Pengamatan Perilaku Lokomosi dan Istirahat

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengamatan Perilaku Lokomosi dan Istirahat

Perilaku lokomosi diamati dengan menghitung persentase ayam yang berpindah tempat tiap interval waktu 3-5 menit. Hasil pengamatan perilaku berjalan berdasarkan data gambar analisis pada Lampiran 1 disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Data pengamatan perilaku lokomosi Kombinasi perlakuan Ulangan lokomosi Rata- rata tiap ulangan Rata-rata kombinasi Citra 1 Citra 2 Citra 3 Citra 4 S1CIKI 1 - 25.0 16.7 25.0 22.2 33.3 2 - 58.3 50.0 41.7 50.0 3 - 33.3 25.0 25.0 27.8 S1C1K2 1 - 50.0 41.7 16.7 36.1 38.0 2 - 25.0 41.7 41.7 36.1 3 - 66.7 33.3 25.0 41.7 S1C2K1 1 - 66.7 33.3 33.3 44.4 34.2 2 - 8.30 50.0 58.3 38.9 3 - 33.3 0.00 25.0 19.4 S1C2K2 1 - 16.7 41.7 33.3 30.6 35.2 2 - 41.7 33.3 50.0 41.7 3 - 33.3 33.3 33.3 33.3 S1C3K1 1 - 83.3 50.0 58.3 63.9 52.8 2 - 58.3 41.7 33.3 44.4 3 - 33.3 50.0 66.7 50.0 S1C3K2 1 - 75.0 41.7 33.3 50.0 54.6 2 - 58.3 66.7 58.3 61.1 3 - 50.0 50.0 58.3 52.8 S2C1K1 1 - 50.0 41.7 33.3 41.7 33.3 2 - 25.0 25.0 33.3 27.8 3 - 33.3 33.3 25.0 30.5 S2C1K2 1 - 25.0 50.0 33.3 36.1 31.5 2 - 41.7 25.0 16.7 27.8 3 - 33.3 25.0 33.3 30.5 S2C2K1 1 - 33.3 50.0 50.0 44.4 35.2 2 - 33.3 50.0 33.3 38.9 3 - 25.0 25.0 16.7 22.2 S2C2K2 1 - 41.7 25.0 16.7 27.8 25.0 2 - 25.0 25.0 25.0 25.0 3 - 8.30 25.0 33.3 22.2 S2C3K1 1 - 33.3 50.0 33.3 38.9 33.3 2 - 33.3 33.3 41.7 36.1 3 - 25.0 25.0 25.0 25.0 S2C3K2 1 - 25.0 0.00 0.00 12.5 27.3 2 - 33.3 25.0 41.7 33.3 3 - 25.0 33.3 50.0 36.1 Catatan: Single asterisk = lokomosi terendah Double asterisk = lokomosi tertinggi 13 Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa persentase aktivitas lokomosi tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan S1C3K2 dengan presentase rata-rata 54.6. Pada kombinasi ini, diberikan perlakuan suhu nyaman 20-25 o C, cahaya 5 lux, dan taraf kebisingan tinggi. Persentase lokomosi terendah adalah pada kombinasi perlakuan S2C2K2. Pada kombinasi ini, diberikan suhu tinggi 26-40 o C, intensitas cahaya nyaman 5 lux, dan taraf kebisingan tinggi. Grafik hubungan masing-masing parameter terhadap perilaku lokomosi digambarkan pada gambar berikut. Gambar 5. Grafik hubungan antara suhu terhadap perilaku lokomosi Berdasarkan pengamatan gambar, adanya peningkatan suhu, cenderung menurunkan aktivitas lokomosi. Hal ini ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 5. Dari enam grafik yang ada, empat grafik diantaranya menunjukkan hubungan negatif antara suhu lingkungan terhadap perilaku lokomosi yang dilakukan ayam broiler. Dari garis tren dan persamaan garis yang didapat, terlihat bahwa peningkatan suhu lingkungan berbanding terbalik dengan aktivitas lokomosi yang terjadi. Ayam broiler semakin sering berpindah tempat pada kondisi suhu yang rendah dan sebaliknya pada kondisi suhu tinggi. Fakta ini menunjukkan bahwa ayam broiler berusaha mengatur suhu tubuhnya dengan mekanisme termoregulasi. Pada kondisi suhu rendah, ayam broiler berusaha meningkatkan panas dalam tubuh dengan cara banyak melakukan pergerakan, diantaranya dengan berlokomosi. Perbedaan intensitas cahaya memberikan pengaruh pada pergerakan ayam broiler. Ayam broiler merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Tingginya intensitas cahaya yang y = 0.137x + 29.1 R² = 0.017 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 20.00 30.00 40.00 50.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C1K1 y = -0.312x + 44.18 R² = 0.300 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C1K2 y = 0.162x + 29.89 R² = 0.012 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C2K1 y = -0.583x + 47.47 R² = 0.527 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C2K2 y = -1.200x + 78.80 R² = 0.579 20.0 40.0 60.0 80.0 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C3K1 y = -1.926x + 99.18 R² = 0.865 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 lo k o mo si Suhu lingkungan o C Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada C3K2 14 masuk ke dalam kandang akan meningkatkan aktivitas ayam broiler. Berdasarkan pengamatan gambar, terlihat bahwa pengaruh perbedaan intensitas cahaya berdampak pada perilaku lokomosi ayam broiler. Gambar 6. Grafik hubungan intensitas cahaya terhadap perilaku lokomosi Pada grafik tersebut, terlihat adanya hubungan positif antara intensitas cahaya yang diberikan, terhadap perilaku lokomosi yang terjadi. Kecenderungan menurun terlihat pada grafik pengaruh intensitas cahaya terhadap lokomosi pada kondisi S2K2, yaitu saat suhu tinggi dan kebisingan tinggi. Pada kondisi tersebut, terjadi penurunan aktivitas lokomosi seiring dengan peningkatan intensitas cahaya. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya suhu yang menyebabkan persentase lokomosi menurun., seperti yang telah dijabarkan pada grafik sebelumnya. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol tingkah laku dan mengatur ritme harian Olanrewaju et al., 2006. Menurut Renden et al1996, intensitas cahaya yang lebih rendah akan menurunkan aktivitas lokomosi dan berdiri ayam. Sebaliknya, intensitas cahaya yang tinggi, akan mengurangi aktivitas istirahat pada ayam. Sifat ini dimanfaatkan peternak untuk mengantisipasi adanya kemungkinan terjadinya kanibalisme akibat agresivitas ayam yang tinggi karena pengaruh tingginya intensitas cahaya dengan cara mengatur agar intensitas cahaya yang diberikan tidak lebih dari 5 lux. Kebisingan merupakan salah satu parameter yang menentukan kesejahteraan welfare ayam broiler dalam kandang. Namun, berdasarkan pengamatan, tidak tampak adanya pengaruh yang cukup signifikan antara intensitas kebisingan terhadap adanya perilaku lokomosi. Hubungan antara intensitas kebisingan terhadap perilaku lokomosi digambarkan pada Gambar 7. y = 1.231x + 31.40 R² = 0.304 20.0 40.0 60.0 80.0 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 lo k o mo si Intensitas cahaya lux Pengaruh intensitas cahaya terhadap lokomosi pada S1K1 y = 0.038x + 33.62 R² = 0.000 20.0 30.0 40.0 50.0 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 lo k o mo si Intensitas cahaya lux Pengaruh intensitas cahaya terhadap lokomosi pada S2K1 y = 1.319x + 32.99 R² = 0.744 20.0 40.0 60.0 80.0 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 lo k o mo si Intensitas cahaya lux Pengaruh intensitas cahaya terhadap lokomosi pada S1K2 y = -0.090x + 28.61 R² = 0.004 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 lo k o mo si Intensitas cahaya lux Pengaruh intensitas cahaya terhadap lokomosi pada S2K2 15 Gambar 7. Grafik hubungan intensitas kebisingan terhadap perilaku lokomosi Berdasarkan grafik pada Gambar 7, tampak bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan terhadap perilaku lokomosi yang terjadi. Hal tersebut ditunjukkan dengan garis tren dan persamaan garis yang didapat. Angka gradien garis yang merepresentasikan kemiringan garis sangat kecil, menunjukkan bahwa intensitas kebisingan tidak berpengaruh secara signifikan. Grafik pada kondisi suhu tinggi S2 menunjukkan tren lokomosi menurun pada peningkatan intensitas kebisingan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi suhu tinggi yang memaksa ayam broiler untuk mengurangi aktivitas, termasuk lokomosi. Chloupek, et al 2008 telah melakukan eksperimen pengaruh intensitas kebisingan yang berbeda 80 dB dan 100 dB terhadap stress yang terjadi pada ayam broiler. Chloupek menemukan bahwa ayam broiler mengalami stress pada kedua intensitas kebisingan yang diberikan. Sedangkan pada penelitian ini, rata-rata intensitas kebisingan yang diberikan tidak mencapai 80 dB. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rendahnya pengaruh intensitas kebisingan terhadap perilaku lokomosi pada penelitian ini disebabkan taraf intensitas kebisingan yang diberikan masih berada dibawah batas toleransi ayam broiler. Aktivitas istirahat dapat dianalisis dengan menghitung persentase ayam dengan aktivitas lokomosi rendah. Aktivitas istirahat paling tinggi dilakukan oleh ayam broiler pada kandang dengan cekaman panas. Hal ini terjadi karena ayam broiler yang diberi perlakuan suhu tinggi berusaha untuk y = 0.106x + 28.78 R² = 0.025 20.0 40.0 60.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh intensitas kebisingan terhadap lokomosi pada S1C1 y = -0.088x + 38.17 R² = 0.052 20.0 40.0 60.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh kebisingan terhadap lokomosi pada S2C1 y = 0.052x + 31.30 R² = 0.008 20.0 40.0 60.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh intensitas kebisingan terhadap lokomosi pada S1C2 y = -0.314x + 50.58 R² = 0.292 20.0 40.0 60.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh intensitas kebisingan terhadap lokomosi pada S2C2 y = 0.078x + 48.65 R² = 0.024 20.0 40.0 60.0 80.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh intensitas kebisingan terhadap lokomosi pada S1C3 y = -0.333x + 51.78 R² = 0.258 20.0 40.0 60.0 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 lo k o mo si Intensitas kebisingan dB Pengaruh suhu terhadap lokomosi pada S2C3 16 meminimalisir produksi panas dalam tubuh sebagai usaha untuk menjaga suhu tubuhnya agar tetap pada suhu yang nyaman. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mengurangi aktivitas. Aktivitas lokomosi dan istirahat erat kaitannya dengan aktivitas lain yaitu berkumpul dan mencari perlindungan shelter seeking untuk menghindari bahaya. Tingginya aktivitas lokomosi akan menyebabkan ayam broiler cenderung terpisah satu dengan yang lainnya, sehingga persentase berkumpul akan semakin rendah. Perilaku menghindari bahaya merupakan naluri yang dimiliki setiap hewan, termasuk ayam broiler. Adanya perilaku menghindar dari bahaya akan meningkatkan aktivitas lokomosi dan cenderung memperkecil kesempatan ayam broiler untuk beristirahat.

B. Pengamatan Perilaku Berkumpul