Etiologi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

2.2 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2.2.1 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan di berbagai universitas di dunia. Menurut hasil penelitian Stephani 2006 didapatkan prevalensi terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran Universitas California di Amerika sebesar 51. Penelitian sejenis dilakukan oleh Jenny Firth 2004 pada tiga fakultas kedokteran di Inggris secara bersamaan. Penelitian yang melibatkan 318 partisipan tersebut menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakuktas kedokteran adalah 31,2. Sementara itu, tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: 1 Di Thailand, dengan 686 partisipan dari Ramathibodi Hospital University, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,4 Saipanish, 2003. 2 Di Pakistan, dengan 252 partisipan dari Ziauddin Medical University, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah 73, 66, 49, dan 47. Saqib Inam, 2003. 3 Di Arab Saudi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulghani 2008, yang dikutip dalam penelitian Lisa 2012 menyatakan bahwa prevalensi stres tertinggi dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama yaitu 74,2 dan pada tahun berikutnya prevalensinya menurun.

2.2.2 Etiologi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Mahasiswa, dalam kegiatannya, juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari Universitas Sumatera Utara harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran Heiman, 2005. Menurut Payne Hahn 2002, stress pada mahasiswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu tuntutan institusi, masalah keuangan, tuntutan sosial, tuntutan yang berasal dari diri sendiri, tuntutan keluarga, manajemen waktu, konflik budaya, masalah agama, dan tuntutan fakultas Carolin, 2010. Berbagai penyesuaian yang harus dihadapi oleh para mahasiswa dapat berhubungan juga dengan faktor personal seperti jauhnya para mahasiswa dari orang tua dan sanak saudara, pengelolaan keuangan,problem interaksi dengan teman dan lingkungan baru, serta problem-problem personal lainnya. Faktor akademik di sisi lain juga menyumbangkan potensi stres misalnya tentang perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian nilai dan problem-problem akademik lainnya Santrock, 2003. Mahasiswa universitas mengalami banyak stres dan penyebab stres tersebut berbeda satu dengan lain dari setiap individu. Terutama untuk mahasiswa tingkat pertama yang menghadapi norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas yang banyak, dan perubahan pada gaya hidup menuntut waktu dan self-control yang lebih banyak dibandingkan pada masa sekolah menengah atas Reisberg, 2005. Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Menurut Gunarsa 2000, memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang karena mahasiswa yang berada di masa transisi dari remaja ke dewasa menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada: 1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA dengan Perguruan Tinggi PT a. Kurikulum Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan Universitas Sumatera Utara kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kepribadian. Sistem Kredit Semester merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama. Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaran pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester SKS untuk menyatakan beban studi peserta didik, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. Sistem Kredit Semester ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang sesuai minat,bakat, dan kemampuannya dan mahasiswa yang giat dapat menyelesaikan program studi yang telah ditentukan dalam waktu sesingkat mungkin. Dengan demikian, sistem ini menuntut adanya tanggung jawab yang besar pada mahasiswa dalam menentukan mata kuliah dan jumlah SKS yang akan diambil. Lain halnya pada sekolah menengah atas dimana beban studi, mata pelajaran, dan masa studi siswa sudah ditentukan sehingga mereka tinggal menjalaninya saja USU,2010. b. Disiplin Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri. c. Hubungan dosen mahasiswa Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak. Universitas Sumatera Utara 2. Hubungan sosial Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif. 3. Masalah ekonomi Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas menentukan tingkah laku dan sikap. 4. Pemilihan jurusan Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa antara lain : 1. Bersumber pada kepribadian Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas. 2. Prestasi akademik Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga bisa disebabkan mahasiswa yang Universitas Sumatera Utara kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas. 3. Kondisi yang kurang menunjang Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara. Bahkan juga lingkungan sosial dengan tuntutan yang memaksa untuk menyesuaikan diri. Universitas dengan ketersediaan fasilitas yang terbatas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa Gunarsa, 2000.

2.2.3 Hubungan Tingkat Kuliah dengan Tingkat Stres