Pekerjaan Pendidikan Karakteristik Responden

Sedangkan Penelitian Mardiani 2006, menyebutkan bahwa jumlah anak memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi pria dalam ber-KB di Jawa Barat dan Jawa Timur. Hasil penelitian ini menyebutkan ada faktor-faktor budaya setempat mengenai jumlah anak terhadap partisipasi suami dalam ber-KB. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Jennings 1970, yang menyebutkan bahwa pengaruh budaya yang menempatkan jumlah anak sebagai simbol prestise dan jaminan keamanan pada usia tua mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika Menurut asumsi peneliti berdasarkan pengamatan selama penelitian bahwa sebahagian besar masyarakat didesa Perangin menganggap sebuah keluarga tidak lengkap apabila tidakada anak laki-laki dan tidak ada perempuan yang dikarenakan terdapat kepercayaan bahwa setiap anak memiliki rejekinya masing-masing. Padahal hal ini bertentangan dengan rekomendasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana yang ada di Indonesia yang memiliki program Keluarga Berencana KB yang cukup memiliki 2 orang anak dimana anak laki-laki dan perempuan sama saja.

5.1.3. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar wirausaha yaitu sebanyak 32 orang 55,2 sedangkan sebagian kecil lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS yaitu sebanyak 6 orang 10,3. Menurut Bongaart dalam Riski 2010 yang menyatakan prevalensi penggunaan kontrasepsi oleh mereka yang bekerja lebih tinggi daripada yang tidak Universitas Sumatera Utara bekerja. Penyebab utamanya adalah dorongan untuk menyelaraskan kedudukan dalam keluarga dengan tuntutan pekerjaan sehingga menumbuhkan motivasi untuk mengatur kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Hasil studi lain menunjukkan bahwa pasangan yang bekerja dan mempunyai penghasilan yang tinggi akan lebih cenderung mempraktikkan metode KB modern daripada mereka yang tidak bekerja dan memiliki penghasilan yang rendah Samosir, 1994 . Menurut peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pekerjaan dapat memberikan dorongan responden dalam menggunakan alat kontrasepsi,hal ini dikarenakan dengan suatu pekerjaan tertentu akan dapat mempengaruhi informasi yang diterima responden khusunya mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang akan berhubungan dengan pola pemikiran mengenai kebutuhan dan kecukupan didalam keluarga mereka.

5.1.4. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 16 orang 27,6 sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 7 orang 12,1. Menurut UU No 20 tahun 2003 disimpulkan tingkat pendidikan orang tua dapat dikatagorikan menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah ke atas. Bahkan Liliweri lebih memberikan pendapat yang lebih spesifik terhadap pendidikan, dimana menurut Liliweri 2007, bahwa cakupan pengetahuan atas keluasan wawasan Universitas Sumatera Utara seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi. Hasi penelitian Riski 2010 menunjukkan bahwa suami yang berpartisipasi dalam ber-KB lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang 41,2, tingkat pendidikan sedang 6 orang 35,3, dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 4 orang 23,5, akan tetapi tingginya penggunaan alat kontrasepsi ini karena permintaan istri dan rasa kasihan terhadap istri bukan karena adanya pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan. Hal ini sejalan menurut Hary A dalam Apriadi 2011 yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Keterbatasan pendidikan suami akan berpengaruh pada kemudahan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan . Menurut peneliti, mayoritas pendidikan responden yang Tammat dapat membuat responden cenderung lebih susah mendapatkan dan menerima informasi yang baru, hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang masih rendah akan membuat pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu hal masih belum banyak dan ini dapat terjadi dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pria. Universitas Sumatera Utara 5.2. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria 5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Alat Kontrasepsi Hasil penelitian yang berada dalam tabel 4.2. mengenai definisi alat kontrasepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab alat untuk mencegah penyakit menular seks sebanyak 34 orang 58,6 sedangkan sebagian lagi memberikan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan dan alat yang dipakai wanita untuk memperbaiki organ reproduksi yaitu sebanyak 12 orang 20,7. Menurut BKKBN 2007 bahwa kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan BKKBN, 2007. Sedangkan menurut Prawirohardjo 2002, kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang memberikan jawaban kontrasepsi sebagai alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan yaitu sebanyak 12 orang 20,7. Hal memperlihatkan bahwa mayoritas responden belum memiliki pengetahuan dalam tingkatan tahu mengenai defeinisi alat kontrasepsi secara baik dan benar. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo 2003 bahwa apabila seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan maka dapat dikategorikan dalam tingkatan pengetahuan yang pertama yaitu kategori tahu. Menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena memang responden kurang mendapatkan informasi mengenai defenisi kontrasepsi secara baik dan benar, walaupun sebenarnya peneliti melihat sudah banyak media yang memberikan Universitas Sumatera Utara informasi mengenai alat kontrasepsi yang berupa poster, spanduk dan baliho tetapi tetap saja tidak memuat tentang defenisi alat kontrasepsi,

5.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Penggunaan Kontrasepsi