Analisis Kadar Protein, metode mikro-kjeldahl AOAC 1995

20 = − 1 − 2 1 − 2 100 Keterangan : bb = kadar air per bahan basah bk = kadar air per bahan kering W = bobot bahan awal sebelum dikeringkan g W1 = bobot contoh + cawan kosong kering g W2 = bobot cawan kosong g

3.2.5.2. Analisis Kadar Abu, metode pengabuan kering AOAC 1995

Prinsip dari metode pengabuan kering adalah mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan, dan berat tetap tercapai. Pengukuran kadar abu ini menggunakan alat tanur. Cawan porselen dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3-5 gram dimasukkan dalam cawan porselen lalu dibakar sampai tidak berasap lagi dan diabukan dalam tanur bersuhu 600 C sampai berwarna putih semua contoh menjadi abu dan mencapai bobot konstan. Cawan beserta contoh tersebut kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Penetapan kadar abu basis basah dan basis kering didasarkan pada perhitungan dengan persamaan 5.1 dan 5.2. = 1 – 2 100 = 100 – 100 Keterangan : bb = kadar abu per bahan basah bk = kadar abu per bahan kering W = bobot bahan awal sebelum diabukan g W1 = bobot contoh + cawan kosong setelah diabukan g W2 = bobot cawan kosong g

3.2.5.3. Analisis Kadar Protein, metode mikro-kjeldahl AOAC 1995

Prinsip metode mikro kjeldahl adalah pengukuran kadar nitrogen total di dalam contoh dengan tahap penghancuran digestion, destilasi, dan titrasi. Kandungan protein dapat dihitung dengan mengamsusikan rasio tertentu antara protein dan nitrogen. Kadar nitrogen dalam protein diasumsikan sebesar 16 sehingga angka faktor konversi sebesar 10016 yaitu 6.25. Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode mikro-kjeldahl. Sejumlah kecil sampel ditimbang sebanyak 0.1-0.25 gram ditempatkan ke dalam labu Kjeldahl. Kemudian ditambahkan 1.9 ± 0.1 gram K 2 SO 4 , 40 ± 10 mg HgO, 2.0 ± 0.1 ml H 2 SO 4 dan beberapa batu didih. Contoh dididihkan selama 1-1.5 jam sampai mendidih dan cairan menjadi jernih. Selanjutnya, cairan didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan, kemudian didinginkan kembali. Isi labu tersebut dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu dicuci dan dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air, air cucian dipindahkan ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator campuran 2 bagian metal merah 0.2 dalam alkohol dan 1 bagian metilen biru 0.2 dalam alkohol diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di dalam larutan H 3 BO 3. Kemudian ditambahkan 4.2 5.1 5.2 21 8-10 ml larutan NaOH dan dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasan ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Penetapan kadar protein basis basah dan basis kering didasarkan pada persamaan 6.1, 6.2, dan 6.3. N = ml HCl-ml blanko x N HCl x 14.007 x 100 mg sampel Kadar pr ot ein bb = N x fakt or konver si = 100 – 100 Keterangan : bb = kadar protein per bahan basah bk = kadar protein per bahan kering N = kandungan nitrogen pada contoh

3.2.5.4. Analisis Kadar Lemak, metode ekstraksi soxhlet AOAC 1995