144
kualitas air. Kualitas air akan mempengaruhi biaya produksi air baku yang harus dikeluarkan oleh PDAM. Besarnya biaya produksi juga akan mempengaruhi harga
jual air baku dan biaya yang dikeluarkan untuk konservasi. Semakin besar keuntungan PDAM maka alokasi dana untuk konservasi akan semakin besar.
Artinya dengan alokasi dana untuk konservasi yang besar ketersediaan air akan dapat dijaga secara berkelanjutan. Untuk validasi struktur pada sub model ini
dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel seperti indeks kualitas air dan biaya produksi air.
Berdasarkan Gambar 35 dapat diketahui bahwa indeks kualitas air baku terus menurun hingga tahun 2027 dan konstan setelah tahun 2027. Penurunan
indeks kualitas air baku mengindikasikan bahwa kualitas air baku semakin baik. Indeks kualitas air baku pada model ini memiliki range 1- 4. Peningkatan kualitas
baku terjadi karena terdapat kebijakan peningkatan kualitas air sebesar 15 per tahun. Biaya produksi yang dibutuhkan menurun seiring penurunan indeks
kualitas air. Namun biaya produksi akan meningkat jika ketersediaan air baku terus meningkat. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada tiga sub
model maka struktur model ini dapat dikatakan valid secara teoritis.
Gambar 35 Validasi struktur sub model kualitas air baku.
5.4.2. Validasi Kinerja Model
Setelah model dapat mengilustrasikan kerja sistem atau valid secara teoritis maka dilakukan validasi kinerja model untuk melihat seberapa akurat model dapat
145
merepresentasikan kinerja sistem nyata. Validasi ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terdapat di dalam 3 sub model. Validasi dilakukan dengan cara
membandingkan data output model dengan data aktual yang telah diperoleh. Metoda yang digunakan dalam validasi kinerja ini adalah Uji t two tail dengan
taraf kepercayaan 5. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Validasi kinerja model
Keterangan Tahun
Data Nilai t
Aktual Model
Hitung Kritis
Populasi jiwa 2005
1 280 790 1 276 613
2006 1 294 001
1 300 231 2007
1 312 599 1 324 285
2008 1 337 054
1 348 784 Mean
1 306 111 1 312 478
-0.32 2.132
Kebutuhan Domestik m
3
tahun 2005
73 455 911 67 450 653
2006 73 194 658
70 148 679 2007
72 783 387 72 954 627
2008 74 891 810
75 872 812 Mean
73 581 442 71 606 693
1.06 2.132
Debit m
3
tahun 2005
57 231 360 57 077 912
2006 59 408 640
59 412 785 2007
31 104 000 61 747 657
2008 79 626 240
64 082 529 2009
74 027 520 66 417 401
2010 57 853 440
68 752 274 Mean
59 875 200 62 915 093
-0.43 2.228
Berdasarkan hasil uji t sub model kebutuhan air baku, sub model ketersediaan air dan sub model kualitas air, maka disimpulkan bahwa model ini
valid atau dapat merepresentasikan sistem nyata. Hal ini dapat dilihat dari nilai t yang lebih kecil dari nilait t kritis. Jadi model ini dapat digunakan dalam
pengelolaan air baku karena telah valid secara struktur maupun kinerja. Secara deskriptif uji t menjelaskan bahwa populasi jiwa antara data real dan data model
berbeda, dimana jumlah populasi lebih besar pada data model hal ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Sedangkan untuk
kebutuhan domestik data real lebih besar daripada data model hal ini dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya menjaga
146
kelestarian sumberdaya air dengan melakukan penghematan dan langkah-langkah strategis pelestarian sumberdaya air. Demikian juga dengan debit, data lebih kecil
daripada data model.
5.4.3. Analisis Sensitivitas Model
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan nilai parameter input terhadap nilai parameter output model. Parameter input yang
digunakan adalah parameter input terkendali yaitu persentase pemakaian air tanah, reduce, reuse dan recycle, persentase terasering, persentase SRI, persentase
reboisasi, persentase sumur resapan, laju pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan industri dan laju pertumbuhan hotel. Analisis sensitivitas dari
parameter input terkendali dapat dilihat pada Gambar 36.
Gambar 36 Hasil analisis sensitivitas model. Terhadap semua parameter yang berperan dalam ketersediaan air tanah,
dilakukan analisis sensitivitas agar diketahui parameter apa yang paling sensitive terhadap kebijakan yang akan diambil dalam rangka menjaga ketersediaan air
baku. Berdasarkan analisis sensitivas, terlihat bahwa parameter yang paling krits adalah parameter air tanah. Setiap kebijakan yang diambil baik berupa
peningkatan pemakaian air tanah maupun pengurangan pemakaian air tanah, berdampak sangat signifikan terhadap ketersedian air baku. Dalam Gambar 36 di
atas, dapat dilihat bahwa kebijakan mengurangi pemakaian air tanah, maka
147
ketersediaan air baku akan meningkat tajam. Tidak demikian halnya dengan parameter input lainnya seperti parameter reuse, reduce, dan recycle. Kebijakan
terhadap parameter tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan air baku. Dengan demikian, kebijakan terhadap pemanfaatan parameter air tanah
harus dilakukan dengan cermat agar ketersedian agar ketersediaan air baku dapat terjaga dan lestari.
5.5. Simulasi Model 5.5.1. Kondisi Eksisting
DAS Babon adalah salah satu DAS kritis dengan fluktuasi debit air sungai yang sangat signifikan. Artinya ketersediaan air di musim kemarau sangat
terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat bergantung dengan air tanah yang jumlahnya juga terbatas. Belum ada upaya yang dilakukan agar DAS
Babon dapat mencukupi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan dengan meminimalisasi ekplorasi air tanah. Simulasi model dilakukan dengan
menggunakan data kondisi existing di DAS Babon. Simulasi dilakukan untuk kurun waktu 50 tahun yaitu dari tahun 2010-2060.
DAS Babon memiliki luas 35 598.4 ha terbagi atas 4 land use yaitu pemukiman seluas 10 000 ha, sawah seluas 2 361.7 ha, hutan seluas 5 868.3 ha
dan tegalan seluas 17 368.4 ha. Air sungai DAS Babon digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam 3 sektor yaitu domestik, perhotelan dan
indusri. Untuk sektor domestik DAS babon harus memenuhi kebutuhan masyarakat dengan populasi 1 280 790 jiwa dengan laju pertumbuhan 1.5 per
tahun, sektor perhotelan sebanyak 85 hotel dengan laju pertumbuhan 1 per tahun dan sektor industri sebanyak 16 528 unit industri besarkecil dengan laju
pertumbuhan 0.025 per tahun. Ketersediaan air baku DAS Babon berasal dari air permukaan dan air tanah.
Pengelolaan air baku di DAS Babon dilakukan oleh beberapa PDAM. PDAM hanya mengambil air permukaan sebagai sumber air baku. Debit andalan yang
diambil untuk air baku dari air permukaan sebesar 1.76 m
3
detik. Besarnya debit andalan juga dipengaruhi oleh besarnya limpasan yang dapat dilihat dari koefisien
run off masing-masing land use. Koefisien run off masing-masing land use yang relatif besar mengindikasikan bahwa limpasan di DAS Babon juga relatif besar.