Sub Model Kebutuhan Air Baku

135 Gambar 28 Causal loop sub model ketersediaan air baku. Ketersediaan Air Baku Air Tanah + + + - Air Permukaan Persentase Pemakaian Air Tanah Debit Andalan Koefisien Run Off + + Konservasi + + + - Terasering Reboisasi SRI Sumur Resapan 135 136 CRO Tegalan Ketersediaan Air Tanah CRO Kumulatif Debit Andalan CRO Tegalan Persentase Debit Andalan CRO Hutan Debit Model CRO sawah CRO Eksisting Kumulatif C Pemukiman Existing C Tegalan Existing C Tegalan CRO Hutan luas Tegalan luas sawah luas hutan luas DAS Babon Persentase Pemakaian Air Tanah C Hutan Existing C Tegalan Existing C Sawah Existing C Sawah Existing C Pemukiman Total ketersediaan air Penurunan C Pemukiman CRO Permukiman C Hutan Penurunan C Hutan Luas Pemukiman Persentase Reboisasi Penurunan C Tegalan C Sawah Penurunan C Sawah CRO Permukiman Persentase SRI KK Populasi luas hutan CRO Sawah Existing luas sawah Total Volume Sumur Resapan Persentase Jumlah Sumur Resapan C Pemukiman Existing Biaya SRI per Ha luas sawah Total Biaya SRI Biaya SRI per Tahun Persentase Terasering Total Biaya Terasering Biaya Terasering per Tahun luas Tegalan Biaya Terasering per Ha C Hutan Existing Total Biaya Reboisasi Biaya Reboisasi per Tahun Biaya Reboisasi per Ha luas hutan Total Biaya Sumur Resapan Biaya Sumur Resapan per Tahun Biaya Sumur Resapan per Ha Luas Pemukiman CRO Tegalan Existing luas Tegalan Luas Pemukiman CRO Pemukiman Existing CRO Hutan Existing Gambar 29 Diagram alir sub model ketersediaan air baku. 136 137 Dalam sub model ini ketersediaan air tanah hanya difokuskan kepada persentase pemakaian dengan tujuan pemakaian air tanah dapat dikurangi dengan adanya konservasi terhadap ketersediaan air permukaan sehingga ketersediaan air tanah tetap tersedia secara berkelanjutan. Sub model ini berkaitan dengan sub model kebutuhan air melalui variabel populasi. Populasi merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam konservasi pada daerah permukiman dengan pembuatan sumur resapan.

5.3.3. Sub Model Kualitas Air Baku

Sub model kualitas air baku merupakan salah satu bagian dari model pengelolaan air baku yang mendeskripsikan kualitas air baku yang tersedia. Sub model Kualitas air baku dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu parameter kualitas air, indeks kualitas air, biaya produksi, harga jual air, biaya konservasi, persentase peningkatan kualitas air, keuntungan PDAM dan debit andalan. Keterkaitan antara variabel dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 31. Dari Gambar 30 dan Gambar 31 dapat dilihat bahwa kategori kualitas air akan meningkat dengan meningkatnya persentase kualitas air. Persentase peningkatan kualitas air merupakan variabel kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas air melalui penurunan konsentrasi beberapa parameter kualitas air yaitu BOD, COD, DO dan kekeruhan. Jika konsentrasi parameter ini menurun maka indeks kualitas air akan semakin baik. Kualitas air juga mempengaruhi biaya produksi yang harus dikeluarkan PDAM. Semakin baik kualitas air maka biaya produksi akan semakin kecil. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ADB, kualitas air baku air minum yang buruk membuat biaya produksi meningkat antara 25 sd 40. Dengan demikian seharusnya biaya produksi PDAM dapat dikurangi sebesar 25 dari biaya produksi saat ini. Biaya produksi tidak hanya mempengaruhi keuntungan yang dapat diperoleh PDAM namun juga mempengaruhi biaya untuk konservasi karena berdasarkan peraturannya biaya konservasi adalah 15 dari kentungan yang diperoleh. Sub model ini berkaitan dengan sub model ketersediaan air melalui variabel debit andalan. Pada sub model kualitas air, debit andalan digunakan untuk menghitung biaya produksi dan penjualan air. 138 Keuntungan Ketersediaan Air + - + Biaya Produksi Biaya Konservasi KualitasAir Baku Indeks Kulaitas Air - + + + - COD Kekeruhan DO BOD Persentase Peningkatan Kualitas Air - - - - + Gambar 30 Causal loop sub model kualitas air. 138 139 Penurunan BOD BOD DO Biaya Produksi per m3 Benefit Konservasi Hasil Penjualan Air Penurunan DO Harga jual air per m3 Persentase Alokasi Dana Reboisasi Kualitas Air Baku Debit Model Total Biaya Produksi Kekeruhan Maksimum Penurunan Kekeruhan Max Kekeruhan Penurunan Kekeruhan BOD Max Indeks DO Indeks Kekeruhan Indeks DO DO Maksimum Penurunan DO Max Peningkatan Kualitas Air Indeks Kekeruhan Penurunan BOD Max Peningkatan Kualitas Air Indeks BOD Indeks BOD COD Maksimum Indeks COD Pnurunan COD Max COD Penurunan COD Peningkatan Kualitas Air Indeks COD Gambar 31 Diagram alir sub model kualitas air. 139 140

5.4. Validasi Model Pengelolaan Air Baku DAS Babon

Validasi adalah proses untuk melihat seberapa jauh model dapat merepresentasikan sistem nyata. Teknik validasi yang utama dalam metode berfikir sistem adalah validasi struktur model, yaitu sejauhmana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Sebagai model struktural yang berorientasi proses, keserupaan struktur model dengan struktur nyata ditunjukkan dengan sejauhmana interaksi variabel model dapat menirukan interaksi sistem nyata. Sedangkan validasi kinerja adalah aspek pelengkap dalam metode berfikir sistem. Tuju annya untuk memperoleh keyakinan sejauh mana “kinerja” model compatible dengan “kinerja” sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah memvalidasi kinerja model dengan data empiris untuk sejauh mana perilaku “output” model sesuai dengan perilaku data empirik Muhammadi et al. 2001.

5.4.1. Validasi Struktur Model

Validasi struktur model dilakukan terhadap 3 sub model yaitu sub model kebutuhan air baku, ketersediaan air dan kualitas air. Interaksi antara variabel- variabel di dalam masing-masing sub model harus sesuai dengan sistem nyata atau tidak berlawanan dengan teori pengetahuan.

5.4.1.1. Sub Model Kebutuhan Air Baku

Sub model kebutuhan air baku adalah sub model yang menggambarkan kebutuhan air baku dalam tiga sektor yaitu domestik, industri dan perhotelan. Untuk melihat interaksi antara variabel di dalam sub model kebutuhan air baku maka dilakukan simulasi dengan menggunakan data Daerah Aliran Sungai Babon sebagai data input. Beberapa variabel yang digunakan untuk validasi struktur yaitu populasi, total kebutuhan air baku dan kebijakan reduce, reuse, dan recycle. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 32. Berdasarkan Gambar 32 dapat diketahui bahwa dengan bertambahnya populasi tiap tahunnya, total kebutuhan air baku juga terus meningkat. Hal ini sesuai dengan keadaan sistem nyata yang dapat dibuktikan dengan data populasi dan total kebutuhan air baku di DAS Babon yang dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Berdasarkan simulasi model terlihat bahwa apa yang terjadi dalam 141 dunia model memiliki keserupaan dengan dunia nyata, karena secara logika bila jumlah penduduk bertambah maka kebutuhan air akan meningkat. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa model ini dapat dikatakan valid. Hasil simulasi menunjukkan peningkatan penduduk dalam kurun waktu 50 tahun mencapai 3 029 528 jiwa dengan total kebutuhan air baku sebesar 137 000 000m 3 . Namun hasil simulasi ini adalah hasil simulasi dengan menggunakan nilai variabel reduce, reuse, dan recycle sebesar 0. Variabel ini adalah salah satu kebijakan dalam rangka efisiensi penggunaan air. Hasil simulasi menggunakan variabel reduce, reuse, dan recycle dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 32 Validasi struktur sub model kebutuhan air baku. Gambar 33 Validasi struktur sub model kebutuhan air baku dengan kebijakan reduce,reuse dan recycle.