19
= 1
−
2
3.2.4.4.  Analisis Nisbah Pengembangan
Nisbah  pengembangan  merupakan  perbandingan  volume  spesifik  adonan  roti  sebelum pengembangan  dan  roti  setelah  pengembangan.    Prinsip  pengukuran  ini  adalah  membandingkan
volume spesifik adonan dan roti untuk mengetahui seberapa besar pengembangannya.  Nilai ini dapat dihitung dengan persamaan 2.
ℎ
=
ℎ
3.2.4.5.  Rendemen
Prinsip  pengukuran  rendemen  adalah  perbandingan  jumlah  bahan  yang  masuk  dengan  bahan yang keluar dari proses.  Perhitungan nilai rendemen menggunakan persamaan 3.
=      100
Keterangan: a = bobot produk tepung sorgum g
b = bobot biji sorgum yang diproses g
3.2.5.  Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis kadar air metode gravimetri, kadar abu metode pengabuan  kering,  kadar  protein  metode  mikro-Kjeldahl,  kadar  lemak  metode  Soxhlet,  kadar
karbohidrat  metode  by  difference  dan  kadar  serat  kasar.    Analisis  tersebut  dilakukan  pada  tepung sorgum non fermentasi NF, tepung sorgum fermentasi F dan roti tawar terpilih dengan substitusi
tepung sorgum non fermentasi NF maupun fermentasi F.
3.2.5.1.  Analisis Kadar Air, metode gravimetri AOAC 1995
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri.  Prinsip dari metode ini  adalah  penghitungan  berat  air  yang  hilang  selama  pengeringan.    Pengukuran  kadar  air  diawali
dengan mengeringkan cawan alumunium pada suhu 100 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di
dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang.  Sebanyak 4-5  gram contoh dimasukkan ke dalam cawan  alumunium  yang  telah  dikeringkan  dan  ditimbang.    Selanjutnya,  cawan  beserta  contoh  di
dalamnya  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  100-105 C  selama  6  jam.  Cawan  beserta  sampel
tersebut  kemudian  dipindahkan  ke  dalam  desikator,  didinginkan  dan  ditimbang.    Pengeringan dilakukan kembali sampai diperoleh bobot konstan dari cawan dan sampel kering.  Kadar air bahan
akan dihitung berdasarkan berat  yang hilang yaitu selisih berat awal dengan berat akhir.  Penetapan kadar air basis basah dan basis kering berdasarkan perhitungan dengan persamaan 4.1 dan 4.2.
=
−
1
−
2 100
1
2
3
4.1
20
=
−
1
−
2 1
−
2 100
Keterangan :  bb = kadar air per bahan basah
bk = kadar air per bahan kering W = bobot bahan awal sebelum dikeringkan g
W1 = bobot contoh + cawan kosong kering g W2 = bobot cawan kosong g
3.2.5.2.  Analisis Kadar Abu, metode pengabuan kering AOAC 1995
Prinsip dari metode pengabuan kering adalah mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuan,  dan  berat  tetap  tercapai.    Pengukuran  kadar  abu  ini  menggunakan  alat  tanur.    Cawan porselen dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam
desikator dan ditimbang.  Sebanyak 3-5 gram dimasukkan dalam cawan porselen lalu dibakar sampai tidak  berasap lagi  dan  diabukan  dalam  tanur  bersuhu  600
C  sampai  berwarna  putih  semua  contoh menjadi  abu  dan  mencapai  bobot  konstan.    Cawan  beserta  contoh  tersebut  kemudian  didinginkan
dalam  desikator  dan  ditimbang.  Penetapan  kadar  abu  basis  basah  dan  basis  kering  didasarkan  pada perhitungan dengan persamaan 5.1 dan 5.2.
= 1 –
2 100
= 100 –
100
Keterangan :  bb = kadar abu per bahan basah
bk = kadar abu per bahan kering W = bobot bahan awal sebelum diabukan g
W1 = bobot contoh + cawan kosong setelah diabukan g W2 = bobot cawan kosong g
3.2.5.3.  Analisis Kadar Protein, metode mikro-kjeldahl AOAC 1995