. Sikap Responden

Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan kata kata Sangat Tidak Setuju . Universitas Sumatera Utara 4.4.1. Sikap Responden Dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi NO Pernyataan Sikap Responden SS S T S S T S 1 Saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi 6 10,3 8 13,8 25 43,1 19 32,8 2 Kondom hanya akan digunakan oleh pria yang melakukan hubungan seksual diluar nikah 25 43,1 20 34,5 7 12,1 6 10,3 3 Agar bisa menghemat, kondom bisa digunakan berulang- ulang 22 37,9 25 43,1 8 13,8 3 5,2 4 Salah satu manfaat penggunaan kontrasepsi adalah meningkatka keterlibatan suami dalam keluarga berencana 2 3,4 11 19 25 43,1 20 34,5 5 Bila istri saya sangat berisiko untuk hamil, dan dia tidak bisa menggunakan alat kontrasepsi apapun, saya akan menggunakan alat kontrasepsi 2 3,4 10 17,2 31 53,4 15 25,9 6 Saya tidak mau menggunakan kontrasepsi, karena akan dilarang di dalam keluarga, agama dan adat istiadat saya 4 6,9 8 13,8 28 48,3 18 31 7 Menurut saya kondom sangat baik digunakan untuk Mencegah kehamilan 6 10,3 6 10,3 33 56,9 13 22,4 8 Jika saya di tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya 1 1,7 7 12,1 32 55,2 18 31 9 Jika ada orang yang memberikan informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi maka saya akan mendengarkannya 2 3,4 9 15,5 25 43,9 22 37,9 10 Walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi 23 39,7 25 43,1 8 13.8 2 3,4 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui bahwa terdapat 58 orang responden yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam menggunakan alat kontrasepsi pria yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS untuk tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 25 43,1 orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8 orang 13,8 yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang 10,3 lagi menyatakan sangat tidak setuju. Untuk pernyataan menurut saya kondom sangat baik digunakan untuk mencegah kehamilan terdapat sebanyak 33 orang responden 56,9 tidak setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 6 orang responden 10,3 menyatakan setuju dan sangat setuju, untuk pernyataan jika saya di tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya sebanyak 32 orang responden 55,2 menyatakan tidak setuju dan 18 orang 11 Menggunakan alat kontrasepsi akan mengurangi kepuasan dalam berhubungan seksual pada pasangan suami istri. 17 29,3 27 46,6 8 13,8 6 10,3 12 Hanya istri yang boleh menggunakan alat kontrasepsi 18 31,0 25 43,1 9 15,5 6 10,3 13 Suami yang suka berganti- ganti pasangan seksual tidak boleh menggunakan kondom 16 27,6 29 50 7 12,1 6 10,3 14 Saya hanya akan menggunakan alat kontrasepsi jika tokoh agama, tokoh adat memperbolehkannya. 17 29,3 28 48,3 6 10,3 7 12,1 15 Penggunaan kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat istiadat saya 15 25,9 28 48,3 10 17,2 5 8,6 Universitas Sumatera Utara responden 31 menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden 12,1 menyatakan setuju dan 1 orang 1,7 menyatakan sangat setuju. Untuk pernyataan walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi diperoleh sebanyak 25 orang responden 43,1 menyatakan setuju dengan pernyataan dan sebanyak 23 orang 39,7 lainnya juga yang menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 8 orang 13,8 dan 2 orang 3,4 menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju, untuk pernyataan hanya istri yang boleh menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 25 orang responden 43,1 menyatakan setuju yang di dukung oleh 18 orang responden lainnya 31 menyatakan sangat setuju sedangkan 9 orang 15,5 dan 6 orang 10,3 menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebanyak 28 orang 48,3 responden menyatakan setuju dan 17 orang 29,3 responden lainnya sangat setuju dengan pernyataan saya hanya akan menggunakan alat kontrasepsi jika tokoh agama, tokoh adat memperbolehkannya, sedangkan 6 orang 10,3 dan 7 orang 12,1 lainnya menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.Untuk pernyataan penggunaan kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat istiadat saya sebanyak 28 orang48,3 dan 15 orang 25,9 menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi terdapat 10 orang 17,2 dan 5 orang 8,6 lainnya yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut Universitas Sumatera Utara

4.4.2. Kategori Tingkat Sikap

Tabel 4.9. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi No Kategori Sikap Jumlah 1 Sedang 48 82,2 2 Kurang 10 17,2 Total 58 100,0 Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar responden atau sebanyak 48 orang 82,2 responden memiliki sikap dengan kategori sedang sedangkan sebanyak 10 orang responden 17,2 memiliki kategori sikap kurang dan tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan suatu adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang dapat mempengaruhi responden yang mencakup umur, pekerjaan , pendidikan suku.

5.1.1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat diperoleh bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 31- 40 tahun sebanyak 39 orang 67,2 sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia ≤ 20 tahun sebanyak 3 orang 5,2. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Barus 2009 yang menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam umur responden dan yang paling banyak adalah pada umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 38,67. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan oleh Kasmarita 2009 menunjukkan sebanyak 83,1 responden tidak menggunaan kontrasepsi yang 37 diantaranya berusia 34-40 tahun. Umur merupakan hal yang penting karena biasanya sasaran program pelayanan kesehatan cenderung berkaitan dengan umur. Seperti diketahui bahwa pada hakekatnya pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh semua golongan Universitas Sumatera Utara umur, tetapi ada pelayanan kesehatan tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan oleh golongan umur tertentu. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan umur dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi pria yang dikarenakan semakin tua umur responden akan membuat dirinya semakin sulit untuk diberikan informasi yang baru karena semakin tua seorang individu akan membuat dirinya merasa memiliki pengetahuan tertentu dan semakin sulit untuk dirubah perilakunya dan hal ini juga termasuk penggunaan alat kontrasepsi. 5.1.2.Jumlah anak Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 54 orang 93,1 sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah 1-2 orang yaitu sebanyak 4 orang 6,9. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Barus 2009 menunjukkan terdapat 61,3 keluarga yang memiliki anak 3 orang atau lebih, hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Riski 2010 yang menunjukkan tidak adanya pengaruh jumlah anak dengan partisipasi suami dalam ber-KB. Hal ini sejalan dengan pendapat Ricardo 2007 bahwa jumlah anak tidak menjadi pertimbangan responden dalam mengambil keputusan menerima atau menolak penggunaan kontrasepsi. Universitas Sumatera Utara Sedangkan Penelitian Mardiani 2006, menyebutkan bahwa jumlah anak memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi pria dalam ber-KB di Jawa Barat dan Jawa Timur. Hasil penelitian ini menyebutkan ada faktor-faktor budaya setempat mengenai jumlah anak terhadap partisipasi suami dalam ber-KB. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Jennings 1970, yang menyebutkan bahwa pengaruh budaya yang menempatkan jumlah anak sebagai simbol prestise dan jaminan keamanan pada usia tua mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika Menurut asumsi peneliti berdasarkan pengamatan selama penelitian bahwa sebahagian besar masyarakat didesa Perangin menganggap sebuah keluarga tidak lengkap apabila tidakada anak laki-laki dan tidak ada perempuan yang dikarenakan terdapat kepercayaan bahwa setiap anak memiliki rejekinya masing-masing. Padahal hal ini bertentangan dengan rekomendasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana yang ada di Indonesia yang memiliki program Keluarga Berencana KB yang cukup memiliki 2 orang anak dimana anak laki-laki dan perempuan sama saja.

5.1.3. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar wirausaha yaitu sebanyak 32 orang 55,2 sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS yaitu sebanyak 6 orang 10,3. Menurut Bongaart dalam Riski 2010 yang menyatakan prevalensi penggunaan kontrasepsi oleh mereka yang bekerja lebih tinggi daripada yang tidak Universitas Sumatera Utara bekerja. Penyebab utamanya adalah dorongan untuk menyelaraskan kedudukan dalam keluarga dengan tuntutan pekerjaan sehingga menumbuhkan motivasi untuk mengatur kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Hasil studi lain menunjukkan bahwa pasangan yang bekerja dan mempunyai penghasilan yang tinggi akan lebih cenderung mempraktikkan metode KB modern daripada mereka yang tidak bekerja dan memiliki penghasilan yang rendah Samosir, 1994 . Menurut peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pekerjaan dapat memberikan dorongan responden dalam menggunakan alat kontrasepsi,hal ini dikarenakan dengan suatu pekerjaan tertentu akan dapat mempengaruhi informasi yang diterima responden khusunya mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang akan berhubungan dengan pola pemikiran mengenai kebutuhan dan kecukupan didalam keluarga mereka.

5.1.4. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 16 orang 27,6 sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 7 orang 12,1. Menurut UU No 20 tahun 2003 disimpulkan tingkat pendidikan orang tua dapat dikatagorikan menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah ke atas. Bahkan Liliweri lebih memberikan pendapat yang lebih spesifik terhadap pendidikan, dimana menurut Liliweri 2007, bahwa cakupan pengetahuan atas keluasan wawasan Universitas Sumatera Utara seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi. Hasi penelitian Riski 2010 menunjukkan bahwa suami yang berpartisipasi dalam ber-KB lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang 41,2, tingkat pendidikan sedang 6 orang 35,3, dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 4 orang 23,5, akan tetapi tingginya penggunaan alat kontrasepsi ini karena permintaan istri dan rasa kasihan terhadap istri bukan karena adanya pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan. Hal ini sejalan menurut Hary A dalam Apriadi 2011 yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Keterbatasan pendidikan suami akan berpengaruh pada kemudahan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan . Menurut peneliti, mayoritas pendidikan responden yang Tammat dapat membuat responden cenderung lebih susah mendapatkan dan menerima informasi yang baru, hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang masih rendah akan membuat pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu hal masih belum banyak dan ini dapat terjadi dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pria. Universitas Sumatera Utara 5.2. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria 5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.2. mengenai definisi alat kontrasepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab alat untuk mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang 58,6 sedangkan sebagian lagi memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12 orang 20,7. Menurut BKKBN 2007 bahwa kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan BKKBN, 2007. Sedangkan menurut Prawirohardjo 2002, kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang memberikan jawaban kontrasepsi sebagai alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan yaitu sebanyak 12 orang 20,7. Hal memperlihatkan bahwa mayoritas responden belum memiliki pengetahuan dalam tingkatan tahu mengenai defeinisi alat kontrasepsi secara baik dan benar. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo 2003 bahwa apabila seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan maka dapat dikategorikan dalam tingkatan pengetahuan yang pertama yaitu kategori tahu. Menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena memang responden kurang mendapatkan informasi mengenai defenisi kontrasepsi secara baik dan benar, walaupun sebenarnya peneliti melihat sudah banyak media yang memberikan Universitas Sumatera Utara informasi mengenai alat kontrasepsi yang berupa poster, spanduk dan baliho tetapi tetap saja tidak memuat tentang defenisi alat kontrasepsi,

5.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi

Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.3. mengenai tujuan penggunaan kontrasepsi yaitu sebagian besar responden menjawab untuk mempermudah kehamilan sebanyak 21 orang 36,2 sedangkan sebagian kecil responden menjawab untuk mencegah menghindari terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 18 orang 31 dan yang lainnya menjawab untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak sebanyak 19 orang 32,8 sebagai jawaban untuk pertanyaan tujuan penggunaan kontrasepsi . Menurut Barus 2009, kontrasepsi memiliki tujuan untuk mencegah menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga dinyatakan oleh Arma 2010, tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita. Hasil penelitian ini membuat peneliti memiliki pemikiran bahwa mayoritas responden kurang tahu mengenai tujuan kontrasepsi, hal ini dapat dibuktikan dari mayoritas responden yang menyatakan tujuan kontrasepsi yaitu untuk mempermudah kehamilan sebanyak 21 orang 36,2. Mayoritas pengetahuan responden yang masih rendah ini akan dapat mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan alat kontrasepsi pria. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki

Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab implant sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan responden lainnya menjawab kondom yaitu sebanyak 15 orang 25,9 dan yang menjawab pil KB sebanyak 18 orang 31 untuk pengetahuan responden tentang waktu responden menggunakan vasektomi sebagai jawaban untuk pertanyaan jenis alat kontrasepsi untuk laki-aki . Menurut Everret dalam Arma 2010 bahwa jenis kontrasepsi pria dapat dilakukan pembagian menjadi 2 yaitu kondom dan vasektomi sedangkan menurut Manuaba 1998, jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki ada 4 yaitu kondom, vasektomi, pantang berkala, dan senggama terputus, untuk kontrasepsi wanita menurut Sari 2010 bahwa pil tablet KB dan implant termasuk kedalam kontrasepsi wanita bersama dengan susuk dan kontrasepsi mantap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menunjukkan terdapat kurangnya pengetahuan mayoritas responden mengenai jenis kontrasepsi untuk laki- laki, hal ini dapat terjadi karena memang informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi laki-laki sangat jarang bahkan tidak dilakukan terhadap laki-laki di Desa Perangin Kecamatan Juhar ini dan hal ini berbeda dengan promosi alat kontrasepsi yang diakukan kepada wanita yang lebih gencar diberikan.

5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Responden Menggunakan Alat Kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. menunjukkan sebagian besar responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak laki-laki sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan sebagian kecil responden menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 2 orang yaitu sebanyak 9 orang 15,5 dan yang lainnya menjawab apabila sebuah keluarga sudah memiliki anak 3 orang sebanyak 24 orang 41,4 sebagai jawaban untuk pertanyaan waktu responden menggunakan alat kontrasepsi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Barus 2009 yang menunjukkan sebanyak 37,3 responden menyatakan anak laki-laki memiliki nilai lebih tinggi daripada anak perempuan. Padahal BKKBN telah mempromosikan bahwa semua anak itu sama kedudukannya baik perempuan dan laki-laki, tetapi hal ini tidak berlaku di Desa Perangin Kecamatan Juhar yang masih menganggap anak laki-laki sebagai kebanggaan dan kehormatan sebuah keluarga yang dapat meneruskan marga sebagai garis keturunan. Menurut peneliti bahwa fenomena ini menunjukkan masih kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat yang ada di Desa Perangin Kecamatan Juhar membuat pengetahuan dan informasi yang datang menjadi hal yang masih belum menyambut segala informasi yang telah diberikan kepada mereka walaupun informasi yang diberikan masih kurang begitu banyak.

5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.5. mengenai manfaat kondom sebagai alat kontrasepsi menunjukkan sebagian besar responden menjawab tidak tahu sebanyak 25 orang 43,1 sedangkan sebagian kecil responden menjawab mencegah terjadinya penyakit menular seks kencing nanah, HIVAids yaitu sebanyak 12 orang 20,7 dan yang lainnya menjawab mencegah terjadinya penyakit kencing manis sebanyak 21 orang 36,2. Menurut Kasmarita 2009 bahwa penggunaan kondom memiliki manfaat yaitu dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini. Hal ini sejalan dengan pendapat Barus 2009 ,kondom dapat mencegah penularan mikroorganisme IMS dan HIVAIDS dari satu pasangan kepada pasanganlainnya. Hasil penelitian ini memperlihatkan masih banyaknya responden yang masih belum mengetahui manfaat dan kegunaan kondom sehingga tidak membingungkan jika memang penggunaan kondom masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari Data BKKBN Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 dalam Barus 2009 yang menunjukkan pengguna kondom di Sumatera Utara hanya sebanya 4,58, hasil ini semakin memperlihatkan bagaimana penggunaan kondom yang masih sangat jarang digunakan masyarakat sebagai alat kontrasepsi. Menurut peneliti yang melihat hasil penelitian ini memiliki asumsi bahwa responden masih memiliki persepsi dan pengetahuan yang sangat buruk terhadap kondom karena masih minimnya sosialisasi yang didapatkan responden mengani Universitas Sumatera Utara kondom dan manfaatnya kepada mereka dan ditambah dengan masih ada kejanggalan yang terdapat di masyarakat di Indonesia dalam mensosialisasikan kondom sebagai alat kontrasepsi yang baik.

5.2.6. Kategori Tingkatan Pengetahuan

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang 100 dan tidak ada responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2003 dalam Arma 2010 tentang pengetahuan dan motivasi suami terhadap kontrasepsi pria di Sumatera Barat , dimana pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria cenderung pada kategori kurang 48,5, hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya informasi yang didapatkan mengenai kontrasepsi pria yang dikarenakan kurang adanya komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan media massa seperti spanduk, baliho atau koran merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian besar responden bekerja sebagai wirausaha yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari Universitas Sumatera Utara sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan informasi tentang kontrasepsi pria. Padahal menurut Brunner dalam Apriadi 2012 bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2000 bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Padahal pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan, sehingga dengan pengetahuan yang masuk dalam kategori kurang ini dapat membuat responden cenderung tidak akan menggunakan alat kontrasepsi pria. Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga akses informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi pria yang masih sangat kurang, petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang penggunaan alat kontrasepsi pria dan ditambah dengan latar belakang pendidikan responden yang mayoritas berada di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi tingkatan pengetahuan responden dalam memahami penggunaan alat kontrasepsi pria, Universitas Sumatera Utara 5.3. Sikap Responden Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria 5.3.1.Sikap Responden Dalam Berpartisipasi Aktif KB Dengan Menggunakan Alat Kontrasepsi Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 25 43,1 orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8 orang 13,8 yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang 10,3 lagi menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini juga terdapat dalam hasil penelitian Arma 2010 yang menunjukkan bahwa 86,4 responden memiliki sikap yang negative dalam penggunaan alat kontrasepsi pria sedangkan hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Kasmarita 2009 yang menunjukkan sebanyak 50,8 responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan suami tidak perlu berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi. Hal dapat terjadi karena menurut Notoadmodjo 2003 dalam Apriadi 2012 bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat mempengaruhi sikapnya. Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat terjado karena responden yang masih memiliki pendidikan rendah, informasi yang kurang ditambah lagi dengan sosial budaya yang masih berlawanan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang membuat Universitas Sumatera Utara responden dalam penelitian ini cenderung memiliki respon yang kurang baik terhadap penggunaan alat kontrasepsi. 5.3.2.Sikap Responden Tentang Tawaran Penggunaan Alat Kontrasepsi. Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 32 orang responden 55,2 menyatakan tidak setuju dan 18 orang responden 31 menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden 12,1 menyatakan setuju dan 1 orang 1,7 menyatakan sangat setuju untuk pernyataan jika saya di tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan respon negative terhadap tawaran yang datang untuk menggunakan alat kontrasepsi yang memperlihatkan bahwa responden memiliki sikap yang tidak baik terhadap alat kontrasepsi. Hal ini juga terdapat pada penelitian Barus 2009 dimana 4 orang informannya menyatakan tidak mau menggunakan walaupun lingkungan disekitar telah menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Ginting 2010 yang menunjukkan bahwa 76,2 responden tidak mendapatkan dukungan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang membuat responden cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang negative yang dapat dilihat dari responden yang memiliki kecenderungan untuk bertindak untuk menolak tawaran untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai menurut Allport dalam Notoadmodjo2007 yang menjelaskan tiga komponen sikap Universitas Sumatera Utara yang salah satunya adalah kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Hal yang berbeda menurut Notoadmodjo 2003 yang menyatakan sikap responden ini termasuk kedalam tingkatan tidak menerima receiving yang dapat diartikan bahwa responden tidak mau dan memperlihatkan stimulus negatif yang diberikan objek Hasil penelitian yang didapatkan membuat peneliti memiliki asumsi bahwa responden sudah memiliki kepercayaan tertentu terhadap penggunaan alat kontrasepsi sehingga membuat responden memiliki kecenderungan untuk bertindak dan tidak menerima respon yang diberikan sebagai bentuk sikapnya terhadap stimulus yang diberikan.

5.3.3. Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah memiliki 2 anak

Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 25 orang responden 43,1 menyatakan setuju dengan pernyataan walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 23 orang 39,7 lainnya juga yang menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 8 orang 13,8 menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan walaupun sudah memiliki anak lebih dari 2 orang maka saya tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi. Menurut BKKBN 2006 dalam Riski 2010 bahwa alat kontrasepsi merupakan salah satu metode untuk mewujudkan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga Universitas Sumatera Utara yang dapat diwujudkan dengan memiliki 2 orang anak sebagai wujud membentuk keluarga bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu, BKKBN merekomendasikan setiap keluarga untuk memiliki 2 orang anak dengan cara menunda kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Akan tetapi hasil penelitian penelitian Ginting 2010 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu penggunaan alat kontrasepsi responden yang punya anak ≥ 3 orang jauh lebih banyak daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang punya anak 1-2 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang dipromosikan BKKBN belum berjalan secara baik dalam masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang negatif terhadap penggunaan alat kontrasepsi dan juga terhadap Keluarga Berencana, hal dapat dilihat dari respon yang diberikan oleh responden yang cenderung tidak sesuai dengan perwujudan Keluarga Berencana KB yang menganjurkan memiliki 2 orang anak saja dan juga menggunakan alat kontrasepsi .

5.3.4. Sikap Responden Tentang Alat Kontrasepsi Bertentangan Dengan Aturan di Agama, Adat Istiadat

Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 28 orang48,3 dan 15 orang 25,9 menyatakan setuju dan sangat setuju akan tetapi terdapat 10 orang 17,2 dan 5 orang 8,6 lainnya yang menyatakan tidak setuju dengan Universitas Sumatera Utara pernyataan penggunaan kontrasepsi bertentangan dengan aturan di agama, adat istiadat saya Alat kontrasepsi merupakan suatu program dari BKKBN yang memiliki tujuan untuk mencegah menghindari terjadinya kehamilan, pernyataan ini juga dinyatakan oleh Arma 2010, tujuan kontrasepsi yaitu untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita, akan tetapi penggunaan alat kontrasepsi ini menurut beberapa kelompok masyarakat bertentangan dengan adat istiadat dan ajaran agama mereka. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Wijayanti 2001 yang memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara adat istiadat dan agama dengan penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitan Justicia 2008 juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi sedangkan untuk agama tidak terdapat pengaruh agama terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi. Menurut hasil penelitian Kasmarita 2009 menunjukkan 83,1 responden tidak menggunakan alat kontrasepsi yang dapat disebabkan latar belakang budaya yang masih beranggapan bahwa memiliki anak dalam jumlah yang banyak merupakan suatu rezeki yang harus disyukuri dan tidak ada leluhur mereka yang meyakini bahwa perlu membatasi jumlah anak, serta pandangan agama yang tidak melarang seseorang memiliki anak yang banyak dan tidak membatasi seorang memiliki anak yang banyak. Universitas Sumatera Utara Sikap yang ditunjukkan oleh responden dalam penelitian ini merupakan sikap yang negative terhadap penggunaan alat kontrasepsi yang dikarenakan pembatasan adat istiadat dan agama, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadomodjo 2007 yang menyatakan sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Oleh karena itu, peneliti mengangap responden memiliki kecenderungan untuk merespon negatif terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

5.3.5. Kategori Sikap

Menurut hasil penelitian pada tabel 4.9. diketahui bahwa sebahagian besar responden atau sebanyak 48 orang 82,2 responden memiliki sikap dengan kategori sedang sedangkan sebanyak 10 orang responden 17,2 memiliki kategori sikap kurang dan tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dalam Arma 2010 tentang sikap suami terhadap kontrasepsi pria di Kecamatan Coblong Bandung dimana sikap suami terhadap kontrasepsi pria cenderung pada kategori negatif 34,4. Hasil penelitian yang menunjukkan sebahagian responden yang memiliki sikap sedang dan kurang dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam menentukan sikap. Universitas Sumatera Utara Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya untuk penggunaan alat kontrasepsi. Menurut Maulana 2009, sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek sehingga diketahui adanya responden yang bersikap negates bias disebabkan karena kecenderungan dan kebiasaan dari diri mereka sendiri yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi dan kondisi yang sebenarnya mereka tahu tentang kontrasepsi pria. Sedangkan menurut Kreech 2004 bahwa individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan dirinya. Ini dapat diartikan bahwa semakin seseorang mengerti dan memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat dan keuntungan dari pemakaian kontrasepsi pria, maka orang tesebut cenderung bersikap lebih positif . Menurtut peneliti tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik akan memiliki sikap yang positif, atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan kurang akan memiliki sikap yang negatif. Hal ini mengidikasikan bahwa kesadaran akan pentingnya peran suami dalam kontrasepsi pria masih kurang. Selain itu faktor lingkungan setempat yang masih menganggap keluarga berencana adalah urusan Universitas Sumatera Utara perempuan saja, sehingga bila responden yang menggunakan kontrasepsi dianggap tidak lazim yang dapat mempengaruhi responden dalam menyikapi penggunaan alat kontrasepsi. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik umur responden berusia 31- 40 tahun sebanyak 67,2 responden, suami dalam menggunakan alat kontrasepsi pria memiliki jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 93,1 responden, sebahagian besar suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria memiliki pekerjaan wirausaha sebanyak 55,2, sebahagian besar suami dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah pria yang memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 27, 6. 2. Gambaran pengetahuan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 100. 3. Sikap suami dalam penggunaan alat kontrasepsi termasuk dalam kategori tingkat sikap sedang sebanyak 82,2 dan sebahagian kecil responden termasuk dalam kategori tingkat sikap baik sebanyak 17,2

6.2. Saran