Kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penyelesaian kekerasan etnis muslim Rohingya di Myanmar

(1)

KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA

DI MYANMAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Diah Nurhandayani 106083003627

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

KIi ll I.!r\ tr(A

li

PliN'l li R, l N'l'A l

l

S tJ S I

t.0

ti,\Fl llANG Y U III IO YONO (S BY)

DALAN'l

I'liNYIit,liS.,\L\N

KIil{tiltAS,\N

lill'NlS l\{US[,lN'l

tfoIIINGYA

DI 1\IYANI\{AII

Skripsi

Dia.1ukan untuli ltlemenuhi Persyaratan Mernperoleh Cclar Sarjana Sosial (S.Sos)

olch:

Diah NLrrhandavani

l 06083003621

l)cmbirrr !.)

t)i Ilurvalr Ilirnbingan

---

Penrbi rnbi ng Akadernik

'---'

,-//,

Madl-i]nl:lual.rvl-$=i

NII)-f

Dr

Ali unhanif

Nli): 19651 121992031004

PI{(}GRAh,I S'fT]DI

II,h,I L]

IIIJITTINCAN

IN'TIiITNASIONAI,

IIAI{TIT,TAS

II-S,{L]

SOSIAI. DAN

ILIVIU

POI,ITII(

tJNIV[]II.SI1'AS

ISl,Ah/l

I\ticlill.l

SYAI{I

F I I I

DAYA'I'ULLAII

,IAI{AITl'A


(3)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SB}}

DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR

1.

Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata

I

di Universitas Islam Negeri rufN) Syarif Hidayatullah J akarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahrllah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbuldi bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

J akata, 1 6 Desemb er 20 13


(4)

Ptritsilf iJJLJn N PIIMBIMtJINC SKRIPSI

Dengan ini,.Pembirrrbing Skri1rsi Menyatakan bahrva nrahasislva

Narna

: Diah Nurhandayani

NiM

: 106083003fi27

Program Stlldi : Ilulrungan Int:rnasional

Telah rnenyeiesaikan penuiisan skripsi dengan judul

KEB]JAKAN PEMI-]ITINTAJI SUSILO

BAMI]ANG

YUDI,IOYONO (SBY)' DAI-AM

I'ENYEI,ESN IN N KIKI-'ItAS]AN III'NIS MUSi,IM ITOIIINCYA DI MYANMAiT Dan telah memenuhi persyaraian urntr,rk diu,jr.

Jakarta, l6 L)cscrnbcr 20 l3

Mengetahui,

Ketua/ Sekretaris Prosrarn Studi

/p

Agus Nihnada Azrni, M.Si NIP: I 97808042009 121002

M. Adian Firnas, M.Si

NIP-Menyetujui, Pernbirnbin


(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI

KEBIJAKAI\ PEMERINTAH SUSILO BAMBAI\G YTJDHOYONO (SBY) DALAM PEIYYELESAIAN KEKERASAN ETNIS

MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR

Oleh Diah Nurhandayani

106083003627

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal tanggal 24 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Prograrn Studi Hubungan Internasional.

Ketua,

Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 1 9780 80 42009121002

Sekretaris. /

z---\ / ;

'

/-

/"1t'

Agus Nilmada Azmi, M.Si MP: 1978080 42009121002 Penguji

Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 1 97808042009121002

Alfajri, M.A

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Desember 2013

Ketua Program Studi Hubungan Intemasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kiky Rizky, M.Si


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini mengetengahkan permasalahan kekerasan etnis yang terjadi pada etnis Rohingya di Myanmar. Kekerasan yang terjadi berlangsung secara sistemik dan bermuara pada pembersihan etnis yang tidak dibenarkan oleh Undang-undang dan peraturan Internasional manapun. Indonesia sebagai Negara anggota ASEAN yang disegani hendaknya dapat berperan dengan asas kemanusiaan untuk membantu penghentian konflik berkepanjangan ini . Skripsi ini berusaha mengananlisis kebijakan SBY (susilo Bambang Yudhoyono) untuk membantu penghentian kekerasan dan pembersihan etnis tersebut.

Kekerasan ini telah terjadi beberapa decade dan belum dapat terselesaikan. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara dengan beberapa pengungsi rogingya. Dari studi ini menemukan bahwa Presiden SBY menerapakan kebijakan yang tidak tegas dan tidak konsisten. Dengan bukti tidak ditemukannya upaya-upaya kongkrit SBY untuk menyelesaikan tragedi kemanusiaan ini baik pada level regional (ASEAN) atau internasional (PBB).

Yang terjadi justru kebijakan ‘diam’ terhadap lembaga-lembaga kemanusiaan,

organisasi massa, institusi keagamaan yang secara faktual mendukung bangsa Rohingya baik secara moral ataupun material. Diamnya SBY dapat ditafsiri sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang taat kaidah non-interference sesama anggota ASEAN. Jalan yang ditempuh SBY justru memperkuat kerjasama bilateral berbasis pendekatan ekonomi, demokratisasi dan rekonsiliasi nasional.

Selain dari pada itu, SBY juga mengoptimalisasi jalur lain untuk upaya penyelesaian konflik yang ada dengan forum Bali Process dan pertemuan-ASEAN ASEAN demi mengusahakan status hukum untuk komunitas Muslim Rohingya. Forum-forum internasional lain juga dimanfaatkan seperti pertemuan bersama Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan lainnya untuk membantu penghentian konflik etnis yang dapat berdampak negative bagi stabilitas regional dan internasional. Semua yang dilakukan dapat ditengarai sebagai bentuk mewujudkan kepentingan nasional.

Keywords: Pembersihan etnis, kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono, Kepentingan nasional.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul KEBIJAKAN PEMERINTAH

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Hubungan Internasional.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa Terimakasih kepada:

1. Kepada Orang Tua Penulis Bapak Nurhadi dan Mama Siti Romlah Tercinta

yang telah memberikan yang terbaik untuk penulis, baik Kasih sayang, Kesabaran, Perhatian, dan telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

2. Kepada Dosen Pembimbing Penulis Bpk. M. Adian Firnas, M.Si yang telah

membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca skripsi ini. Terimakasih atas kesabaran, arahan dan ilmu yang telah Bapak Adian berikan selama ini.

3. Bapak Ali Munhanif Ph.D. selaku Penasehat Akademik

4. Bapak Kiki Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta

5. Bapak Agus Nilmada Azmi M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan

Internasional

6. Bapak Nazaruddin Nasution, MA, Bapak Armen Daulay, Drs. M.Si, Bapak

Arisman, M.Si, Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si, Ahmad Alfajri, MA. dan juga seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan Internasional yang telah mengajarkan dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa studi di UIN.


(8)

7. Staff Program Studi Hubungan Internasional Pak Jajang, Pak Amali penulis mengucapkan terimakasih yang sudah banyak membantu dalam proses administrasi penulis.

8. Kepada Bapak Rofiq selaku pengungsi Etnis Rohingya yang berada di Cisarua.

Penulis ucapkan terimakasih atas kesediaan waktunya untuk diwawancarai dan menjelaskan secara detail mengenai kondisi di Myanmar pasca terjadinya konflik etnis Rohingya di Rakhine.

9. Untuk kedua kakak penulis Mas Agung dan Teteh Mida Nuraida terima kasih

atas segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi serta doanya.

10.Sahabat-sahabat penulis Telor Ceplok (Dian, Desty, Crista), Astrid (acyd), Jeng

didis, Atik, Mbak Qory, Kismayeni, Irvan, Natiqoh, Rahmah, Kwe, Adnan, Nanda, Hanifa, Susan dan Icha yang turut serta membantu penulis dalam mencari dan mendapatkan bahan-bahan untuk skripsi ini.Serta teman-teman HI lainnya Angkatan 2006 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, namun tanpa mengurangi rasa hormat terimakasih kepada kalian.

11.Buat Sahabat penulis yang telah tiada (Alm. ) Izzun Nahdliyah. Terimakasih

telah menjadi sahabatku yang baik, ,yang sabar dan tidak pernah marah dan terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan penuh kesabaran mendengarkan semua cuhatan penulis. Terimaksih atas motivasi, doa dan dukungan semangat, serta pengertian dan perhatian mu menemani hari-hari penulis dengan penuh canda tawa. Penulis tidak akan pernah melupakanmu.

12.Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Terimakasih kepada nenek tercinta atas doa, dan Motivasi. Tidak Lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Keluarga Besar Ummi hafni, Kel. Besar Mamah Miming, Uwa Untung, Tante Umi, Tante Sari, Bekni, Agus, Mbak Anis, Ibu Mukti, Mama Kriting (Ibu dian), dan semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan Doa kalian selama ini kepada penulis.

13.Terimakasih kepada Sahabat kecil penulis Nadiyah, Lilis. Terimakasih yang

telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan segala bantuan baik dalam tukar pikiran dan menyemangati.


(9)

14.Terimaksih kepada yang jauh disana entah dimana keberadaannya sekarang (AMM). Penulis mengucapkan Terimakasih selalu memberikan motivasi dan yang tidak pernah bosan untuk mengingatkan Penulis Untuk Menjadi Seorang Anak yang bisa dibanggakan oleh Orang Tua, dan menjadi seorang Anak yang bertanggung Jawab akan sudah menjadi Kewajiban nya Yakni menyelesaikan Kuliah.

15.Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak

dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.

Terimakasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ittu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.

Jakarta, 16 Desember 2013


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….V

KATA PENGANTAR………...VI DAFTAR ISI……….IX DAFTAR SINGKATAN………..X

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah………..1

1.2Pertanyaan Penelitian………..10

1.3Tujuan Penelitian……….10

1.4Tinjauan Pustaka……….10

1.5Kerangka Pemikiran………....12

1.5.1 Teori Kepentingan Nasional………....12

1.5.2 Kebijakan Luar Negeri………....15

1.6Metode Penelitian………...17

1.7Sistematika Penulisan………..19

BAB II GAMBARAN UMUM KONFLIK ETNIS-SEKTARIAN DI RAKHINE A. Sejarah Komunitas Rohingya………...21

B. Akar Konflik Secara Historis………...26

C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar………...29

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR A. Kebijakan Dalam Negeri a.1.1 Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Massa………….32

a.1.2 Alasan Mengungsi Ke Indonesia………42

a.1.3 Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya………..43

B. Kebijakan Luar Negeri b.2.1 Kebijakan Bilateral……….46


(11)

b.2.3 Kebijakan Internasional Dalam Kaitan Penyelesaian Kasus Rohingya…………..51

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………..52

DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACT: AksiCepatTanggap

ASEAN: Association Of South-East Asian Nations DD : DhompetDhuafa

DVB: Democratic Voice Of Burma

IOM: International Organization For Migration HAM: HakAsasiManusia

HRW: Human Right watch

MDMC : Muhammadiyah Disaster Management Center NGO: Non-Governmental Organization

OKI: OrganisasiKonferensi Islam PBB: PerserikatanBangsa-Bangsa

PBNU : PengurusBesarNahdhatulUlama PMI: PalangMerah Indonesia

RI: Republik Indonesia

RNDP: RakhineNationalitis Development Party SBY: SusiloBambangYudhoyono

UN: United Nations

UUD 1945:Undang-undangDasar

UNHCR: United Nations High Commissioner for Refugess WNI: Warga Negara Indonesia


(13)

1

KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS

MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR

1.1 Latar Belakang masalah

“Kekerasan (terhadap komunitas Rohingya di Myanmar) yang terjadi belakangan ini, bukanlah hal yang luar biasa. Karena hal demikian telah terjadi terhadap kami sejak sekian

waktu yang lalu!”, ucap Muhammad Rofiq (35 tahun) salah satu pengungsi Rohingya yang

tinggal di tempat penampungan sementaranya di kawasan Cisarua sejak 13 Agustus 2012 (Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25 Agustus 2012). Dan salah satu

bukti kongkritnya adalah diri dan keluarganya sendiri yang „terdampar‟ di Cisarua sejak

Desember 2011.

Rofiq dan isteri yang ditemani oleh dua orang anaknya adalah salah satu pengungsi korban kekerasan penduduk mayoritas Rakhine wilayah arakan. Perjalanan panjang Rofiq dari Arakan dengan satu anak menuju Bangladesh, kemudian menembus perbatasan Thailand, lalu menyeberang Malaysia (di sini anak keduanya lahir) dan mengarungi laut menembus perbatasan Malaysia-Indonesia dan akhirnya berlabuh di pulauTanjung Pinang, Riau di medio pada tahun 2011 (Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25 Agustus 2012).

Hal serupa juga dikisahkan oleh Karimullah kebetulan sama bermukim sementara di perumahan sederhana di Cisarua sejak Oktober 2011 lalu. Karimullah terpaksa lari dari kekerasan etnis-sektarian yang mengancam hidup mereka. Bahkan dari penuturan Karimullah ia mengalami patah tulang belakang akibat penyiksaan yang dilakukan oleh aparat Nazaka, polisi perbatasan yang belanja di toko miliknya tanpa membayar. Saat ditanya bayarannya, bukan uang yang ia dapat justru pemukulan dengan benda tumpul


(14)

2

kesekujur tubuhnya. Anehnya, saat hendak dirawat pihak RumahSakit menolak kehadirannya karena beretnis Rohingya (Wawancara dengan Karimullah tanggal 25 Agustus 2012) .

Wilayah Arakan atau wilayah yang kini disebut Rakhine, bagi Rofiq dan Karimullah bagai hidup dalam penjara raksasa dengan segala bentuk aniaya yang mengancam hidup mereka setiap saat. Mengungsi adalah pilihan terbaik. Orang tua, anak, saudara semua berlari sekuat tenaga melewati perbatasan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Di Cisarua, Rofiq dan Karimullah yang merupakan saudara sekandung kembali bertemu setelah berpisah sejak melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di rakhine (Wawancara dengan M.Rofiq tgl. 25 Agustus 2012).

Dua penuturan pengungsi Rohingya tentang apa yang mereka alami di atas menggambarkan kondisi faktual tentang kekerasan dan diskriminasi terorganisir yang menimpa etnis Rohingya. Kekerasan ini, menurut catatan sejarah telah berlangsung sejak beberapa dekade lalu dan terus terjadi yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia serta 140 ribu terusir dari kediaman mereka di negara bagian Rakhine, 800 ribu tidak punya kewarganegaraan ( Patterik Wiggers 2002: 9 dan www.unhcr.org). Bahkan dalam catatan sejarah, kekerasan ini sudah terjadi sejak 1784 yang lalu ketika Raja Burma Bodawpaya menaklukan Arakan. Ketika itu tidak kurang dari 200 ribu rakyat Arakan terbunuh dan 2/3 penduduk Muslim Arakan eksodus ke wilayah Chittagong (Cox Bazar sekarang) atau sekitar 400 ribu orang.

Menurut Chris Lewa, direktur pada Rohingya advocacy group (www.reuters.com),

sejak kemerdekaan Burma pada tahun 1948 etnis Rohingya secara perlahan diperlakukan

secara deskriminatif dan tidak diikutsertakan dalam proses nation-building (proses

politik)yang terjadi. Contohnya, dalam akta Kewarganegaraan 1948 yang didasari oleh


(15)

3

atau hak darah yang dikenal tahun 1902 di mana mengatur kewarganegaraan seorang anak yang mengikuti kewarganegaraan seorang bapak (www.merriam-webster.com) dan identifikasi tiga kategori kewargaan yaitu warga negara penuh, asosiasi dan naturalisasi.

Kewarganegaraan penuh hanya dimiliki oleh 135 suku nasional yang mendiami Myanmar sebelum tahun 1823 yaitu tahun kolonialisasi Inggris di Arakan. Anehnya, Rohingya tidak masuk dalam daftar 135 suku di atas. Sementara kewargaan asosiasi diberikan kepada mereka yang mendaftar kewarganegaraan dengan rujukan Akta 1948 atau

yang disebut dengan Union Citizenship Act 1948 (www.burmalibrary.org).

Kewarganegaraan naturalisasi dapat diberikan kepada mereka yang datang dengan bukti

kongkrit bahwa pertama, ia masuk dan mendiami Myanmar sebelum kemerdekaan (4

Januari 1948);kedua, dapat berbicara salah satu bahasa nasional; dan ketiga, punya anak yang lahir di Myanmar (Chris Lewa: 11-12). Dengan regulasi demikian, hanya sedikit sekali dari warga Arakan yang dapat memenuhinya.

Pada tahun 1989, kontrol unik terhadap warga negara kembali diberlakukan yaitu

dengan kartu berwarna. Kartu berwarna pink berarti warga negara penuh, warna biru berarti

warga asosiasi dan hijau warga negara naturalisasi. Di sini, Rohingya tidak mendapatkan warna apapun (http://www.the-platform.org.uk/). Sebuah kebijakan diskriminatif seperti kebijakan apartheid Afrika Selatan dahulu dengan alapemerintah Rangoon yang berlangsung dengan mulus tanpa terus oleh kritikan-kritikan lembaga HAM internasional.

Hak-hak asasi eksistensial (hak asasi untuk hidup) komunitas Rohingya di Arakan secara telanjang dilecehkan.Sebuah kondisi yang membuat mereka rentan terhadap tindakan brutal oleh komunitas Rakhine yang diduga didukung oleh oknum pemerintah.Maka ketika terjadi penistaan terhadap mereka, pemerintah tidak bertindak apapun, bahkan

mendukung.Ini yang ditegaskan dalam laporan Human Right Watch.org yang berjudul,“The


(16)

4

Arakan State.”(http://www.hrw.org/). Bahkan High Commissioner for Human Rights, Navi Pillay dalam statemennya tanggal 27 July 2012 menyatakan bahwa komunitas Muslim di Arakan menjadi target kekerasan oleh aparat keamanan Myanmar(www.un.org).

Menurut Matthew F. Smith, kolomnis The Wall Street Journal yang berdomisili di

Bangkok (7/8/2012), aparat keamanan pemerintah membunuh dan mengepung minoritas Muslim, menangkapi, memukuli dan menyiksa mereka secara kejam hingga mati. Tiga puluh ribu orang Rohingya terdaftar sebagai pengungsi di kamp-kamp pengungsian di

Bangladesh, delapan puluh ribu lain terusir paska kekerasan bulan Juni 2012 lalu (The

Rohingya : a humanitarian crisis, www.aljazeera.com). Sementara pemerintah tidak memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan terhadap komunitas ini.Bahkan kebijakan Rangoon terkesan membiarkan para pengungsi menderita kelaparan, tinggal di rumah tanpa atap dan tidak ada perawatan medis.Ini merupakan kebijakan yang disebutnya sebagai kebijakan penyiksaan yang dilakukan oleh Negara (The wall Street Journal, www.online.wsj.com).

Seorang periset yang bekerja untuk Amnesty International, Benjamin Zawacki

“Penyiksaan terhadap Rohingya benar-benar sistemik.Ini adalah bagian dari system hukum dan social Myanmar untuk mendiskriminasi orang-orang Rohingya dengan dasar

etnis…seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh system yang dibuat dan menjadikan penyiksaan dan diskriminasi menjadi sah.” (www.aljazeera.com)

Ini artinya berbagai kebrutalan agresi dan pelanggaran HAM oleh penduduk Rakhine

bersenjata yang terjadi sesungguhnya di-back-up aparat pemerintah dan agamawan Budha

terhadap komunitas Muslim tidak bersenjata di Arakan (www.:islamicforumeurope.com). Sebuah realitas ironis yang terjadi di tengah maneuver organisasi-organisasi internasional yang kerap tampil bak pahlawan dalam memperjuangkan penegakan HAM di banyak negara dunia (contoh kasus pembantaian di Santa Cruz di Timor Timur) abad modern.


(17)

5

Reaksi dunia terhadap penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibukota Dili pada 12 November 1991 silam begitu luar biasa. Hal itu terjadi ketika video

penembakan tersebut ditayangkan di ITV Britania pada Januari 1992 dalam film First

Tuesday berjudul In Cold Blood : the Massacre of East Timor (Center for International Studies, Cornell University, seap.einaudi.cornell.edu/node/10149) Kemudian tayangan ini disiarkan ke seluruh dunia dan melahirkan tekanan-tekanan politik yang kuat bagi Jakarta dan embargo bagi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) waktu itu.Kita hanya bertanya, mengapa dunia begitu responsive dan reaktif terhadap peristiwa di atas?

Tindak kekerasan dan terror terhadap minoritas Muslim di Rakhine (Arakan) pada awal Juli 2012 ternyata berlangsung cukup lama walau jumlah korban ribu orang dan jutaan orang dipaksa keluar dari tanah tumpah darahnya sendiri. Lembaga-lembaga internasional (Human Rights Watch, Human Rights Without Frontier, Simon Wiesenthal Center, Human

Right‟s Action Center, Amnesty International), yang biasanya tampil sebagai pahlawan HAM selama ini bungkam, bisu dan tak berkutik. Oleh karenanya, derita Rohingya ini

menurut BBC News (11/3/2006) bagai unforgotten massacre atau pembantaian yang

terlupakan (www.bbc.co.uk dan www.washingtonpost.com). Artinya, nyawa-nyawa manusia yang kebetulan beragama Islam ini tidak ada artinya bagi para pembela-pembela HAM tersebut di atas. Hal ini dibuktikan dengan ribuan jumlah pengungsi Rohingya berada di Bangladesh, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Negara-negara lain sebagaimana disinggung di atas.

Ketika semua masyarakat dunia bicara soal demokrasi dan hak asasi manusia, pelanggaran HAM bekepanjangan terus terjadi di Myanmar tanpa ada upaya efektif yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika dan UniEropa. Padahal jumlah korban demikian besar. Dan bahkan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah Myanmar yakni mengusir semua anggota etnis Rohingya. Hal ini menurut presiden


(18)

6

Myanmar Thien Sien sebagai the only solution yang disampaikan kepada komisioner

tertinggi urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa paska pembantaian Juni 2012 lalu

dengan mengatakan : "We will take responsibility of our ethnic nationals but it is impossible

to accept those Rohingyas who are not our ethnic nationals who had entered the country illegally. The only solution is to hand those illegal Rohingyas to the UNHCR or to send them to any third country that would accept them,"(Kami akan bertanggungjawab terhadap etnis nasional kita tetapi tidak mungkin menerima orang-orang Rohingya yang bukan bagian dari etnis nasional yang memasuki negeri ini secara illegal. Satu-satunya solusi adalah menyerahkan orang Rohingya kepada UNHCR atau mengirimkan mereka ke negara ketiga yang mau menerima). Hal ini yang disampaikan Presiden Thien menyampaikan kepada pejabat UNHCR, Antonio Guterres pada tangal 11 Juli 2012 lalu (www.unhcr.org)

Mengusir komunitas Rohingya yang menurut S.W. Cocks (a Short History of Burma : 1919 : h.146) bermukim ratusan tahun silam yang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan. Sebab tidak ada alasan hukum yang dipakai

untuk membenarkan tindakan ini. Bila hal itu terus terjadi di tengah „pembiaran‟ lembaga

internasional yang seyogyanya menyelesaikan derita berkepanjangan, bukan hal mustahil

yang demikian dapat „membakar‟ sentimen komunitas seagama dengan Royingya bertindak

secara individual ataupun komunal.Apalagi kekerasan terhadap Muslim Rohingya dikesankan Dr. Gabriele Marranci (antropologis dan direktur Study of Contemporary

Muslim Lives Research Hub di Macquarie University) sebagai „religious persecution‟ yang

dapat memicu solidaritas religi di kawasan (http://www.aljazeera.com dan marranci.com). Potensi ini bisa saja terjadi, bila pembiaran ini terus berlarut-larut tanpa akhir yang akan mendestabilitasi komunitas lokal, regional dan internasional yang tentu akan merugikan

kepentingan nasional.Hal ini yang diamini oleh Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan bahwa


(19)

7

penyelesaian persoalan masyarakat Rohingya.Sebab persoalan ini, menurut Surin merupakan tantangan keamanan strategis yang dapat mendestabilisasi kawasan (www. thejakartapost.com).

Apa yang diungkap Surin di atas boleh jadi benar. Sebab peristiwa ledakan bom

berdaya ledak rendah pada Minggu (4/8/2013) terhadap Vihara Ekayana Graha yang

berada di Jalan Mangga II, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat berjejak tulisan yang

berbunyi “Kami Mendengar Jeritan Rohingya” (www.http://news.detik.com). Artinya ada indikasi pengkorelasiaan peristiwa tersebut dengan apa yang dialami oleh bangsa Rohingya.Memang bagi beberapa orang, hal ini sulit dipahami.Peristiwa yang terjadi jauh dari Indonesia, dapat berpengaruh terhadap sikap politik sebagian kecil orang di sini. Tetapi

ini boleh jadi tafsiran terhadap hadits yang berbunyi :„Sesungguhnya Muslim itu

bersaudara‟ dan hadits lain yang bermakna : “Barangsiapa yang tidak peduli dengan

saudara mereka lainnya, maka tidaklah ia menjadi bagian dari mereka.” Apapun motif teror di balik kejadian tersebut ini tidak menjadi masalah bagi penulis. Tetapi sekecil apapun jejak yang ditinggalkan pelaku, itu harus menjadi perhatian aparat keamanan dan pemerintah. Sebab bila ini tidak ditindaklanjuti dengan kebijakan antisipatif terkait dengan isu Rohingya dapat memicu peristiwa serupa di masa mendatang dalam skala yang bias lebih besar.

Oleh karenanya, kondisi iniyang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN untuk aktif berkontribusi menyelesaikan konflik dan pertikaian etnis di Myanmar. Bila kondisi ini berlarur-larut dapat mendestabilisasi kawasan sebagaimana diprediksi oleh Sekjen ASEAN di atas. Kondisi ini

semakin urgen ketika tidak ada satu negara anggota ASEAN pun yang all-out membantu

penyelesaian kasus ini yang bisa jadi terikat dengan komitmen pada prinsip


(20)

8

penulis peran aktif Indonesia dalam kasus ini dapat mewujudkan stabilitas nasional dan perdamaian regional dalam jangka panjang.

Kendati demikian, secara faktual pemerintah Jakarta atau pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono menampakkan kebijakan dalam menyikapi kekerasan etnis atas komunitas muslim rohingya di Myanmar. Hal ini tampak pada kenyataan bahwa pemerintah Indonesia tidak secara eksplisit menggunakan pengaruhnya memberi tekanan terhadap pemerintah Myanmar baik di forum ASEAN ataupun forum-forum internasional lainnya, walau banyak statemen yang diucapkan SBY untuk berkomitmen membantu penyelesaian konflik komunal yang terjadi (www.kemendagri.go.id). Tetapi lagi-lagi, itu tidak disinggung saat bertemu presiden Myanmar Thien Sien dalam kunjungan presiden RI ke Rangoon pada tanggal 23 April 2013 lalu. Kunjungan tidak lebih hanya sebagai penguatan hubungan ekonomi dan investasi semata. Memang isu Rohingya bagi Myanmar adalah persoalan sensitif dan eksistensial. Sebab kebijakan yang terkesan anti-Rohingya semakin tumbuh berkembang di tengah 60 juta masyarakat Myanmaryang menganut agama Budha. Bila isu

ini diangkat oleh SBY dalam kunjungan tersebut dapat menyinggung „konsensus‟ nasional

Myanmar bahwa Rohingya harus ditempatkan di negara ketiga yang mau menerima kehadiran mereka dan memicu keretakan hubungan bilateral. Hal ini dianggap konsensus sebab keinginan untuk mengusir bangsa Rohingya tidak hanya diusulkan oleh Presiden Thein Sein, tetapi juga oleh Biksu Win Rathu dan ketua partai Rakhine National Development Party Dr.Aye Maung (democratic voice of Burma, http://archive.is/RSubU). Kendati, sikap seperti ini dianggap tidak konsisten dengan apa yang kerap diucap terkait kasus Rohingya. Sebab tidak ada satu kebijakan luar negeri atau dalam negeri (terkait dengan para pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia) yang mewakili sikap pembelaanterhadap kaum Rohingya.


(21)

9

Memang saat bertemu Presiden Myanmar Thein Sein dalam sesi pertemuan bilateral di Phnom Penh, Kamboja, (Selasa 20 November 2012), Presiden SBY menawarkan bantuan penyelesaian konflik etnis di negara bagian Rakhine (http://www.suarapembaruan.com). Bahkan SBY menyarankan Presiden Thein Sein untuk mengundang negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang selama ini dilarang oleh Thein Sein untuk mengunjungi lokasi konflik (http://www.suarapembaruan.com).Namun demikian tidak ada tanda-tanda dan indikasi bahwa tawaran dan himbauan politik RI atas Myanmar membuahkan hasil yang menggembirakan dan kekerasan kerap terulang kembali. Dan pada tingkat kebijakan Luar Negeri RI ( Republik Indonesia) pemerintah SBY telah mengutus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa tanggal 7-8 Januari 2013 untuk melakukan diplomasi publik mencoba menekan pemerintah Myanmar supaya menghentikan kekerasan etnis (www//khabarsoutheastasia.com).

Sejatinya, ketika misi Menlu MartyNatalegawa dan himbauan yang ada tidak berhasil ada upaya diplomatik dan kebijakan luar negeri lain yang lebih efektif. Apakah itu dengan mengundang sidang darurat ASEAN, UN atau lembaga-lembaga internasional lainnya yang dapat menghentikan konflik berkepanjangan di Rakhine di atas.

Yang ada justru memberdayakan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk terlibat langsung dalam penanganan dan resolusi konflik di Negara itu. Misalnya, Pada tanggal 10 Agustus 2012 di bawah rombongan Jusuf Kalla (mantan wakil presiden Indonesia dan direktur utama Palang Merah Indonesia (PMI)) mengirim bantuan kemanusiaan untuk komunitas Rohingya berupa antara lain 500 paket kebersihan, 3.000 selimut dan 10 ribu sarung.


(22)

10

1.2 Pertanyaan Penelitian

Di sini, peneliti melihat keterlibatan pemerintah SBY dalam penyelesaian kasus kekerasan komunal di Rakhine adalah keniscayaan kepentingan nasional, regional dan internasional.

Maka dalam konteks ini, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah :

1.Bagaimana kebijakan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dalam membantu

penyelesaian konflik Rohingya

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Untuk mengetahui bagaimana kebijakan SBY dalam membantu penyelesaian konflik

Rohingya.

2.Memberikan sumbangsih bagi para pengambil kebijakan, mahasiswa dan analis

terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik rohingya.

1.4 TinjauanPustaka

Kajian tentang derita komunitas Muslim Rohingya tergolong sedikit. Pada level

internasional, kajian hanya sedikit. Di antaranya adalah kajian Saiful Huq Omi (documentary

photographer dan pemenang National Geographic 1996, (www.saifulhuq.com) dengan judul

Fleeing Burma yang mengkaji tentang sebab musabab diaspora komunitas Muslim Rohingya.Menurut penulis yang mengutip data UNHCR, tidak kurang dari 29 ribu orang asli Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh (www.worldpolicy.org ).

Mereka bertahun-tahun berada di negeri jiran ini dengan menyandang status sebagai imigran gelap dan hidup dalam satu tempat yang sempit untuk 16-18 orang. Jumlah ini hanya sebagian dari 167 ribu pengungsi dan sumber lain mengatakan tidak kurang dari 210 ribu


(23)

11

orang mengungsi ke Bangladesh (www.pi.library.yorku.ca) yang terusir akibat kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap komunitas Muslim ini di tahun 1970an (www. Synergiescanada.org).

K.C. Saha, kepala Bihar Public Service Commission, India, menulis pada jurnal

Refugetema lain terkait dengan Rohingya dengan judul “Learning from Rohingya Refugee

Repatriation to Myanmar” bahwa repratriasi pengungsi Rohingya terjadi pada 15 Mei 1992 ketika sebuah kesepakatan ditandatangani antara Menlu Myanmar dan Menlu Bangladesh di awal 1992 lalu. Empat butir yang dicantumkan dalam kesepakatan itu adalah soal Azan boleh dikumandangkan di masjid-masjid daerah dengan mayoritas Muslim, bebas berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang sebelumnya dilarang keras, komunitas Rohingya dapat bepergian dari tempat pengungsiannya di Bangladesh ke Arakan untuk melihat kondisi yang disiapkan untuk mereka jika kembali dan terakhir bagi orang Rohingya yang tidak punya kewarganegaraan dapat mendaftarkan diri jika sudah kembali ke Myanmar(www. Synergiescanada.org). Dan banyak lagi tulisan-tulisan ringkas dan liputan media tentang pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh rezim Rangon dan penganut Budha di Myanmar terhadap komunitas Muslim Rohingya (Arakan Report, IHH Insani Yardim Vakfi, Istanbul Turkey, July 2012).

Demikian juga halnya pada level nasional, tema Rohingya belum menjadi konsen banyak civitas akademika, para analis dan pemerhati. Salah satu buktinya, tidak banyak tulisan serius terkait dengan kekerasan yang berlangsung di salah satu negeri anggota ASEAN tersebut. Namun, salah satu karya ilmiah yang di level terakhir tadi berjudul

Penanganan Pemerintah Indonesia Terhadap Pengungsi Rohingya di Wilayah Indonesia sesuai Konvensi 1951 (Convention Relating to the Status of Refugees) ditulis oleh Kadarudin, peneliti Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Universitas Hasanuddin(Jurnal Jurishdictionary, vol. VI, 1, Juni 2010).Dalam tulisan ini Kadarudin menegaskan bahwa


(24)

12

penderitaan minoritas Rohingya bermula tahun 1978 yang berakibat ratusan ribu manusia terusir, mengungsi ke perbatasan Myanmar-India, Myanmar-Bangladesh, dan tidak sedikit wanita Rohingya dijual di tempat-tempat prostitusi di perbatasan Cina.

Penulis telah menelusuri banyak literatur yang terkait dengan tema Rohingya, tetapi masih sedikit sekali yang menaruh perhatian terhadapnya apalagi secara spesifik memperbincangkan tentang peran Indonesia dalam penyelesaian krisis kemanusiaan ini. Di sini, penelitian penulis menjadi sangat berarti dalam mengangkat tema Kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penyelesaian kekerasan etnis muslim rohingya di Myanmar.

1.5KerangkaPemikiran

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bebrapa teori untuk mendukung permasalahan yang sedang diteliti. Konsep-konsep tersebut yaitu Kepentingan Nasional dan Kebijakkan Luar Negeri

1.5.1 Teori Kepentingan Nasional

Ketika membahas tentang peran Indonesia di kancah internasional tentu tidak lepas dari teori kepentingan nasional yang menjadi substansi fundamental hubungan internasional sebuah negara.

Banyak pihak membahas tentang teori ini, salah satunya adalah Michael Doyle Simpson

dalam tesisnya A Concept of the National Interest, Ia menyimpulkan bahwa kepentingan

nasional adalah kepentingan-kepentingan publik yang menggerakkan sebuah bangsa guna meraih harapan dan komitmen pada karakter dan aspirasi bangsa ( Michael Doyle 1984: 129).Teori ini jauh dari konsep kepentingan nasional yang diusung oleh Hans J. Morgenthau dalam tulisannya “Another Great Debate : the National Interest of the United States” yang lebih menegaskan bahwa kepentingan nasional erat kaitannya dengan kekuasaan, pengaruh


(25)

13

dan kekuatan atau power ( Hans Margenthau 1952: 961-988 dan Umar Saryadi Bakri 1999:

60-61).

Tentu kepentingan nasional Morgenthau di atas dapat dipersepsi sebagai konsep yang bernuansa sempit, antagonis dan tidak universal. Bisa dibayangkan bila semua negara dunia menjalankan kebijakan luar negerinya dengan nasional interest masing-masing yang bersandar kuat pada pengaruh, kekuatan dan kekuasaan, maka dunia akan kembali terseret pada lembah gesekan dan konflik tidak berkesudahan. Oleh karenanya, Frankel seperti dikutip Umar Saryadi melihat kepentingan nasional yang berlandaskan pada moralitas, religiusitas dan nilai-nilai humanis. Konsep ini juga diamini oleh Nicholas Spykman yang juga menambahkan aspek kepentingan kultural sebagai bagian integral dari kepentingan nasional (Umar Saryadi Bakri 1999: 61).

Kepentingan nasional sebuah negara menurut Charles Evans Hunges merupakan motivasi kuat dari kebijakan luar negeri dan hubungan internasionalnya (Umar Saryadi bakri 1999: 73). Bahkan yang menjadi konsideran atau determinan utama dan motor kebijakan luar negeri atau hubungan internasional sebuah negara adalah national interest (kepentingan nasional) itu sendiri.

Lebih dari itu, kebijakan luar negeri sebuah negara yang berlandaskan pada kepentingan nasional menjadi landasan mazhab realist dalam hubungan internasional. Tentu dalam mempraktekkan teori kepentingan nasional ini tidak semudah membalikkan tangan. Sebab negara-negara besar dapat secara arogan memaksa negara kecil dan lemah atas nama keadilan yang sesungguhnya artifisial (tidak murni) dan lain sebagainya demi kepentingan nasional

individualnya. Dalam hal ini, konsep keseimbangan kekuatan (balance of power) menjadi

keniscayaan praktek mazhab realist.

Di sini, warga Myanmar beretnis Rohingya secara kebetulan beragama sama dengan mayoritas agama penduduk Republik Indonesia yang juga didiami oleh kelompok minoritas


(26)

14

yang beragama sama dengan mayoritas penduduk Myanmar. Keterlibatan aktif para agamawan atau Biksu Budha dalam demonstrasi pengusiran Muslim Rohingya berpotensi mengusik solidaritas-religi sebagian warga Muslim Indonesia. Bila realitas tersebut berlarut-larut, tidak mustahil dapat menyulut instabilitas di bumi pertiwi ini.

Dikutip dari Jemadu, menurut Miroslav Nincic Terdapat 3 asumsi dasar yang dalam mendefinisikan kepentingan nasional (Aleksius 2008: 67)yakni:

 Pertama, kepentingan itu bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas

utama pemerintah dan Masyarakat.

 Kedua, kepentingan harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya,

pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional.

 Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat

pertikularistik dari individu, kelompok atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan.

Di sini, peran Indonesia dalam penanganan persoalan minoritas Rohingya di Myanmar yang merupakan salah satu dari negara anggota ASEAN (Association of South-East Asian Countries) tidak terlepas dari penggejawantahan salah satu dari empat elemen dan jenis kepentingan nasional di atas yaitu kepentingan tata internasional. Di samping itu, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) kita dengan tegas menyebutkan bahwa

„sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan

di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan peri-keadilan

(UUD 1945 perubahan 4).‟Ini artinya, peran Indonesia dalam penyelesaian kasus Rohingya

tidak lain adalah implementasi dari pembukaan UUD 1945 itu sendiri.

Oleh karenanya, peneliti sepakat dengan tesis yang diungkap Frankel seperti dikutip Umar Saryadi di atas sebagai teori yang mestinya diambil oleh Indonesia bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan yang meliputi kepentingan pertahanan (defense interest),


(27)

15

kepentingan ekonomi (economic interest), kepentingan tata internasional (world order interest), dan kepentingan ideologi (ideological interest) yang berlandaskan pada moralitas, religiusitas dan nilai-nilai humanis.

1.5.2 Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri yang yang dijalankan oleh pemerintah suatu Negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri dapat diartikan upaya suatu Negara yang melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara ( Banyu Perwita dan Yayan 2005: 49) .

Langkah pertama dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri mencakup:

1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional ke dalam bentuk tujuan dan

sasaran yang spesifik.

2. Menetapkan faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional yang

berkaitan dengan tujuan kebijakan luar negeri.


(28)

16

4. Mengembangkan perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional

dalam menanggulangi variable tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Melaksanakan tindakan yang diperlukan.

6. Secara periodik meninjau dan melakukan evaluasi perkembangan yang telah

berlangsung dalam menjangkau tujuan atau hasil yang dikehendaki.

Menurut Plano bahwa setiap kebijakan luar negeri dirancang untuk menjangkau tujuan nasional.Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui kebijakan luar negeri merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang dimiliki untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih, dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan

dikendalikan untuk mengubah kebijakan ( revisionist policy ) atau mempertahankan

kebijakan (status quo policy) ihwal kenegaraan tertentu dilingkungan internasional (Banyu

Perwita dan Yayan 2005: 51).

Konsep Kebijakan Luar Negeri menurut Mark R. Amstutz mendefinisikan kebijakan

luar negeri sebagai “ explicit and implicit actions of governmental officials designed to

promote national interests beyond a country‟s territorial boundaries”. Dalam definisi ini ada tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu Negara (Aleksius 2008: 64). Artinya bahwa kebijakan luar negeri merupakan kebijakan eksplisit dan implisit yang dirancang pemerintah guna mengembangkan, meningkatkan dan memajukan kepentingan dalam negeri pada level internasional.

Menurut pemikir lain, Kegley dan Wittkopf bahwa kebijakan luar negeri sebagai “the

decisions governing authorities make to realize international goals”(keputusan-keputusan yang mengatur pemerintah untuk mewujudkan target-target internasional). Menurut Howard


(29)

17

Lentner pengertian kebijakan luar negeri terdapat tiga elemen dasar dari setiap kebijakan

yakni: Penentuan tujuan yang hendak dicapai (selection of objectives), pengerahan sumber

daya atau instrument untuk mencapai tujuan tersebut (mobilization of means) dan

pelaksanaan (implementations) dari kebijakan yang terdiri dari rangkaian tindakan dengan

secara aktual menggunakan sumberdaya yang sudah ditetapkan (Aleksius 2008: 65).

Solusi untuk penyelesaian kekerasan etnis muslim rohingya di Myanamar sudah menjadi masalah di dunia internasioal, dengan adanya kerjasama internasional sangat diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian konflik etnis muslim rohingya. Demikian konsep seperti Kepentingan nasional dan kebijakan Luar negeri yang saling berkesinambungan kiranya relevan untuk membahas lebih lanjut mengenai Kebijakan pemerintah Indonesia (Bambang Susilo Yudhoyono mengenai kasus kekerasan etnis muslim rohingya di Myanmar.

1.6 Metode Penelitian

Suatu penelitian harus menggunakan metode-metode yang sistematik, dan diatur dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.Metode penelitian merupakan suatu ketentuan mengenai teknik yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian harus didasarkan pada kerangka tertentu dalam berbagai proses penelitian.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.Metode kualitatif merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan pada penelitian yang menggunakan kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu.Sedangkan tipe penelitian ini bersifat deskriptif dimana suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai


(30)

18

fakta-fakta yang ada.Sedangkan menurut Whitney (1960) dalam buku mohammad nazir, ia mengatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tantangan hubungan, kegiatan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data dengan studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen didapatkan dari :

1.Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku, jurnal, laporan penelitian, riset,

dan Koran.

2.Penelusuran melalui internet yaitu untuk mendapatkan data dan berbagai informasi

terkait dengan penelitian. Contohnya, http://Burmese.rohingyablogger.com/ sebagai media komunitas rohingya yang berada dikawasan Rakhine dalam mengupdate informasi yang terjadi di lapangan.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan wawancara kepada para pengungsi korban kekerasan di Myanmar yang berada dikawasan Puncak-Cisarua kepada Bapak Muhammad Rofiq dan Bapak Karimullah Pada tanggal 25 Agustus 2012 untuk mendapatkan data lebih lanjut.


(31)

19

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

1.1Latar Belakang Masalah

1.2Perumusan Masalah

1.3Tujuan Penelitian

1.4Tinjauan Pustaka

1.5Kerangka Pemikiran

1.5.1 Teori Kepentingan Nasional

1.5.2 Kebijakan Luar Negeri

1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan

BAB II Gambaran Umum Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine

A Sejarah Komunitas Rohingya

B. Akar Konflik Secara Historis

C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar

BAB III Analisis Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam

Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya di Myanmar

A.1 Kebijakan Dalam Negeri

a.1.1. .Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Mass a.1.2. Alasan Mengungsi ke Indonesia

a.1.3. Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya


(32)

20

b.2.1 Kebijakan Bilateral b.2.2 Kebijakan di ASEAN

b.2.3 Kebijakan Internasional dalam kaitan penyelesaian kasus Rohingya

BAB IV Penutup

Kesimpulan dan Saran Daftar Pusaka


(33)

21

BAB II

Sejarah Komunitas Rohingya dan Gambaran Umum Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine

A. Sejarah Komunitas Rohingya

Satu versi mengatakan bahwa catatan sejarah mengatakan bahwa bangsa Arakan (Rohingya adalah bagian darinya) berbicara dengan dialek Burma dengan pengucapan klasik

dengan konsonan R yang dilemahkan ke suara pengucapan Y seperti akhiran ang, ak, dan

lain-lain yang dilembutkan menjadi in, ek dan lain-lain. Dengan perjalanan waktu

berabad-abad lamanya, dialek penduduk Arakan dimodifikasi dengan tambahan kata-kata yang berasal dari India. Begitu juga ras yang berpadu dengan darah India melalui cara (S.W. Cocks 1919: 146-147). Menurut prof. Kei Nemoto dalam salah satu seminar yang diadakan di Jepang sepakat dengan para ahli sejarah Rohingya bahwa komunitas ini sudah mendiami kawasan Arakan sejak abad ke-8 A.D (Aye chan 2005:396).

Ibukota Arakan pertama adalah Ramawadi yang dibangun oleh suku Kanran dari kawasan Burma bagian atas. Raja pertamanya bernama Kanrazagyi dengan ibukota dekat Kyaukpadaung. Seribu tahun berikutnya, pada abad ke-2 sebelum Masehi, Chanda Suriya diangkat menjadi raja (S.W. Cocks : 1919)Enam puluh tahun sebelum dinobatkannya raja Chanda, para pengungsi Burma berusaha menginvasi Arakan. Namun upaya ini mampu digagalkan bangsa Arakan dan mereka justru dapat menduduki Prome dan Tharekhettara. Dengan demikian, sampai kejatuhan raja Chanda pada tahun 976 A.D. tidak ada catatan sejarah penting yang tercatat(S.W. Cocks : 1919).

Pada tahun kejatuhan Chanda, kaum Shan dari Burma menginvasi Arakan dan berhasil menduduki kawasan ini selama 18 tahun dengan merampas seluruh kekayaan penduduk termasuk arca-arca Budha yang dimiliki mereka. Setelah itu Anawrahta yang


(34)

22

berkuasa di Burma pun menginvasi Arakan demikian juga setelah itu dan seterusnya.Arakan pada tahun 1389 terlibat pertempuran saat perang terjadi antara Burma dan Pegu dengan berpihak kepada Talaings (S.W. Cocks : 1919).

Raja Burma Min Khaung menginvasi Arakan pada tahun 1404-1406 yang menyebabkan raja Arakan meminta suaka ke Bengal selama 20 tahun. Saat kekosongan ini, Arakan menjadi medan pertempuran antara Pegu dan Burma. Kedua raja penguasa Pegu dan Burma silih berganti menduduki Arakan, dan Talaings merupakan raja terakhir mereka. Pada tahun 1430, Nazir Shah raja Bengal yang beragama Muslim bergerak merestorasi Min Saw Mun sebagai raja Arakan dengan mendirikan ibukota baru bernama Myauk-u atau disebut dengan kota Arakan (Myohaung). Ia berkuasa dengan perlindungan dari penguasa Bengal(S.W. Cocks : 1919).

Menurut penulis, pada periode ini penting untuk dianalisa sebab pada masa ini pertemuan dan interaksi bangsa yang terjadi di kawasan ini dapa tmelahirkan perbauran dan arus perpindahan penduduk antara Arakan dan Bengal yang menjadi fase penting akan kehadiran asal muasal etnis Rohingya. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab wilayah lembah dan pegunungan yang ada sangat subur yang tentu menarik orang untuk bertani dengan baik. Interaksi, akulturasi dan bahkan asimilasi terjadi sehingga antara penduduk asli Arakan dan Bengal yang hampir tidak berjarak hanya dibatasi hutan dan sungai bercampur baur menyatu menjadi ras tersendiri. Realitas ini membuat kita tidak bisa memisahkan antara penduduk Arakan yang beragama Islam dengan Arakan yang beragama Budha.

Kondisi seperti ini tidak berhenti disini, ketika pertempuran terus terjadi antara Burma, Arakan dan Pegu, Bengal seringkali menjadi pihak yang dimintai bantuan oleh salah satu dari pihak yang bertikai (S.W. Cocks : 1919).Catatan sejarawan mengatakan bahwa Muslim telah mendiami kawasan Rohang atau Arakan sejak abad ke-15 seperti itu juga terjadi dengan Indonesia, Malaysia dan wilayah sekitar (http://www.irrawaddy.org/archive)


(35)

23

irrawaddy merupakan majalah berita yang memuat berita sekitar Myanmar dan Asia Tenggara), dan bahkan ada yang mengatakan komunitas ini telah berada di sana sejak abad ke-7 A.D (http://www.rohingya.org/).

Peta Myanmar

Sumber : google.co.id

Menurut catatan sejarah, ada beberapa versi asal muasal bangsa Rohingya di sini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa mereka bukanlah keturunan Arab tetapi generasi Muslim Chittagonian yang berimigrasi dari Bengal saat Burma dijajah oleh Inggris (Maug tha Hla 2009: 20-21). Kedua, terminologi Rohingya mulai dikenal untuk penamaan sebuah komunitas oleh sebagian kecil kaum intelektual Muslim Bengal yang mendiami bagian tenggara Arakan di awal 1950-an. Mereka adalah keturunan para imigran berasal dari Chittagong Timur Bengal (baca : Bangladesh sekarang) dengan perjanjian Yandabo saat

perang Inggris –Burma 1 berakhir (1824-1826) (Aye Chan 2005: 396-420). Ketiga, dalam

skrip Ananda Chandra dikatakan pada tahun 957 AD, terjadi migrasi populasi Tibeto-Burman Theraveda Buddhist ke kawasan Arakan.

Dengan mengalahkan balatentara Chandra mereka menguasai Arakan dan orang-orang yang berparas seperti India kembali mendiami wilayah bagian utara Arakan atau balik ke Bengal. Ini merupakan exodus orang berparas India pertama ke Bengal (www.rohangpress.com). Keempat, Rohingya adalah masyarakat mayoritas Muslim dan minoritas Hindu yang secara rasial berasal dari Indo-Semitic. Mereka bukanlah kelompok


(36)

24

etnis yang berkembang dari gabungan satu suku atau ras tertentu. Mereka adalah percampuran dari Brahmin dari India, Arab, Moghuls, Bengalis, Turks dan Asia Tengah yang mayoritas sebagai pedagang, pejuang dan juru dakwah datang melalui laut dan berdiam di Arakan. Pada zaman Chandra, mereka bercampur baur dengan masyarakat lokal dan melahirkan generasi masyarakat Rohingya (www.rohangpress.com) .Lebih dari itu, data modern mengatakan bahwa eksistensi komunitas Rohingya dimulai sejaka dekade- 19 ketika pemerintahan colonial Inggris mulai mengimigrasikan orang India dan Bengal kekawasan Arakan sebagai tenaga kerja kasar dengan upah murah (www.rohangpress.com).

Terlepas dari apapun data dan informasi yang dapat penulis temukan, kesulitan pembuktian kongkrit perihal asal muasal Muslim Rohingya tetap saja menjadi persoalan tersendiri. Di satu sisi, literatur yang ditulis oleh intelektual Rakhine sudah hampir dapat dipastikan punya subjektifitas yang kental sehingga muara etnis Rohingya adalah imigran dari kawasan Bangladesh. Di sisi lain, penulis dari intelektual Rohingya sudah dapat

dipastikan defensif dengan mengatakan etnis Rohingya adalah bagian integral dari etnis „asli‟

Arakan dahulu (Rakhine sekarang ini). Tetapi mungkin kita dapat angkat disini sebuah data dari seorang Francis Buchanan-Hamilton (seorang ahli bedah yang berkontribusi dalam bidang geografi, zoologi dan botani asal Skotlandia yang berkarir di India antara tahun 1803-1814) berhasil menulis sebuah kajian yang ilmiah tentang kajian sejarah dan asal muasal bahasa etnis di Myanmar yang dapat memperkuat posisi etnisitas kaum Rohingya yang berdasarkan perbahasaan bahwa mereka sudah mendiami kawasan Burma (Myanmar) ini berabad-abad lalu (Buchanan-Hamilton 1799: 219-240).


(37)

25

Data Myanmar

Negara : Myanmar (sebelumnya Burma)

Perbatasan : Bangladesh, India, China, Laos dan Thailand

Ibukota : Rangoon (Yango)

Kemerdekaan : 04 Januari 1948

Penduduk : 60 juta

Etnis : Mon 2,4%; Chine 2,2%; Kachine 1,4%; Lainnya 5,8%

Agama : Budha 89%; Kristen 5%; Muslim 4%; Hindu 0,5%

Jumlah Rohingya : 1,8 juta jiwa (Rohingya tidak diakui sebagai salah satu 135

etnis resmi oleh undang-undang Kewarganeraan 1982) Sumber : http://in.reuters.com/article/2013/06/11/myanmar-rohingya-

Dalam konteks Arakan, peristiwa yang cukup penting untuk dicatat bahwa ia merupakan wilayah kerajaan independen sebelum diduduki oleh raja Bodawpaya tahun 1784 di mana bencana gempa bumi tahun 1761 dan 1762 dipersepsi sebagai penyebab kejatuhan kerajaan ini ( Aye Chan 2005: 396).Arakan dewasa ini sudah berubah nama menjadi Rakhine dengan luas wilayah 36,762 km2 dengan ibukota Sittwe yang berbatasan langsung dengan wilayah Chine di Utara, Magway, Bago dan Ayeyarwady di Timur, Danau Bengal di Barat

dan Chittagong Bangladesh di Barat Daya (www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm)

Populasi wilayah Rakhine adalah 3,183,330 jiwa dengan komposisi etnis yang heterogen yaitu Rakhine, Chine, Mro, Chakma, Khami, Dainet, Maramagri dan Rohingya. Menurut pendapat pemerintah Myanmar bahwa etnis Rakhine dengan agama Budha merupakan etnis mayoritas di wilayah ini. Tetapi berbagai sumber survey lokal paska kerusuhan etnis 2012 bahwa etnis Rohingya Muslim menempati 40.75% dari populasi

Rakhine dan menempati urutan etnis terbesar kedua setelah Rakhine


(1)

IN,{PORTANT

NOTICF,

This

is

specizrlly cclcled,

tattll-let'-llioof secul'ity papct"

This

clocunrent

is

valicl

only as

arn

original

ancl

is Ilot lraltslerirblc.

Pliotclcoltie:;

and/oL re.cluctiolis

in

size, as

wcil

eIS

any

procltrce

other

utraruthorizecl

docurttetlts,

clt'to use

it

to

bficial, will

rencier

this

clocr-rrnent

nr-tll

ancl voicl.

attenrpt

to use

it

to

inrpersonate

a UN

'f5is

rloctlrrclt

cagnot

bc

r.rscrl

to

gztirt :tcc:ess

to

itiillotts

iltlcl

otltel'rcst|icted

['acililies.

,T,he

beare'

is requirecl to

obey

all

1au's

ol

h'rclonesia

and

is requirecl to

Legister

their resicience at

the

nearest

police

stzttiott

als

sooll

as

possible'

'fhis

clclcument

is

rrot ;r tlan,cl

cloctirttr:nt arld

tlte

ilczrt'er

should

un<lerstancl

tlat

tlre aiutlorities

nray lcrlr-rile the f.icaler

to lirrrit

lris/lieI

tt'avel

rryitlrill a

del'inecl

zrre

a

of'tlle

cc.rttlltly.

CA'fA]'AN

PL.NTINC

Dohunel/Strrat

l(eterzrngarr

ini

cli 1;r'otelisi

clettgatr

kode

clatt ltertals

khusus'

Doitutrrenirliberlaltr-raperbilaasliclerrltic1akdapatcli1lirlcla}rtartgalnkan.

D.ku'ren

ini tirlak

szrir

clan

tiiierk

beLlaku

apabila

cli

lotokopi dan/atati

ditiru

serta diltalsLikarl cleltgan

penllltr;tt:ttr

clokunrell

lirin tanpa pengeselhan'

atatt

digr-rrrakal untuk

Uertii

rAai

seoleih-olah

s

ebagai

s

eoran

g

pejeib

at

P

ers

elikatafr

Barrgsa-lJlr llqsal.

Dokrilrerp

ili

ticlalt

claitat

digunakan

untttit altses ke

erilport clan

fasiiitas

cl

e

n

g

a

rt

iir-:

ir I tr ar t I

a

tl

lth

u

s

u

s

lai

n

ny

ar.

peniberwzr

cjokunrc:r'r

rlirnohon

untuli

nrentaati

selr-trult

ltukum yang

berlerku

di

llclopE:sia

darp

cligto|on

untuh nrend;rl'titt'lialt

tcrttllat tinggal

ttierekzt pada

kantot'

liolisi

terdeltert

sc-scgcla tnutlgkin'

I)okurnen ini

bukan

sebuah

clokunren perjalanan dan

pembawa

harus

Irtcntahalrtibetliwa llcmeritttzrll

seternpat

berilak meminta pernbawa dokumen

terscbut

untuk

nrcnrbartasi pcrjarlzrnannya

didalartt

dacrah/lokasi yang


(2)

'residcn lLcpublik

lnclottesia

-

Dr.

ll.

Susilo

llarntrarrgl Yrdhoyoiro

llr.

H,

Susilo

Barrtbar:g

Yudhoyuno

Beranda

Topik

Pilihin

Berita

Utama

Ruang Pers

lllc:///l:/rcvisi

siclarrg/l'residen

Ilepublik

lndonesia

-

I)r.

f.l. Su"silo

11...

Alsrlr

(

Mei 2011

r'{SSR

1214-891011

15 '16 17

18

22 23 24

25

29 30

31

KJ

96

12

13

19

20

26

27

Kabinet lndonesia Bersatu ll

Link lndonesia

English Content

Pe rundang-undangan

Cari

Datir

GO

S

7

14 21

Foto

Pidato Wawancara & Kolom

lstana Negara, Jakarta, Kanris, 5 Mei 2011

l:irlilirllilr f,iri:t,liilrlririr

Sltrrlirl;

ll.tlrrnr

l\i.'ri('giriilln

Nit'rrg.lrr;r'rnirti

lllcsirlcrr

I{clrtrblik

' '

\1.

,.r

rrr

SAMEUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA

JAMUAN SANTAP MALAM KENEGARAAN

[,'I ENGHORt\,'lAT I

YANG I\,1ULIA U THEIN SE]N

PRESIDEN REPUBLIK UNI MYANI\4AR

JAKARTA. 5 N,1EI 2011

B; sm I I ahi ftahma ni ft ahi m. Yang Llulia Presiden U Thein Sein,

Para Delegasi Republik Uni lvlyanryrar,

Serta hadirin sekalian yang saya horn€ii,

'Mingalar Ba" (salam sejahtera bagti kita semua)

Suaiu kebahagiaan tersendiri bagi saya dan segenap raki,at lndonesia dapat rcnjanru sahabat lanB saya, Yang Mulia

Presiden U Thein Sein besed.a para delegasi Percrinlah Ropublik Uni Myannur, dalarn suasana yang penull

kchangatan dan keakraban

Perlaro-tanE, saya ingin sekali lagi rengumpkan selamat alas pelantikan Yang lvlulia U Thein Sein sebagai Presiden MyannEr pada bulan Maret yang lalu.

Keberhasilan Myanror dalam penilihan umum dan pembentukan kabinet baru, nenunjukkan kesungguhan PenErintah

seda besarnya keinginan rakyat Myanrnar untuk

n€rujukan

deonkratisasi di Myanrnar. Saya nreyakini bahwa di

bilah

kepe-mimpinan Yang Mulia, Myanmrakan serokin rnaju, dengan didukung oleh stabilitas politikdan pedurnbuhan

ukonori yang rokrn trngg.

Pada kesempatan ini pula, perkenankan saya untuk rrenyamparkan selamat kepada Yang Mulia U Thein Sein yang

bcrulang tahun hari ini, 5 Mei 201 1 . Saya dan segenap rakyat lndonesia rnendoakan semoga Yang Mulia dilinpahi

Leschatan cialam n€mmptn Myannur.

Yang N4ulia,

Para hadirjn yang saya horrnati,

Sebagai dua negara yang memperoleh kerner{ekaan nrelalui perjuangan melawan kolonialisnr€, lndonesia dan

Myanrer memiliki banyak kesamaan latar belakang kesejarahan. Tidak lupul dari ingatan kita, bahwa di era penjajahan

dahulu, terdapat banyak warga negara lndonesia yang dikirirn sec€ra paksa untuk fiEmbangun jalur kereta api d,

Myanrnar. Banyak dari

rcreka

yang gugur dalam nrelaksanakan pekerjaan tersebui, dan nEreka adalah bagian dari

sejarah yang m€mperiautkan kedua bangsa kita.

Sama halnya seperli lndonesia, Myanmar pun dikaruniai oleh msyarakat yang merilikr keberagaman etnis, budaya dan

agam.

Di satu sisi, keraganEn ini r'rErupakan rahmat dan kekayaan bangsa,

narun

di sjsi lain, keberagarEn itu pula

ac€p kali menimbulkan tantangan tersendiri dalarn renjaga persaiuan nasional dan keutuhan wilayah negara kita.

Untuk itulah, kembali saya ingin rrenggarisbawahi komitren Pererintah lndonesia untuk senantiasa nEndukuog

kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Myanmr.

Dewasa ini, selain rnengatasi berbagai tantangan yang ada, kedua negara kita secara berkesinarnbungan juga terus

renjalankan betrbagai program pembangunan bagi terciptanya negara yang stabil dan sejahtera.

Sebagairmna Yang Mulra

mkluri,

lndonesia telah rrengalari proses transforrosi politik, dari sistom ponErintahan

yang cenderung otoritarian renjadi negara yang renerapkan prinsipprinsip univ?rsal denBkrasi. Transjsi deryDkrasi

yang lndonesia jalani juga bukan proses yang mudah relainkan penuh pasang-surut

eda

penuh dengan tantanqan dan

ujian sejarah.

Menarik pelajaran dan pengalaman lndonesia, saya rneyakrni bahwa proses demokratisasi di MyannBr juga akan

berjalan sukses dan rembawa keroslahatan bagi seluruh rakyat Myanmar.

Sebagai sahabat dan atas serongat solidaritas ASE-AN, lndonesia senantiasa terbuka untuk ber-bagi pengalarnan

dengan Myannur dalam proses reforresi dan derckraiisasi yang kami jalankan. Sejalan dengan sen€ngat ini, saya

ffo

lalun0n

.rr,., , .,,; ir

t.):-,r

tl[:(j

]6:3t

:.

, {! \ oudro

u&v/

I

i

. it

Virir.,r

.='l;:i

:.

,:_iil

,

.l

! .H

Podcast l:eed

SintliilJEerlta

',

,j

.,,,'. I

I

ar.. ardr'. j::. 'i;t


(3)

'residen Republik

Inelonesia

-

Dr. H. Susilo

tsambang Yudhoyono

file;///l:irevisi

sidang/Presicle

rr

Republik

lndonesia

-

Dr. H. Susilo

B...

rnenyambut gembira keikutsertaan delegasi pererintah N4yannEr dalam pertemuan lahunan Bali Democracy Forum.

Dalam kesempatan ini, saya sekali lagi renyampaikan penghargaan atas kesediaan Yang Nlulia di saat pertemuan

bilateral siang tadi, untuk berbagi info.masi rnengenai transforrnasi politik yang tengah berlangsung di MyannEr.

PenErintah dan rakyal lndonesia rnendo'akan agar proses ini pada gilirannya akan senekin neningkatkan kernajuan

dan kesejahteraan rnasyarakat Myanrnar. Harapan ini tentunya juga dimiliki oleh rnasyarakat di negara-negara anggota ASEAN lainnya.

Yang Mulia Presiden U Thein Sein, Para hadirin yang saya horrnati,

Sejak pertemuan saya d6ngan Yang Mulia bulan Maret 2009, saya rn€ncatal bahwa masih terdapat peluang besar bagi kedua negara untuk secara rnaksirnal nEnindakianjuti h?sil kesepakatarl dan komitrnen yang telah kita buat.

Kunjungan Yang Mulia ke lndonesia kali ini lentunya akan renegaskan kembali komitren bersanB untuk nEningkatkan

kerjasarna bilateral kila.

Siang tadi, dalam pertemuan bilateral, saya dan Yang NIulia Presiden U Thein Sein telah bersepakat untuk

neningkatkan kerjasarna di berbagai bidang, baik dalam kerangka bilateral rnaupun regional.

Kita telah sepakal untuk rnentelihara dan n€mperkuat kerja sarna di bidang politik dan pertahanan, antara lain nElalui peningkatan saling kunjung dan koordinasi di tingkat Kepala Negara dan Menteri.

Di bidang ekonomi, kiia bersetuju untuk meningkatkan kerja sarna di bidang perdagangan dan investasi. Oleh

karenanya, saya bergembira bahwa kita telah bersepa-kat untuk rnenetapkan target

volure

perdagangan kedua negara

sebesar 500 juta dolar AS pada tahun 201 5. lni larget yang tidak mudah, tetapi dapat

ter€pai

dengan upaya kuat kedua

negara.

Di bidang investasi, saya telah mendorong para pelaku blsnis lndonesia untuk reningkalkan investasi mereka dalam

proyek-proyek infrastruktur dan energi di MyannEr. Dalam rrenghadapi ancar€n krisis pangan dunia, kita juga sepakat

untuk nEndorong kerja sanE di sektor pertanian. Melalui kerja

saro in,

utamnya untuk produksi beras, kita berharap

akan dapat rneningkatkan produksi dan produklifitas,

renuju

ketahanan pangan yang lebih luas.

Di bidang sosial budaya, Indonesia renyambut baik keikutserlaan pelajar dan pegawai Pen€rintah lvlyanrnar dalam

prograrFprogram beasiswa dan pelatihan di lndonesia. Hal ini juga renjadi bagian dari upaya lndonesia untuk berbagi

pengalaman dengan Myanmar, dalam berbagai progranr peningkatan kapasitas sumber daya ronusia.

Terkait dengan hubungan antar masyarakat kita, sekali lagi saya ingin rengucapkan terinra kasih dan penghargaan atas

keputusan Pernerintah Myanmr rrembebaskan 25 nelayan lndonesia. Sebagai dua negara yang rneniliki perbatasan

laut, insiden pelanggaran batas wilayah laut oleh para nelayan tradisional terkadang lidak dapat dihindarkan. Untuk itu, Pen€rintah lndonesia akan terus menggiatkan upaya peningkatan pen')ahanran para nelayan tradisional atas batas-batas wilayah laul di antara kedua negara kila.

Dalam kerangka ASEAN, saya bergembira karena kerjasarna lndonesia dan [.4yann€r telah berjalan baik. Kita juga lerus

berupaya memperkuat kerja sarna dan koordinasi, dalam remperkokoh sentralitas ASEAN, Can dalam rnewujudkan

'ASEAN Community."

Yang Mulia Presrden U Thein Sein. Para hadirin yang saya hormati,

Saya ingln sekali iagi renegaskan komitmen lndonesia, untuk terus reningkalkan persahabatan dan kerjasama kedua

negara kita.

Akhirnya, perkenankan saya untuk meng-undang Yang Mulia dan hadirin sekalian untuk bersulang bagi kesehatan dan kesuksesan Yang Mulia U Thein Sein, serta bagi persahaba'tan dan kesejahteraan rakyat kedua negara.

Teriru

kasih

Redaksi

I

Syarat & Kondisr

I

Peta Situs

I

Kontak

O2006-2009

SitusWebResmiPresidenRepubliklndonesia-Dr.H.SusiloBambangyudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


(4)

,.6pt

"€-l

I' {{ I:S I I }

IiN

R l: I rii IJ l. I

K

I i''l Ii t } l{ 1,.\ I

A

residen

Republik

lndorie

sia

-

Dr.

I

l.

Susikr

llartrbanrg

Yr-rdhoyoncr

tilc:llll:lrevisi

sidang/l)r'esiden

I{epublik

Indonesia

-

Dr.

ti.

Susilo

B.

S;

*@*HrR

"€-

"-ifu

'*t-

-*,*;';Iq

*i:M

T*

'[.

I' {l I:S I l,}

tlN

R l: I rl.i IJ l. I

K

I i''l Ii O l{ l:5 I

A

iJr.

ll,

Susiiu

}3anibarrg

Yudhuyer;o

*"*i*

{

'i

':-

:ll F

,t

,{'t

l{

r

Baranda

Topik

Pilihah

Berita

Utama

Ruang

Pers Profil

Foto

Pidato

Wawancara &

Kolorn Kliping

Perspsktif Lain

Alsip

(

Agustus 2012

i,!ssRKJ

!?3

5 0 7 8 9

10

12

13

14 -i9

rc

17

19

20

21

22

23

24

26

27

28 Z9 30

31

D,-,-,-.-

D^,.,.

r\LIL{rtl;

L

Lr-Keterangan Pers Preslden Keterangan Pers Juru Brcara l<epresidenan

Siaran Pers

Kabinet lndonesia Be rsatu ll

Link lndoncsia

English Conlent

Pe ru nda ng-u nda ngan

Cari

Data

GO S 4 '11 1B 25

.:,l

r.i.t.

Ii,,. i'{1i":;

Keterangan Pers Presiden

Puri Cikeas hdah, Bogor, Jawa Barat, Sabiu, 4 Agustus 2012

i.r'i,'ililirril

l','r': \ilrr.ii'rli

l'L'r'rlltslrllrlilrl l:l.nis ltolrirriirl, t\lttrrrnltr'

TRANSKRIP

KETERANCIAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI PERMASALAHAN ETNIS ROHINGYA, MYANMAR

PURI CIKEAS INDAH, BOGOR, JAWA BARAT

4 AGUSTUS 2012

Bi smi I I ahi nah ma ni rahi m,

Assal amu' a; ai kum Wa rah matul I ahi Wabarakatuh.

Salam sejal,tera untuk kita semua, Saudara-sar rdara,

Pada sore lrari ini, saya ingin r€mberikan penjelasan yang saya tu1ukan kepada saudara-saudara rakyat lndonesia rli

seluruh lanz,h air, mnyangkut satu isu yang be{akarrgan ini nerrj.rrllkan parharlian masyJrakat Meskipun isu ini tidak

rrcngail lanasung dan kejadiannya lidak terjadi di lndonesia, yaitu perrosalahan einis Rohingya, yang acja di Myannur,

telapi saya rngin memberrikart pcnjelasan yang lcbih longkap dan utuh r(t;ir drktrtahur oleh rakyat lncjonesia.

Sayaluga nendengarkan dan rengetahui bahwa ada keprihatinan dari kalangan nEsyarakat lndonesia atas apa yang

terjadi di wyanrnar, khususnya yang menyangkut etnis Rohingya ini. Pererintah juga nEmiliki keprihatinan. Dan

Per€rintah bukan hanya b€rprihatin, tetapi Penrenntab telah, sedang, dan akan terus rnelakukan upaya, baik diplonrasi maupun upaya lain, yang berkajtan dengan isu kertunusiaan atas etnis Rohingya yang ada di Myannrartersebul. Saudara-sardara,

Dengan penjelasan saya sore hari ini,

uya

berharap, rakyat lndonesia benar-benar rengetahui duduk persoalannya,

sekaligus n€ngetahui apa yang telah dilakukan oleh pernerintahnya, Pernerintah Republik lndonesia. Saya rnenyirnak

kom€ntar di sejuftlah media massa yang nenggambarkan Pen€rjntah diam, Presiden diant, padahal Presiden lndonesia

sekarang sebagai Ketua ASEAN. Dua hal salah daiam kornentar itu. Pernerintah tidak diarn, Penterintah sedang dan ierus bekeria. Sern€ntara, Ketua ASEAN bukan lagi Presiden lndooesia, tapi tahun ini adalah Perdana Menteri Kamboja. Sekaligus saya luruskan.

Namun, saya juga ingin dengan penjelasan ini, manakala ada aksi solidarjtas yang dilakukan oleh sejundah kalangan di

lndonesia, yang lebih nremiliki perspeklif solidaritas kerunusiaan, maka saya berharap beotuk solidaritas ini juga bisa

dilakukan dengan cara yang tepat.

Sa udara-saud a ra.

Saya ingin rremulai dengan rEmberikan penjelasan inti dari perrosalahan etnjs Rohingya yang ada di Myanmar. Yang

terjadi sesurrgguhnya adalah konllik konrunal, konflik horizontal, antara etnis Rohingya dengan etnis Rakhine, sanra seperti yang terladi di negeti kita sekian tahun yang lalu, konflik komunal di Poso dan di Ambon. Kebetulan, etnis

Rohingya itu beragam lslam, sedangkan etnis Rakhine itu beragama Euddha. Et,)is Rohingya sendiri sesungguhnya

berasal dari Bangladesh. Meskipun sudah sampai tjngkat enrpat generasi keberadaan etnis Rohingya ini di Myanmar,

tetapi nErr€ng kebijakan dasar Pemerintah Myanrr€r belum rengakui sebagai salah satu dari 135 etnis yang ada di

negeri itu.

Benar, Sau{.jara-saudara, pada bulan Mei dan Juni yang lalu terjadi iniensitas konflik atas dua etnis itu, yang

rengakjbalkan 77 orang nreninggal dunia, bukan seperti yang diberitakan, katanya ribuan orang; 109 orang luk&luka:

kurang lebih 5.000 rurnah daiam keadaan rusak atau terbakar; 17 masjid rusak; 15 rnollaslenes rusak. Masjid tentu

rumh

ibadah bagi yang beragama lslam, sedaugka{r /nonasle4t/adalah rurEh ibadah bagi yang lt€ragam Buddha.

Kemudian, kita ketahui ada isu keronusiaan setelah terjadinya konflik berskaia yang relatif tinggi itu. Sekarang tercatat,

pengungsi Rohingya yang tadinya 28.000 berada di tempat-tempat pengungsian, kini meningkat renjadi

53.000-Pengungsi Rakhine berjunlah 24.000. [4ernang, ada penilaian bahwa penanganan pengungsi Rakhine ini oleh

Pem€rintah Myanmrdinilai lebih baik. Tetapi sebaliknya, atensi atau penanganan etnis Rohingya oleh PBB, oleh etnis

Rakhine, dianggap lebih baik. Dan, juga ada kecemburuan dalam penanganan kedua komunitas itu.

Sejauh ini, Saudara-saudara, tidak ada indikasi genocide atau genosida. Sedangkan, satu hal yang perju diketahui oleh rakyat lndonesia, bahwa elnis Rohingya llu dulunya berasal dari Bangladesh. Tetapi, dalam hal konflik yang terjadi atas

einis Rohin3ya dengan etnis Rakhine inl, P€merintah Bangladesh rnernilih untuk tidak lkut campur, tidak rnentantu juga

etnis Rohin3ya. Bahkan, ketika terjacji cJash kenErin, perbatasan kedua neoara ditutup.

' ,i

..:-:.

i3k:d3 l03JC rl,':

I

r,i. i

L:;

j,i,'i :i'r'r.,,ri

I

{

1:fi,r

J.il:r', ::t

sudio

l

sr L':li r

i .,

]

ti;t;r;----

-i.j

'::ril'.1

.:-

\

_1'

,r"--'r

([( )

\

{/

i.,,

k€!

i,

(,

Podcast Feed

-*_.i

Sindikasi Berila

ffi

r'}'tr

n

{.-t.

-ri-};

i

i

;

i'..--i

rHiEF-qq

Hffi$a*{f,rffi


(5)

Saudara-saudara,

Dari penjelasan itu, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Pemerintah Myanrnar. Apa yang saya sampaikan ini b€rasal

dari penjelasan Menteri Luar Negeri, Saudara Mady

Nalaleg#a,

yang juga terus berkomunikasi, niengikuti

perkembangan situasi, dan juga penjelasan dari Duta Besar lndonesia untuk lryanmar. Iadi siang, saya berkonunjkasi

cukup panjang dengan duta

besr

kita yang ada di Myanmr, untuk nEndengarkan penjelasan dan keterangan yang

benar, yang utuh, dan yang oblektif.

Sebenarnya, Pemerintah Myanmar juga berusaha untu( rengatasi. Kita ketahui, Pen€rintah Myanmar sekarang ini,

atau Myanmar, itu tengah rnelakukan upaya yang juga sangat serius untuk rnelanjutkan dernokratlsasinya, rekonsiliasi di

antara pihak-pihak yang berseberangan dulu, dan.juga natlon building, rrembangun kembali persatuan, kebersanraan di

antara semua komunitas at'au komponen yang ada di Myanrur setelah dilaksanakannya perilihan umum beberapa saat

yang lalu, yang dilanjutkan dengan rekonsiliasi.

Mernang dalam kailan ini semua, ada kritik dari dunia terhadap Myanmar, utarnanya yang berkaitan dengan penanganan konflik yang melibatkan elnis Rohingya dengan etnis Rakhine. Antara lain, Perrerintah Myannrar dianggap diskriminatif,

dianggap kurang rnemberikan proteksi kepada ninoritas. dan kemdian penyelemiannya juga tidak tuntas. MyannEr

juga rnendengar kritik-kritik ini, sebagairnana dulu kiia pada saat sedang sec€ra sangat aktif nEnangani konflik komunal di Poso dan di Ambon, lndonesiajuga dianggap tidak nrelindungi komunitas mjnoritas di lndonesia, yang dinraksudkan adalah komunitas Nasrani, karena lndonesia dianggap 90% lebih beragama lslam, yang sebenarnya tidak ada diskrimlnasi seperti itu. Kita ingin adil dan memberikan perlindungan kepada semua pada saat itu.

Saudara-Saudara,

Saya ingin rnelanjutkan. Pascakerusuhan Mei dan Juni yang dilakukan Pernerintah Myanmar, antara lain, nEmbentuk

komite investigasi, kemudian rnengundang dan bekerja sanE dengan Badan PBB yang disebut dengan UNHCR dan

juga World Food Programre, lembaga yang menangani pangan sedunia. Sebenarnya, pada bulan Maret, Myanrnar

rn€ngirimkan lim ke Indonesia. Mereka adalah terdiri dari Komnas HAI4 Myanrer dan Komisi Hak Asasi Perempuan dan

Anak Myanrnar. Mereka datang ke Indonesia uniuk rnelaksanakan studi banding, untuk, kalakanlah, rnendapalkan pengalarnan lndonesia dalam rnelindungi dan rn€mproteksi hak-hak asasi nlanusia, terrr€suk kaum p€rempuan dan anak-anak, dan pengalarnan lndonesia di dalanr rnelaksanakan resolusi konflik komunal, nengingat nnreka juga n€nghadapi dan sedang mengatasi konllik komunal seperti itu.

Belum lanE ini, Pennrintah Myanmar juga mengundang Persenkatan Bangs+Bangsa, dan sejun{ah organisasi di

bawah Perserikatan Bangs+Bangsa, dan Korps Diplonratik, apakah duta besar, wakil duta besar, atau pejabat senior

lainnya di kedutaan besar negara-negara sahabat di [,4]'ann€r, untuk nreninjau dan datang langsung ke ternpat

kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei dan .Juni yang lalu. Dalam kunjungan ke lokasi itu, Duta Besar lndonesia juga

ikut. Denikian juga sejurnlah dula besar dan wakil duta besar dari negara-negara lsiam, misalnya Pakistan, Saudi Arabia, Kuwait, dan lain lain.

Itulah yang lndonesia ketahui, apa yang dilakukan oleh Pererintah lvlyanror untuk rrenyelesaikan dan rmngatasi

konflik yang melibatkan etnis Rohingya dan etnis Rakhrne di negara itu. Saudara-saudara,

Sekarang, untuk n€njadi pengetahuan rnasyarakat luas, saya ingin n€nyampaikan apa sala yang dilakukan oleh

lndonesia, utamanya Pererintah lndonesia. Pererintah

seera

baik multilateral dan regional aktif untuk ikut nrembahas

perrusalahan yang berkaitan dengan etnis Rohingya

iri,

baik di PBB, di ASEAN reupun forumforum yang lain

Se€ra

bilateral, kita juga aktif renjalin diplonrasi cian kerja sane.

Kemudian, untuk diketahui, ketika banyak negara yang renolak rnenerima kedatangan para pengungsi dan pencari

suaka dari etnis Rohingya ini, di negara-negara ASEAN ini, di negara Asia Tenggara, lndonesia sebenarnya rnenerinEl

kedatangan rnereka. Dan, sekarang tercatat ada 270 pencari suaka dan 124 pengungsi Rohingya, yang kemudian lndonesia bekerja sarna dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga internasional iainnya untuk menyeles€ikan, rnemberikan status, menyalurkan pada pihak ketiga, dan sebagainya. Kita tuga telah dan terus nElakukan aksj kernanusiaan yang berkaitan dengan nesalah etnis Rohingya ini.

Tadi malam, saya telah nEmpersiapkan surat, dan lnsy3 Allah hari ini terklrim surat saya kepada Presiden Myanmar,

Presiden Thein Sein, yang rnengungkapkan harapan lndonesia kepada Pererintah N4yanrnar untuk rnenyelesaikan

perrnasalahan atas etnis Rohingya ini dengan sebaik-b3iknya. Tentu saja, saya tidak bisa jelaskan

seera

rinci isinya

karena surat ini saya tujukan pada Presiden

Myanror,jan

bahkan beliau belum n€nerimanya.

Sayajuga rnengusulkan, [,'lenlu akan nElanjutkan diplonnsinya seCara aktif agar, setelah MyannBr nengundang

Perserikatan Eangsa-Bangsa danjuga para diplornat asing yang bertugas di Myanrnar, saya sekali lagi rnengusulkan

untuk rnengundang negara-negara yang tergabung dal?m Organisasi Kerja Sann lslam atau OKl, dan OKI itu sendira

untuk datang langsung ke lokas. Dengan dedkian, bisa rnengetahui situasi yang sebenarnya. Dan kemudian, harapan

saya, OKl, PBB, ASEAN, tentu Indonesia di situ

bersam

Myanrnar, bisa bekerja sarna untuk menyelesaikan solusi yang

baik.

Saudara-saudara,

Yang jelas, diplomsi yang kita lakukan dengan upaya apa pun yang kita lakukan, lndonesia ingin dan sungguh

berharap agar konflik komunal yang rengakibatkan perrmsalahan kensnusiaan atas elnis Rohingya itu benar-benar

ditangani dan diselesaikan secara bijak, adil, tepat, dail tuntas.

Di bidang aspek kemanusiaan, lndonesiajuga sungguh berharap dan rnenyerukan kepada Myanrnar, agar perlindungan

minoritas sungguh diberikan dan pembangunan kembari perkampungan yang rusak itu juga bisa dilakukan. Saya

n€nggarisbawahi hal ini karena kenyataannya sekarang yang ada oalamcantVcamp pengungsi sebagian besar adalah

etnis Rohinqya.

lndonesia sendiri siap untuk n€mberikan bantuan dan kerjasanEnya, sebagaimana yang lndonesia lakukan di waktu


(6)

Prediden

Republik

Indonesia

-

Dr.

F{.

Susilo

Ilarrrbang

Yudhoyono

llle:llll'.lrevisi

sidang/Presiden

Republik

Indonesia

-

Dr. H.

Stsilo

t}..

sehingga alhamdulillah Myannrar, setelah rnenyelenggarakan pernilu oleh dunia, dianggap rnen'jliki perubahan yang

nyata dan nrelanjutkan proses dernokratisasinya. Saudara-saudara.

Yang terakhir, saya ingin n€ngajakdan nrnyerukan kepada saudara-saudara kjla, rakyat Indonesia, utamanya

komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa

n€riliki

solidaritas yang tinggi untuk rnemberikan bantuan

kernanusiaan atas saudara-saudara kita, elnis Rohingya, yang ada di lVyanrnar. Saya berterinra kasih dan rnernberikan

penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu.

Agar bentuk kepedulian'ilan solidaritas itu bisa diwujudkan dengan

cra

yang lepat dan dengan sasaran yang tepal,

saya berharap, berkonsult:rsilah dan lTremberitahulah Pernerintah lndonesia. Dalam hal ini, penjurunya adalah Kernenlerian luar Negeri.

Di waklu yang lalu, banyak sekali spontanilas, solidaritas, dan begilu sa;a kornponen-komponen di lfldonesia datang ke

negara-negara lain. Kemudian ketika ada

mslah

dip,ornatik, nnsalah,r'isa, m€salalt keanlanan bahkan, akhirnya

pernerinlah yang harus turun tangan dan kemudian menyelesaikannya. Tentu, kita tidak berharap hal-hal begitu terjadi

lagi sekarang dan di

mau

depan.

Saya hargai kepedulian dan solidaritasnya. Dan sekali lagi, agar benatrbenar lepat sasaran dan tepat

€ra,

berkoordinasilah dan berkonsultasilah dengan negaranya sendiri, perrerintahnya sendiri, Pen'€rintah Republik lndonesia.

Dan, Saudara-saudara, hubungan kita dengan Myanmr dekal, sesama negara ASEAN. Saya ingin kepedulian,

solidaritas, dan tawaran bantuan lndonesia untuk ikut nrencarj solusi atas konflik komunal dl negara itu, di satu sisi benar-benar bisa rnenyalurkan dan rrewujudkan perhatian dan kepedulian rakyat lndonesi;r, t€jtapi di sisi lain juga

jangan nrenimbulkan salah persepsi dan salah terirna dari negara L4yanrnar.

lngat, ketika dulu ada konflik di Poso dan Ambon, dan oahkan di

Ach,

sebagai Presiden, saya nEnolak dan tidak bisa

rnenerima begitu sa.ia kalau ada unsur-unsur asing datang ke negeri kiia, dengan alasan kldonesia tidak sunggLlh

rnenyelesaikan rrnsalah itu, apalagi tidak remberikan proteksi dan pedindungan pada kaunt trinoritas.

OIeh karena itu, marilah kjta jaga semuanya ini. Dan permyalah bahwa Pernerintah lndonesia ahan berbuat apa yang

rnesti diPerbuat, sekali lagi, untuk misi kemanusjaan di satu sisi; namun yang kedua, sebagai sesarna negara ASEAN,

kita juga ingin berkontribusi urtiuk rencari solLrsi yang baik. Dengan demikian, mernbawa kebaikan bagi N4yanmar

sendiri, bagi Indonesia lentuny;:, dan bagi ASEAN, dan bahkan bagi dunia.

Demikianlah, Saudara-saudara, penjelasan saya Terirr€ kasih atas p€rhatiannya.

Wa$al amu' al ai ku m Wa rah matu! I ahi Wa ba rakatu 11.

Biro Pers, Media dan lnforntasi Sekretariat Presiden

Redaksi

I

Syarat & Kondisi

I

Peta Situs

I

Kontak

@2006-2009

situswebResmiPresidonRepubliklndonesia-Dr.H.susiloBambangyurlhoyono