3.9 Defenisi Operasional
3.9.1 Usia: Usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila
lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan ke bawah.
3.9.2 Kusta: Penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae
M. leprae. Diagnosis kusta ditegakkan bila dijumpai minimal salah satu dari tanda kardinal kusta.
3.9.3 Pemeriksaan bakteriologi: Pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil
pada cuping telinga dan kulit yang dicurigai yang kemudian diberi pewarnaan dengan metode Ziehl-Nielsen untuk melihat M. leprae.
3.9.4 Enzyme-linked immunosorbent assay ELISA: Suatu teknik pemeriksaan biokimiawi yang digunakan terutama pada
bidang imunologi untuk mendeteksi antibodi IgM pada sampel yang diambil dari cuping telinga dan vena mediana kubiti dengan
menggunakan kertas saring dan metode konvensional. 3.9.5 Metode konvensional:
Metode pemeriksaan ELISA dengan menggunakan sampel darah dari vena mediana kubiti kemudian dilakukan sentrifugasi untuk
mendapatkan serum selanjutnya disimpan pada suhu 0 – -20 C dan
Universitas Sumatera Utara
dikirim dengan menggunakan dry ice untuk kemudian dilakukan pemeriksaan ELISA.
3.9.6 Kertas saring: Kertas saring adalah perangkat pengambilan sampel darah yang
sekaligus sebagai media transport sampel darah dengan merk Whattman Chromathography Paper Gr.41.
3.10 Kerangka Operasional
Gambar 3. Diagram kerangka operasional penelitian Penderita kusta berdasarkan tanda kardinal
Pemeriksaan ELISA dari
sampel darah vena mediana kubiti
dengan metode konvensional
Pemeriksaan ELISA dari
sampel darah vena mediana kubiti
dengan kertas saring
Pemeriksaan ELISA dari
sampel darah kapiler cuping
telinga dengan kertas saring
Perbedaan ?
Diuji dan dianalisis secara statistik Kadar antibodi
IgM anti PGL-1 Kadar antibodi
IgM anti PGL-1 Kadar antibodi
IgM anti PGL-1 Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Universitas Sumatera Utara
3.11 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah menggunakan perangkat komputer kemudian ditabulasi dan dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi atau
grafik. Untuk mengetahui perbedaan kadar antibodi IgM anti PGL-1 dari darah kapiler cuping telinga dengan kertas saring dengan darah vena
mediana kubiti dengan kertas saring maupun metode konvensional terlebih dahulu dihitung nilai konversi kadar antibodi IgM anti PGL-1 darah kapiler
cuping telinga dengan kertas saring terhadap darah vena mediana kubiti metode konvensional dan nilai kadar antibodi IgM anti PGL-1 darah vena
mediana kubiti dengan kertas saring terhadap darah vena mediana kubiti metode konvensional karena belum ada nilai ambang cut off untuk kadar
antibodi IgM anti PGL-1 darah kapiler cuping telinga dengan kertas saring dan darah vena mediana kubiti dengan kertas saring. Nilai konversi
dihitung berdasarkan hasil analisis regresi linier. Sebelum dilakukan uji regresi linier, terlebih dahulu dilakukan uji korelasi kadar antibodi IgM anti
PGL-1 darah kapiler cuping telinga dengan kertas saring dengan darah vena mediana kubiti metode konvensional dan kadar antibodi IgM anti PGL-1
darah vena mediana kubiti dengan kertas saring dengan darah vena mediana kubiti metode konvensional dengan uji korelasi Pearson dengan nilai
kekuatan korelasi r : A. Sangat lemah : r = 0,00 – 0,199
38
B. Lemah : r = 0,20 – 0,399 C. Sedang : r = 0,40 – 0,599
Universitas Sumatera Utara
D. Kuat : r = 0,60 – 0,799 E. Sangat kuat : r = 0,80 – 1,00
Untuk menganalisis perbedaan antara kadar antibodi IgM anti PGL-1 dari konversi darah kapiler cuping telinga dengan kertas saring, konversi
darah vena mediana kubiti dengan kertas saring dan darah vena mediana kubiti metode konvensional dilakukan uji statistik menggunakan ANOVA
dengan derajat kemaknaan p 0,05 , bila data tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji Kruskal Wallis.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN