Sistematika Penulisan Kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penyelesaian kekerasan etnis muslim Rohingya di Myanmar

23 irrawaddy merupakan majalah berita yang memuat berita sekitar Myanmar dan Asia Tenggara, dan bahkan ada yang mengatakan komunitas ini telah berada di sana sejak abad ke-7 A.D http:www.rohingya.org. Peta Myanmar Sumber : google.co.id Menurut catatan sejarah, ada beberapa versi asal muasal bangsa Rohingya di sini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa mereka bukanlah keturunan Arab tetapi generasi Muslim Chittagonian yang berimigrasi dari Bengal saat Burma dijajah oleh Inggris Maug tha Hla 2009: 20-21. Kedua, terminologi Rohingya mulai dikenal untuk penamaan sebuah komunitas oleh sebagian kecil kaum intelektual Muslim Bengal yang mendiami bagian tenggara Arakan di awal 1950-an. Mereka adalah keturunan para imigran berasal dari Chittagong Timur Bengal baca : Bangladesh sekarang dengan perjanjian Yandabo saat perang Inggris –Burma 1 berakhir 1824-1826 Aye Chan 2005: 396-420. Ketiga, dalam skrip Ananda Chandra dikatakan pada tahun 957 AD, terjadi migrasi populasi Tibeto-Burman Theraveda Buddhist ke kawasan Arakan. Dengan mengalahkan balatentara Chandra mereka menguasai Arakan dan orang- orang yang berparas seperti India kembali mendiami wilayah bagian utara Arakan atau balik ke Bengal. Ini merupakan exodus orang berparas India pertama ke Bengal www.rohangpress.com. Keempat, Rohingya adalah masyarakat mayoritas Muslim dan minoritas Hindu yang secara rasial berasal dari Indo-Semitic. Mereka bukanlah kelompok ArakanRakhine 24 etnis yang berkembang dari gabungan satu suku atau ras tertentu. Mereka adalah percampuran dari Brahmin dari India, Arab, Moghuls, Bengalis, Turks dan Asia Tengah yang mayoritas sebagai pedagang, pejuang dan juru dakwah datang melalui laut dan berdiam di Arakan. Pada zaman Chandra, mereka bercampur baur dengan masyarakat lokal dan melahirkan generasi masyarakat Rohingya www.rohangpress.com .Lebih dari itu, data modern mengatakan bahwa eksistensi komunitas Rohingya dimulai sejaka dekade- 19 ketika pemerintahan colonial Inggris mulai mengimigrasikan orang India dan Bengal kekawasan Arakan sebagai tenaga kerja kasar dengan upah murah www.rohangpress.com. Terlepas dari apapun data dan informasi yang dapat penulis temukan, kesulitan pembuktian kongkrit perihal asal muasal Muslim Rohingya tetap saja menjadi persoalan tersendiri. Di satu sisi, literatur yang ditulis oleh intelektual Rakhine sudah hampir dapat dipastikan punya subjektifitas yang kental sehingga muara etnis Rohingya adalah imigran dari kawasan Bangladesh. Di sisi lain, penulis dari intelektual Rohingya sudah dapat dipastikan defensif dengan mengatakan etnis Rohingya adalah bagian integral dari etnis „asli‟ Arakan dahulu Rakhine sekarang ini. Tetapi mungkin kita dapat angkat disini sebuah data dari seorang Francis Buchanan-Hamilton seorang ahli bedah yang berkontribusi dalam bidang geografi, zoologi dan botani asal Skotlandia yang berkarir di India antara tahun 1803- 1814 berhasil menulis sebuah kajian yang ilmiah tentang kajian sejarah dan asal muasal bahasa etnis di Myanmar yang dapat memperkuat posisi etnisitas kaum Rohingya yang berdasarkan perbahasaan bahwa mereka sudah mendiami kawasan Burma Myanmar ini berabad-abad lalu Buchanan-Hamilton 1799: 219-240. 25 Data Myanmar Negara : Myanmar sebelumnya Burma Perbatasan : Bangladesh, India, China, Laos dan Thailand Ibukota : Rangoon Yango Kemerdekaan : 04 Januari 1948 Penduduk : 60 juta Etnis : Mon 2,4; Chine 2,2; Kachine 1,4; Lainnya 5,8 Agama : Budha 89; Kristen 5; Muslim 4; Hindu 0,5 Jumlah Rohingya : 1,8 juta jiwa Rohingya tidak diakui sebagai salah satu 135 etnis resmi oleh undang-undang Kewarganeraan 1982 Sumber : http:in.reuters.comarticle20130611myanmar-rohingya- Dalam konteks Arakan, peristiwa yang cukup penting untuk dicatat bahwa ia merupakan wilayah kerajaan independen sebelum diduduki oleh raja Bodawpaya tahun 1784 di mana bencana gempa bumi tahun 1761 dan 1762 dipersepsi sebagai penyebab kejatuhan kerajaan ini Aye Chan 2005: 396.Arakan dewasa ini sudah berubah nama menjadi Rakhine dengan luas wilayah 36,762 km2 dengan ibukota Sittwe yang berbatasan langsung dengan wilayah Chine di Utara, Magway, Bago dan Ayeyarwady di Timur, Danau Bengal di Barat dan Chittagong Bangladesh di Barat Daya www.myanmars.netmyanmarrakhine-state.htm Populasi wilayah Rakhine adalah 3,183,330 jiwa dengan komposisi etnis yang heterogen yaitu Rakhine, Chine, Mro, Chakma, Khami, Dainet, Maramagri dan Rohingya. Menurut pendapat pemerintah Myanmar bahwa etnis Rakhine dengan agama Budha merupakan etnis mayoritas di wilayah ini. Tetapi berbagai sumber survey lokal paska kerusuhan etnis 2012 bahwa etnis Rohingya Muslim menempati 40.75 dari populasi Rakhine dan menempati urutan etnis terbesar kedua setelah Rakhine www.myanmars.netmyanmarrakhine-state.htm. Data lain mengatakan bahwa jumlah 26 komunitas Rohingya di Arakan sekitar 800 ribu jiwa kendati klaim organisasi pembela Rohingya mengatakan jumlah mereka lebih kurang 2 juta jiwa di Arakan dan 1 juta lainnya berada di diapora di berbagai Negara www.geopoliticalmonitor.com.Walaupun demikian, penulis kesulitan menelusuri lebih jauh literature-literatur yang tersedia guna membuktikan mana klaim yang benar terkait dengan komposisi demografis Rakhine. Demikian juga halnya kesulitan lain untuk mendapatkan literature terkait perkawinan silang antaretnis yang ada di Arakan kecuali data perbauran demografis seperti yang disinggung di atas. Namun perlu diangkat di sini bahwa secara fisik tidak dapat dipungkiri bahwa etnis Rohingya dan Rakhine memang berbeda, Rohingya berparas wajah seperti orang-orang Bangladesh sementara etnis Rakhine berperawakan lebih mendekati orang Melayu.Selain itu, komunitas Rohingya beragama Islam dengan kaum wanitanya berpakaian seperti kaum Hawa di Bangladesh sementara komunitas Rakhine beragama Budha dengan kuil-kuilnya. Muslim Rohingya di ArakanatauRakhine dapat dibagi dalam beberapa kelompok etnis berikutu : 1 Bengalis Chittago mendiami wilayah Mayu Frontier. 2 Muslim keturunan masyarakat Muslim Arakan dari zaman Mrauk 1430-1784 yang mendiami kawasan Mrauk- U dan Kyauktau. 3 Muslim keturunan pedagang yang mendiami pulau Ramree yang dikenal dengan sebutuan Kaman. 4 Muslim dari wilayah Myedu Burma Pusat, mereka adalah Muslim yang dibawah oleh kaum penjajah Arakan di tahun 1784 Aye Chan 2005: 397. B. Akar Konflik Secara Historis Menurut laporan Human Right Wacth yang berjudul “All you can do is pray, crimes againts humanity and ethnic cleansing of Rohingya Muslims in Burma‟s Arakan State ”,menerangkan bahwa konflik kontemporer ini dapat ditarik paling tidak berawal dari Perang Dunia Kedua, ketika masyarakat Rohingya tetap loyal pada penguasa kolonial Inggris Human Rights Watch 2013: 22. Sementara masyarakat Arakan lain berpihak pada kolonial 27 Jepang. Permusuhan dan pertikaian antar kedua etnis Rohingya dan Rakhine secara historis tidak dapat dengan mudah dihentikan. Dengan bukti, pertikaian berdarah terus berlanjut hingga kini. Bahkan Zak Rose di situs www.geopoliticalmonitor.com menyebutkan interaksi Rohingya dengan orang asing dan pemerintahan setempat secara historis adalah interaksi kekerasan. Ketika Perang Dunia ke II terjadi Jepang menginvasi Myanmar menguasai negeri dan mengusir kolonialis Inggris. Saat peristiwa ini terjadi komunitas Rohingya ditarget secara brutal oleh kekuatan militer Jepang yang dibantu oleh kelompok etnis Rakhine dan Burma yang menyebabkan eksodus Rohingya dari Arakan. Ketika ada gerakan komunitas Rohingya untuk mendapatkan hak mereka di Arakan, pemerintahan militer terus lakukan pemberangusan terhadap komunitas ini dari tahun 1960-1970an. Kebijakan ini terus berlanjut yang diklaim sebagai kebijakan devide-et-impera politik pecah belah dengan target mengeluarkan etnis minoritas dari percatura npolitik mainstream. Devide-et-impera adalah politik pecah belah kombinasi strategi politik,militer dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah di taklukan. Hal itu dengan bukti tahun 1980an pemerintah Rangoon mengeluarkan legislasi yang menegaskan status Rohingya sebagai komunitas tidak berkewargaannegara manapun stateless people. Versi lain mengatakan bahwa konflik tidak berkesudahan ini dapat berujung pada pembersihan etnis atau ethnic cleansing MaungThaHla : Rohingya Hoax. Menurut sejarawan Prancis, Dr. Jacques P. Leider yang meriset sejarah Arakan sejak dua dekade silam bahwa akar masalahnya bukan karena sikap rasis kaum Budha di Rakhine tetapi itu lebih pada reaksi emosional mereka yang sangat kuat http:www.irrawaddy covering Burma and southeast Asia.orgarchives8642. Sebuah emosi reaksional yang berangkat dari kondisi di mana desa-desa di Rakhine banyak didiami oleh Muslim dengan pertumbuhan populasi yang masif. Menurut Jacques, permusuhan ini bukan karena hal lain 28 kecuali ; satu, persoalan perebutan tanah; kedua, pertumbuhan Muslim lebih cepat dari kaum Rakhine; ketiga, xenophobia atau kebencian kaum Budha Rakhine terhadap Muslim. Dengan arus demokratisasi yang mulai menggeliat di Myanmar dewasa ini dan tekanan dunia internasional bagi pemerintahan Rangoon, diharapkan kebijakan anti-Rohingya di Rakhine dapat membaik.Kendati realitasnya belum dirasakan oleh banyak pengamat. Konflik dan pertikaian antara Muslim dan Budha Myanmar khususnya ArakanRakhine sudah berusia panjang. Secara manusia normal, tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup dalam kebencian dan permusuhan tidak berkesudahan. Semua orang ingin hidup damai. Namun ketika sebuah komunitas terus membenci dan memusuhi kaum, ras atau pengikut agama lain secara turun temurun, ada faktor x yang menjadi penyebab. Oleh karena itu, penulis meyakini bahwa ada otakataupemimpin dalam konflik ini. Tidak mungkin pertikaian ini terjadi tanpa desain. Menurut liputan media, seorang biksu muda bernama Win Rathu, seorang biksu kharismatik dan terpandang di wilayah Mandalay dan dijuluki “the Fighting Monk” biksu petarung sebagai otak konflik berdarah dan „pembersihan-etnis‟ terhadap masyarakat Rohingya akhir-akhir ini. Asia Times menstigma agamawan Budha ini dengan sebutan „leader of a growing anti-Muslim movement‟ pimpinan gerakan anti-Muslim yang kian tumbuh www.atimes.com.Pada tanggal 14 September 2003 lalu, ia berbicara di hadapan sekitar tiga ribu biksu memprovokasi mereka untuk punya pandangan yang sama bahwa Muslim adalah maling dan teroris. Wathu adalah orang pertama yang mengklaim bahwa sanksi Amerika terhadap Myanmar bukan karena pemerintahan junta militer, tetapi karena eksistensi teroris Muslim yang ia klaimwww.m-mediagroup.comenarchives7258. Dalam salah satu statemen Rathu mengatakan : “Kita punya sebuah masalah di Myanmar; kita punya masalah di sini di Mandalay. Masalah itu adalah Islam. Banyak orang Muslim baru di Mandalay dari Pakistan dan Bangladesh. Orang-orang ini adalah maling 29 dan teroris. Mereka tidak menghormati agama kita dan wanita kita. Kita adalah kaum Budha, dan kita adalah orang pecinta damai, tetapi kita harus melindungi diri kita www.m-mediagroup.comenarchives7258. ” C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar Peran seorang biksi Win Rathu sangatlah besar. Ia bisa menjadi lokomotif gerakan mempertahankan sikap permusuhan terhadap Muslim, walau ada perlawananminorataukecil di antara biksu-biksu. Dengan alasan, sesungguhnya ajaran Budha tidak beresensi permusuhan dan kebencian terhadap penganut agama lain. Namun logika kita mengatakan bahwa peran seorang Biksu itu tidak akan efektif jika tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Ada klaim salah seorang Biksu kepada Asia Times online bahwa Rathu didukung oleh pemerintah. “Wira Thu bekerja untuk pemerintah,” tegasnya. Ia memberi alasan bahwa ajaran Budha tidak mengajari kekerasan demikian http:m-mediagroup.com. Hal ini terlihat sekali dari apa yang diucap presiden Thein Sein bahwa biksu Win Rathu adalah „son of Buddha‟ anak Budha dan „noble person‟ seorang mulia yang komit pada perdamaian democratic voice of burma.com, http:archive.isRSubU. Ucapan ini diungkap saat gerakan “969” yang menyeru kaum Budha memboikot para pebisnis Muslim dijuluki oleh majalah internasional Time sebagai “Wajah Teror Budha” the face of Buddhist terror di cover majalah edisi 1 Juli 2013 sepertipadagambar di bawahini www.time.com. 30 Apa yang diungkap salah seorang Biksu yang tidak mau disebutkan namanya kepada Asia Times di atas punya alasan historis. Pemerintah Myanmar adalah pihak yang bertanggungjawab mengusir paksa sekitar 100 ribu Muslim Rohingya ke Bangladesh di tahun 1978 dengan sandi Naga Min Raja NagaatauDragon King. Demikian juga pada 1991-1992, program serupa dilakukan oleh pemerintah Myanmar yang mengusir paksa sekitar 250 ribu masyarakat ini ke luar wilayah nenek moyang mereka sendiri di Arakan http:www.atimes.com. Mereka yang berhasil dikembalikan lagi ke Arakan di bawah supervisi UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees sekitar 232 ribu pengungsi dan sekitar 21.600 orang pengungsi ditempatkan di dua kamp pengungsi di Arakan PatterikWiggers 2002:8. Kebijakan pemerintah anti-Islam di atas terus dipertahankan dan berlanjut hingga kini melingkupi seluruh kebijakan pemerintah Steinberg 2010: 156.Pasukan militer, polisi dan polisi perbatasan NaSaka Myanmar menerapkan kebijakan mentarget Muslim Rohingya dengan bukti tidak bergerak untuk menghentikan pertikaian yang terjadi antar Muslim Rohingya dan Budha Rakhine.Hal itu terlihat dari statemen presiden Myanmar Jenderal Thein Sien kepada Komisioner Tertinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa UNHCR paska kerusuhan dan pertikaian Juni 2012 lalu bahwa satu-satunya solusi penyelesaian konflik di Arakan adalah mengusir seluruh etnis Rohingya ke luar RakhineArakan. Saat bertemu dengan ketua UNHCR Antonio Guterres bahwa pemerintahan presiden Thein Sien siap menyerahkan persoalan penempatan kembali masyarakat Rohingya kepada Antonio untuk ditempatkan ke negara ketiga http:www.democratic voice of burma .com Kebijakan presiden Thein Sien juga didukung oleh partai politik RNDP Rakhine National Development Party yang diketuai oleh Dr. Aye Maung. Dalam wawancaranya dengan media DVB Democratic Voice of Burma mengatakan : “Seperti para pengungsi di 31 negara-negara lain, beri makan mereka dengan dukungan UNHCR dan jika ada negara ketiga yang bersimpati kepada mereka dan siap memberi mereka kewarganegaraan di sana ”, democraticvoice of burma,http:archive.isRSubU. Data dan fakta di atas cukup menjelaskan betapa pertikaian yang berkepanjangan di bumi Arakan Rakhine berurat berakar sangat dalam dalam kebijakan politik pemerintah Rangoon, kebijakan para politisi dan didukung oleh agamawan sekelas Win Rathu. Sebuah realitas yang membuat komunitas Rohingya hanya sebagai target dan sasaran empuk bagi tiga kekuatan besar di negara Myanmar, tanpa ada lembaga internasional, negara adidaya dan negara jiran serumpun ASEAN yang berdiri tegap membela kemanusian mereka. 32

BAB III Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam Penyelesaian

Konflik Etnis Rohingya di Myanmar A.Kebijakan Dalam Negeri Mendiskursuskan kebijakan dalam negeri, penulis hanya mengungkap beberapa fakta yang menggambarkan „kebingungan‟ pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam menangani kasus Rohingya. Di satu sisi, pemerintah menyatakan akan membantu penyelesaian persoalan konflik di Rakhinepada sisi lain pemerintah tidak memperlihatkan usaha keras dalam hal ini baik pada level nasional, regional ataupun internasional. Demikian juga dengan kebijakan yang terkait langsung dengan para pengungsi Rohingya yang sudah berada di bumi pertiwi Indonesia. Banyak para pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia harus terlebih dahulu ditahan di imigrasi sebagaimana para pendatang haram lainnya. Para pengungsi yang sudah bebas pun tidak tahu nasib masa depan mereka. Apakah dapat diterima hidup di Indonesia atau mereka harus mendapatkan negara ketiga. Kondisi menunggu ini bisa berjalan hingga tahunan, seperti yang dialami oleh Karimullah. Yang mereka pikirkan adalah nasib sekolah anak-anak mereka yang sudah tumbuh tanpa pendidikan formal. Hal itu karena status mereka yang belum jelas. Realitas respon pemerintah dan kondisi riil yang dialami oleh bangsa Rohingya tersebut dapat dipersepsi sebagai sikap politis tipekal presiden SBY yang kurang tegas dalam mengambil keputusan secara umum. Di sini lain, SBY hanya diam terhadap sepak terjang dan maneuver lembaga-lembaga kemanusiaan PMI, ACT, Dhompet Dhuafa dan lain-lain, lembaga keagamaan NU, Muhammadiyah dan lain-lain, partai politik dan institusi-institusi 33 lain bergerak dan aktif menggalang dana kemanusiaan demi membantu bangsa Rohingya baik yang disalurkan ke Rakhine ataupun bagi para pengungsi. Kondisi ini dapat dimaknai secara de facto sebagai kebijakan yang mendukung. Sebab suatu pemerintah boleh saja melarang masyarakat atau lembaga apapun yang berada di wilayahnya untuk memberikan bantuan, dukungan dan empati kepada suku dan bangsa tertentu. Artinya pemerintah SBY bisa saja mengambil tindakan demikian, tetapi itu tidak SBY lakukan. Ada adagium yang mengatakan silence is consent diam berarti sepakat. Dengan demikian, sikap SBY dapat dipersepsi sebagai sikap politiknya yang mendukung seluruh aktifitas lembaga-lembaga kemanusiaan dan organisasi masyarakat dalam memberikan bantuan baik material ataupun moral kepada bangsa Rohingya baik yang berada di Rakhine ataupun para pengungsi yang berada di Indonesia. a.1.1 Dukungan Organisasi massa, NGO dan Media massa Dalam kebijakan SBY terhadap penyelesaian etnis muslim rohingya, SBY sangat mendukung akan organisasi-organisasi. Pada pidato SBY Susilo Bambang Yudyhoyono pada tanggal 4 Agustus 2012 mengenai permasalahan Etnis Rohingya, Myanmar menyampaikan “ Saya ingin mengajak dan menyerukan kepada saudara- saudara kita, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar. Saya berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu.” Dengan himbauan Presiden tersebut ternyata direspon oleh masyarakat secara baik oleh beberapa lembaga kemanusiaan dan organisasi masyarakat. Di sini, ada dua hal yang harus dibedakan antara kebijakan pemerintah Indonesia di dalam negeri dan luar negeri dengan solidaritas masyarakat Indonesia baik itu 34 direpresentasikan oleh lembaga keagamaan seperti Nahdhatul Ulama NU, Muhammadiyah, Persis Persatuan Islam, organisasi massa seperti IKADI Ikatan Dai Indonesia, lembaga kemanusiaan seperti PMI Palang Merah Indonesia, ACT Aksi Cepat Tanggap, Dhompet Dhuafa DD, dan lembaga-lembaga lain termasuk partai politik yang menunjukkan solidaritas tinggi mengutuk tindakan kekerasan dan pengusiran warga Rohingya oleh pemerintah dan tokoh agama Myanmar. Bahkan mereka mendesak pemerintah SBY untuk bergerak cepat dan melakukan berbagai langkah diplomatis menghentikan berbagai penindasan terhadap komunitas minoritas di negeri mayoritas Budha tersebut. Sekali lagi, kebijakan SBY dapat dipahami oleh banyak pengamat sebagai kebijakan yang ambigu. Di banyak kesempatan menyatakan dukungan tetapi di banyak kesempatan lain hanya diam. Ini menunjukan sikap SBY yang tidak tegas, sebagaimana kebanyakan kebijakan SBY pada level nasional seperti kebijakan kenaikan harga, inflasi, ketegangan dengan Malaysia terkait Ligitan-Simpadan beberapa tahun lalu, dan yang paling mutakhir adalah penyadapan terhadap percakapan pribadi, isteri dan beberapa elit bangsa ini oleh Australia yang hanya disikapi „dingin‟ walau diambil keputusan memulangkan duta besar Indonesia untuk Canbera www.reuters.com...us-indonesia-australia. Oleh karenanya, peneliti mempersepsi kebijakan SBY sebagai kebijakan yang tidak tegas dan membingungkan. Mengapa kebijakan demikian itu terjadi, tentu ini berangkat dari kepribadian SBY yang selalu hati-hati dalam memutuskan segala sesuatu termasuk kebijakan yang terkait dengan kerukunan dan keharmonisan relasi intra anggota ASEAN. 35

a. Sikap Ormas

1. NU Nahdatul Ulama Pidato SBY pada tanggal 24 Agustus 2012 yang mengatakan bahwa “rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar”. Pidato tersebut telah mendorong organisasi NU untuk mempertimbangkan pengiriman misi kemanusiaan ke Myanmar. Sebuah misi yang diharapkan dapat meringankan penderitaan Muslim Rohingya yang dianiaya oleh pemerintah Myanmar. Hal itu yang ditegaskan oleh Katib Aam PBNU KH.A.Malik Madany bahwa persoalan Rohingya tidak bisa dibiarkan begitu saja. NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Organisasi NU mendesak pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan upaya- upaya diplomatis dalam penyelesaian derita berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya. Dan bahkan PBNU mendesak presiden SBY turun langsung membawa masalah ini ke forum ASEAN, menolong dan membantu etnis Rohingya yang kian memperhatinkan dari malapetaka pembersihan etnis www.republika.co.id dan www.nu.or.id. Ketua PBNU H.Slamet Effendy Yusuf Msi mengatakan kepada para wartawan di Jakarta 29 Juli 2012 : “Pembiaran pembantaian terhadap etnis Rohingya seperti selama ini kita saksikan harus dihentikan. Apalagi, apa yang terjadi sekarang ini merupakan puncak perlakuan diskriminatif yang sudah lama berlangsung terhadap etnis Rohingya yang beragama Islam.” www.nu.or.id. 2. Muhammadiyah Muhammadiyah menjadi salah satu ormas Islam Indonesia yang menyokong secara kongkrit para pengungsi Rohingya. Hal itu yang dilakukan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center MDMC sejak awal Januari 2013 yaitu pendampingan pengungsi Rohingya yang ada di Sumatera Utara yang berjumlah sekitar 294 orang 36 www.humammadiyah.or.id. Kegiatan yang dilakukan oleh MDMC termotivasi dari pidato SBY pada tanggal 4 Agustus 2012. Isi pidato tersebut menyatakan bahwa “… rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar ”. Pimpinan Muhammadiyah daerah kota Surabaya dan Lazismu Lembaga Zakat Nasional mengatakan acara “Aksi Keprihatinan dan Kepedulian” 082012 terhadap kaum Muslim Rohingya di Myanmar. Dalam kegiatan tersebut hadir pula tokoh-tokoh lintas agama antara lain Drs. H. Zayyin Chudlori, M.Ag Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, Andi Hariyadi, M.Pd.I FKUB Kota Surabaya, Romo Abaya Majelis Budhayana Indonesia Surabaya, I Wayan Suraba,SH PHDI Surabaya, Pdt. Eliya Pembina PGI Surabaya, Feri Yudi A.S Ketua MDMC Surabaya, Arifin Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Surabaya, Najih DPC-IMM Kota Surabaya, Aditio Yudono LAZISMU Surabaya, Arif An Bamusi Surabaya dan juga Sasmito dari Front Pembela Islam FPI Jatim. Para tokoh agama di atas membacakan pernyataan sikap berikut : 1- Mengutuk dengan keras tragedi kemanusiaan pembantaian muslim Rohingya. 2- Kami menyatakan protes terhadap PBB Karena tidak serius dalam menangani masalah ini. Oleh karena itu, kami mendesak masyarakat internasional untuk melakukan upaya lebih lanjut dalam menghentikan pembantaian umat Islam tersebut. 3- Mengharap kepada pemerintah Indonesia, agar turut serta secara aktif menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga warga Rohingya bisa merasakan kedamaian dan bisa hidup berdampingan dengan warga Myanmar lainnya. 37 4- Kepada seluruh elemen masyarakat kota Surabaya untuk tetap menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kota Surabaya tetap kondusif, dan zero konflik. 5- Meyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membantu secara moril maupun materil serta mendoakan saudara-saudara kita di Rohingya, Myanmar. Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan kepada kita semua. Aamien.. www.muhammadiyah.or.id 3. IKADI Ikatan Dai Indonesia Sikap ormas IKADI Ikatan Dai Indonesia jelas mengutuk tragedi kemanusiaan di Rakhine terhadap komunitas Rohingya. Ormas ini menyebut peristiwa kekerasan terhadap komunitas Muslim tersebut sebagai tragedi kemanusiaan dan bukan sekedar penistaan dan sentimen terhadap pemeluk agama tapi kezhaliman terhadap umat manusia http:wwwikadi.or.id. 4. PERSIS Persatuan Islam Keberadaan ratusan jumlah pengungsi komunitas Muslim Rohingya di Medan telah menarik simpati ketua pimpinan wilayah Persis Sumatera Utara Muhammad Nuh. Rasa simpati dan pidato SBY tanggal 4 Agustus 2012 mendorong pimpinan pusat Persi dan Pusat Zakat Umat PZU Bandung menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Rohingya www.hariansumutpos.com. Pengurus Daerah Persis kota Bandung membuka tiga posko donasi guna membantu etnis Muslim Rohingya di Myanmar. Donasi dari para donatur akan disumbangkan dalam bentuk pakaian, makanan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan mereka http:news.detik.com . 38 Persis juga mengutuk keras pembantaian Muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar. Massa Persis juga berdatangan ke DPRD Kota Bandung 2 Agustus 2012 mengutuk kekerasan kelompok Budha di Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Mereka juga memprotes PBB yang hanya bungkam atas tragedi kemanusiaan ini dan menuntut pemerintah Indonesia agar turut serta menyelesaikan krisis dan konflik berdarah di negeri ASEAN tersebut http:jabar.tribunnews.com. ICMI Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia mempertanyakan sikap Aung San Suu Kyi yang hanya diam seribu bahasa atas pembantaian Muslim Rohingya di Rakhine. Padahal ia merupakan peraih Nobel perdamaian http:indonesian.irib.ir. Kecaman itu diungkap oleh ketua presidium ICMI Prof.Nanat Fatah Natsir saat junta militer Myanmar memberi opsi pengusiran warga Rohingya dari Myanmar sebagai solusi konflik yang terjadi di Rakhine. Ia mengatakan : “Pengusiran dan pembantaian itu melanggar hak hidup suku Rohingya dan hak-hak asasi manausi untuk beragama”http:indonesian.irib.ir. 5. Hizbut Tahrir Indonesia HTI HTI merupakan gerakan massa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, sosial, pendidikan dan politik ini turut meramaikan solidaritas umat Islam Indonesia terhadap derita berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya. Seruan Presiden SBY kepada rakyat Indonesia melalui pidatonya 4 Agustus 2012 telah mendorong aksi longmarch HTI pada Minggu 5 Agustus 2013 lalu dengan mengerahkan tidak kurang dari 5000 orang di kawasan Tebet. Dalam konferensi pers, juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto mengatakan bahwa “Sebagai negara Muslim yang besar, kepemimpinan di Indonesia seharusnya bisa mempengaruhi kebijakan bilateral negara lain dengan kekuatan diplomatiknya” www.republika.co.id. Aksi massa ini juga dikerahkan ke arah Istana Negara guna menuntut pemerintah agar tidak diam diri atas kesengsaraan dan derita tak berkesudahan muslim Rohingya. HTI juga 39 memobilisir aktifis mereka di berbagai kota di Indonesia seperti Aceh dan Makasar. Dan bahkan gerakan massa Islam ini siap mengirimkan kontingen kemanusiaan langsung ke Myanmar. 6. MUI Majelis Ulama Indonesia MUI selaku lembaga resmi keulamaan di Indonesia mendesak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat menolong kaum Muslim Rohingya. Melalui ketua MUI bidang kerukunan antarumat beragama komisi luar negeri, Slamet Efendi ; mengatakan bahwa “umat Muslim Rohingya diperlakukan diskriminatif secara sistematis, terstruktur dan massif yang berkepanjangan ” www.republika.co.id. Ia bahkan mendesak SBY untuk segera bertindak melindungi nasib Muslim Rohingya dengan mengatakan : “Ini merupakan tragedi kemanusiaan, dan SBY atas nama ASEAN harus bergerak.” Republika.co.id. Pada kesempatan yang berbeda, ketua MUI Ma‟ruf Amin dalam konferensi persnya di Gedung Pusat MUI Jakarta Rabu, 28 September 2013 meminta pemerintahan SBY mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa PBB melakukan tindakan kongkrit menghentikan kekerasan dan pelanggara HAM Hak Asasi Manusia terhadap Muslim Rohingya di Myanmar yang merupakan minoritas paling tertindas di duniawww.republika.co.id. 7. Dewan Perwakilan Rakyat DPR : ketika banyak pihak dari tokoh-tokoh masyarakat bersuara lantang mengecam kekerasan dan penderitaan komunitas Muslim terjadi, wakil ketua DPR-RI, Pramono Anung juga angkat bicara 23Juli 2012. Ia meminta pemerintah SBY untuk memberikan nota diplomatik atau teguran yang keras terhadap aksi pembunuhan terhadap Muslim Rohingya oleh etnis Rakhine yang beragama Budha dan didukung oleh aparat keamanan setempat www.republika.co.id. 8. Sikap Partai Politik parpol :Untuk partai politik, tidak banyak parpol yang sibuk dengan persoalan derita Muslim Rohingya. Dari penulusuran penulis hanya Partai Keadilan Sejahtera yang memberikan ruang peduli. Hal itu dengan aksi para aktifisnya pada Ahad 12