kondisi spesimen setelah pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Spesimen yang dihasilkan dari hydraulic hot press berbentuk pelat tipis dengan ketebalan masing – masing 3 mm dan 5 mm dibentuk sesuai dengan ASTM D 695-02a dan ASTM D 790. Tampilan spesimen dengan variasi temperatur dan putaran dapat dilihat pada lampiran A. Masing – masing komposisi film spesimen dapat dibedakan warnanya yang berarti walaupun waktu yang diberikan pada saat pencetakan berbeda. Selanjutnya spesimen ini dilakukan uji mekanik yaitu Uji lentur dan uji tekan. Dari pengujian lentur dan tekan ini nantinya akan diketahui berapa kekuatan lentur, kekakuan, kekuatan tekan dan modulus elastisitas E spesimen. Pada sub-bab ini hasil akan dibagi menjadi dua yaitu gambar dari kondisi specimen yang telah diuji dan hasil dari pengujian serta perhitungannya.

4.1.1 kondisi spesimen setelah pengujian

Berikut ini merupakan gambar dari specimen sebelum dilakukan pengujian lentur. Gambar 4.1 Kondisi spesimen sebelum dilakukan pengujian Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kondisi spesimen yang telah diuji lentur Universitas Sumatera Utara dengan variasi putaran 25 rpm dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.2 Kondisi spesimen pada suhu 170 o C Gambar 4.3 Kondisi spesimen pada suhu 175 o C Gambar 4.4 Kondisi spesimen pada suhu 180 o C Berikut ini merupakan spesimen yang telah diuji lentur dengan variasi putaran 30 Universitas Sumatera Utara rpm gambar dibawah ini. Gambar 4.5 Kondisi spesimen pada suhu 170 o C Gambar 4.6 Kondisi spesimen pada suhu 175 o C Gambar 4.7 Kondisi spesimen pada suhu 180 o C Dari gambar 4.2 sampai dengan gambar 4.7 dapat diamati bahwa setiap specimen untuk temperatur 170 o C 175 o C dan 180 o C setelah diuji lentur mengalami patah di tengah specimen uji, patahan yang terjadi pada masing – masing putaran tidak terlihat jelas Universitas Sumatera Utara perbedaan antara putaran 25 rpm dengan 30 rpm. Dari 18 sampel memiliki bentuk patahan yang hampir sama. Berikut ini merupakan gambar dari kondisi specimen uji tekan dengan putaran 25 rpm pada temperatur 170 o C, 175 o C dan 180 o C. Gambar 4.8 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 170 o C Gambar 4.9 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 175 o C Gambar 4.10 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 180 o C Universitas Sumatera Utara Berikut ini merupakan spesimen yang telah diuji tekan dengan variasi putaran 30 rpm gambar dibawah ini. Gambar 4.11 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 170 o C Gambar 4.12 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 175 o C Gambar 4.13 Kondisi spesimen uji tekan pada suhu 180 o C Universitas Sumatera Utara Dari gambar 4.8 sampai dengan gambar 4.13 dapat diamati bahwa setiap specimen untuk temperatur 170 o C 175 o C dan 180 o C setelah diuji tekan mengalami patah di tengah specimen uji. Patahan yang terjadi pada masing – masing putaran tidak terlihat jelas perbedaan antara putaran 25 rpm dengan 30 rpm. Dari 18 sampel memiliki bentuk patahan yang hampir sama. Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil