Antigen M. leprae TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2. Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi menurut WHO 1982 pada penderita kusta Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan Pausibasiler PB Multibasiler MB 1. Bercak makula mati rasa a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil b. Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral simetris c. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat d. Batas Tegas Kurang tegas e. Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan tegas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut f. Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut 2. Infiltrat a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada b. Membran mukosa Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada c. Ciri-ciri Central healing - Punched out lession - Madarosis - Ginekomasti - Hidung pelana - Suara sengau d. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada e. Deformitas Terjadi dini Biasanya asimetris dikutip dari kepustakaan no.2 sesuai aslinya

2.6 Antigen M. leprae

Unsur kimia utama dari M. leprae bersifat antigenik, tetapi M. leprae mengandung antigen yang relatif sedikit sekitar 20 yang dikenali antibodi di dalam serum pasien penderita lepra dibandingkan dengan BCG sekitar 100, dan banyak diantaranya yang bersifat antigenik lemah. Hingga tahun Universitas Sumatera Utara 1981, saat Brennan melaporkan phenolic glikolipid dan menunjukkan bahwa phenolic glikolipid bersifat spesifik pada M. leprae, semua antigen yang diidentifikasi sampai sejauh ini umumnya bereaksi-silang dengan Mycobacteria lainnya, walaupun ada sebagian kecil molekul, suatu epitope, yang spesifik pada M. leprae. Spesifisitas epitope memungkinkan tes antibodi spesifik bisa ditetapkan dengan menggunakan serum yang telah diabsorbsi dengan spesies Mycobacteria lainnya. Antigenisitas dari M. leprae didominasi oleh antigen yang mengandung karbohidrat, yang stabil secara fisik-kimia. 1,16 A. Phenolic Glicolipid PGL 1 Terdapat varian-varian kecil pada struktur ditandai dengan I, II dan III. PGL-1 mengandung suatu kelompok glikosilasi fenol dengan karakteristik trisakarida yang hanya dijumpai pada M.leprae. PGL-1 berbeda dengan PGL-2 dan PGL-3 dalam pola residu gula. Trisakarida terminal pada PGL-1 memberikan spesifisitas antigenik pada M.leprae. Trisakarida ini telah berhasil disintesis dan dapat berikatan dengan sample carrier protein yang digunakan pada seroepidemiologik pada beberapa penelitian. Antigen PGL-1 dapat menstimulasi produksi antibodi IgM. Antigen ini ditemukan pada semua jaringan yang terinfeksi dengan M. leprae dan tetap bertahan dalam waktu yang lama bahkan setelah organisme mati. Individu dengan indeks bakteri yang tinggi umumnya menunjukkan titer antibodi IgM anti PGL-1 yang tinggi. 1,16,27 Universitas Sumatera Utara Kecenderungan kadar antibodi IgM anti PGL-1 yang rendah untuk tetap positif mungkin berhubungan dengan persistensi basiler. Antigen PGL-1 itu sendiri tidak larut dalam air dan dapat menetap di jaringan dalam jangka waktu yang lama, menstimulasi respon antibodi yang rendah tanpa adanya basil yang hidup. Respon antibodi anti PGL-1 terutama pada kelas IgM mengindikasikan bahwa sifat IgM tidak tergantung oleh respon sel T terhadap antigen glikolipid ini, berbeda dengan respon IgG yang predominan terhadap antigen karbohidrat utama lipoarabinomannan LAM. 1,16,28-31 B. Lipoarabinomannan LAM Ini merupakan komponen utama dari dinding sel M. leprae; komponen ini stabil dan tidak bisa dicerna. Komponen ini bereaksi- silang dengan Mycobacteria lainnya, tetapi mengandung epitope spesifik yang dikenali oleh serum yang terabsorbsi, dan memicu antibodi IgG. C. Antigen protein 1,16 Ada banyak antigen protein pada M. leprae, di mana lima di antaranya sangat menarik perhatian karena antibodi monoklonal tikus menunjukkan bahwa antigen protein ini mengandung epitope spesifik M. leprae. Protein yang bisa larut yang diekstraksi dari M. leprae terbukti berguna meskipun bukan merupakan antigen yang sangat spesifik untuk uji kulit. Beberapa antigen protein berhasil diperbanyak Universitas Sumatera Utara dan diekspresikan pada E. coli, yang sangat membantu dalam analisa antigen tersebut.

2.7 Imunologi Kusta