122
air baku dengan berbagai keadaan untuk setiap faktor. Dari hasil tersebut dirumuskan berbagai skenario strategi pengelolaan air baku, yaitu: 1 Skenario
Konservatif-Pesimistik bertahan pada kondisi yang ada sambil mengadakan perbaikan seadanya; 2 Skenario Moderat-Optimistik melakukan perbaikan tapi
tidak maksimal dan 3 Skenario Progresif-Optimistik melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan analisis prospektif ada lima atribut kritis yang harus dikelola agar keberlanjutan DAS Babon terjamin. Kelima atribut kunci tersebut akan
dijadikan variabel-variabel dalam membangun model dengan pendekatan sistem dinamis. Dengan mempertimbangkan kelima atribut kunci tersebut, akan
dirumuskan skenario pengelolaan DAS ke depan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pengaruh antar faktor, maka faktor kunci yang berpengaruh dan saling
ketergantungan tersebut selanjutnya didefinisikan kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan. Pada Tabel 23 disajikan hasil prospektif faktor kunci pengelolaan
air baku dengan berbagai keadaan untuk setiap faktor. Dari hasil tersebut dirumuskan berbagai skenario strategi pengelolaan air baku, yaitu: 1 Skenario
Konservatif-Pesimistik bertahan pada kondisi yang ada sambil mengadakan perbaikan seadanya; 2 Skenario Moderat-Optimistik melakukan perbaikan tapi
tidak maksimal dan 3 Skenario Progresif-Optimistik melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu.
Tabel 23 Keadaan masing-masing faktor kunci pengelolaan air baku
No. Faktor
Keadaan di Masa Depan
1A 1B
1C 1D
1. Kadar COD
Jauh diatas Sedikit diatas
sama dibawah
2A 2B
2C 2D
2. Debit pada musim
kemarau selama 5 tahun
Lebih dari 50
Terjadi Penurunan
25-50 Terjadi
Penurunan 10-25
Terjadi Penurunan
10
3A 3B
3C 3D
3. Kesesuaian
pemanfaatan lahan DAS
Tidak sesuai sesuai
Sangat sesuai
4A 4B
4C 4D
4. Kadar BOD
Jauh diatas Sedikit diatas
sama dibawah
5A 5B
5C 5D
5. Ketersediaan dana
untuk pelestarian lingkungan
Tidak tersedia
Kurang tersedia
Tersedia Tersedia
tak terbatas
123
Berdasarkan Tabel 23 di atas, terdapat keadaan yang peluangnya kecil atau tidak mungkin untuk terjadi secara bersamaan mutual incompatible. Ini ditandai
oleh garis yang menghubungkan antara satu keadaan dengan keadaan lainnya seperti kesesuian pemanfaatan lahan DAS tidak mungkin terjadi secara bersamaan
dengan debit air pada musim kemarau. Demikian pula dengan hubungan keadaan lainnya, namun karena faktor kunci yang diskenariokan banyak sehingga
hubungan yang tidak mungkin dapat terjadi bersamaan tidak bisa ditampilkan pada lembaran yang sama, tetapi dalam penyusunan skenario, hubungan ini tetap
diperhatikan. Dari berbagai kemungkinan yang terjadi seperti tersebut di atas, dapat
dirumuskan tiga kelompok skenario pengelolaan air baku DAS Babon secara berkelanjutan yang berpeluang besar terjadi di masa yang akan datang, yaitu :
1 Konservatif-Pesimistik dengan melakukan perbaikan seadanya terhadap
atribut-atribut faktor kunci.
2 Moderat-Optimistik dengan melakukan perbaikan sekitar 50 atribut-
atribut faktor kunci.
3 Progresif-Optimistik dengan melakukan perbaikan terhadap seluruh atribut-
atribut faktor kunci. Adapun skenario yang dapat disusun seperti Tabel 24. Tabel 24 Hasil analisis skenario strategi pengelolaan air baku DAS Babon
No. Skenario Strategi
Susunan Faktor 0.
Kondisi Eksisting 1A, 2A, 3A, 4A, 5A.
1. Konservatif-Pesimistik
1B, 2B, 3A, 4A, 5A. 2.
Moderat-Optimistik 1C, 2C, 3B, 4C, 5C.
3. Ideal
1D, 2D, 3C, 4D, 5D.
5.2.1.1. Skenario Konservatif-Pesimitik
Skenario konservatif-pesimistik dibangun atas dasar kondisi saat ini dari sistem pengelolaan air baku dengan memperbaiki seadanya. Skenario ini
mengandung pengertian bahwa strategi yang dirumuskan masih berdasarkan konsep pengembangan secara tradisional dan tidak memiliki prospek
pengembangan sistem yang berpandangan jauh ke depan. Skenario konservatif- pesimitik dibangun berdasarkan keadaan dari faktor kunci dengan kondisi: 1
Tidak adanya monitoring terhadap limbah cair industri yang dibuang ke sungai dan belum adanya pemukiman memiliki IPAL secara komunal menyebabkan
124
limbah yang dibuang ke badan air penerima belum memenuhi baku mutu lingkungan, 2 Hilangnya vegetasi yang ada di daerah hulu akibat perambahan
hutan sehingga tidak adanya daerah yang menampung air ketika hujan yang berdampak pada sistem tata air. Hal tersebut terlihat dari debit air yang semakin
kecil pada musim kemarau, 3 Perubahan konversi lahan untuk perumahan dan industri menyebabkan peruntukan lahan tidak sesuai dengan fungsinya dan
menyebabkan berbagai dampak ekologi terhadap kondisi DAS, 4 Tidak adanya monitoring terhadap limbah cair industri yang dibuang ke sungai dan belum
adanya pemukiman memiliki IPAL secara komunal menyebabkan limbah organik yang dibuang kebadan air penerima belum memenuhi baku mutu lingkungan
sehingga berpengaruh terhadap nilai BOD yang berada di atas BML, dan 5 Belum adanya kebijakan yang berpihak pada lingkungan menyebabkan belum
tersedia dana untuk melakukan pelestarian terhadap lingkungan. Penerapan Skenario Konservatif-Pesimistik ini akan berimplikasi pada: 1
Nilai kadar COD masih di atas baku mutu lingkungan, 2 Debit air setiap tahun pada musim kemarau akan semakin kecil, 3 Pemanfaatan lahan setiap tahun
meningkat tidak sesuai peruntukannya, 4 Kadar BOD meningkat seiring dengan waktu dan berada di atas baku mutu lingkungan, dan 5 Kurangnya peran
pemerintah dalam menyediakan dana untuk pelestarian lingkungan.
5.2.1.2. Skenario Moderat-Optimistik
Skenario Moderat-Optimistik mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai
dengan keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki serta berkeyakinan bahwa usaha kegiatan pengelolaan DAS Babon dapat menjamin ketersediaan air
baku dan menekan biaya produksi air minum, memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar DAS Babon dan berkontribusi terhadap perekonomian
daerah. Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan dari faktor penentu dengan kondisi: 1 Melakukan pengolahan limbah cair sehingga kadar COD lebih tinggi
sedikit atau sama dengan baku mutu dan turun secara bertahap, 2 Melakukan penghijauan di daerah hulu dan kesadaran penduduk meningkat untuk tidak
membuang sampah di sungai, 3 Penataan kembali penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya terutama daerah tampungan air, 4 Mengolah limbah cair
125
industri dan permukiman secara intensif sebelum dibuang ke sungai, dan 5 Pemerintah daerah mulai peduli terhadap lingkungan dengan menyediakan dana
untuk pelestarian meskipun masih terbatas. Penerapan strategi Moderat-Optimistik secara terencana akan dapat
meningkatkan kinerja dari sistem pengelolaan air baku di DAS Babon. Dukungan pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk rehabilitasi DAS Babon sangat
diperlukan untuk memperbaiki kualitas air baku serta meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di sekitar DAS untuk selalu menjaga kelestarian
lingkungan. Penerapan Skenario Moderat-Optimistik akan memberikan implikasi
berupa: 1 Kadar COD sama atau lebih kecil dari baku mutu lingkungan, 2 Debit air pada musim kemarau semakin naik, 3 penggunaan lahan turun sesuai
dengan peruntukannya, 4 Kadar BOD sama atau lebih kecil dari baku mutu lingkungan, dan 5 tersedianya dana yang cukup untuk kegiatan pelestarian DAS
Babon.
5.2.1.3. Skenario Progresif-Optimistik
Skenario Progresif-Optimistik mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi mendapat dukungan secara maksimal dari setiap
faktor kunci dan para pelaku utama berkeyakinan bahwa kegiatan tersebut dapat memperbaiki DAS Babon dan kualitas air baku sehingga dapat memberikan
manfaat pada penduduk yang ada disekitar DAS dan berkontribusi terhadap perekonomian daerah. Skenario Progresif-Optimistik dibangun berdasarkan
keadaan dari faktor kunci dengan kondisi: 1 Bahwa kadar COD akan turun atau di bawah baku mutu lingkungan jika dilakukan pengolahan limbah cair industri
dan pemukiman secara terpadu serta melakukan monitoring limbah cair setiap sebulan sekali yang dilakukan oleh pemrakarsa dan dipantau oleh Bapedal
KabupatenKota, 2 Melakukan kegiatan penghijauan di daerah hulu dan pengerukan DAS yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang bekerjasama
dengan masyarakat setempat; 3 Melakukan pengawasan terhadap penggunaan lahan disekitar DAS Babon terutama untuk pemukiman, industri dan
pertambangan serta pemberian sanksi yang tegas terhadap penyalahgunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya, 4 Kadar BOD dibawah BML jika dilakukan
126
pengawasan yang ketat terhadap kegiatan pertanian didaerah hulu, pembuatan septick tank secara komunal pada perumahan yang ada disekitar DAS, melakukan
pengawasan limbah cair industri dan perumahan, dan 5 Kepedulian pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk pelestarian lingkungan dan pemberian
insentif kepada masyarakat yang ada disekitar DAS dalam menjaga lingkungan. Penerapan Skenario Progresif-Optimistik akan memberikan implikasi
berupa: 1 kadar COD yang dibuang ke sungai jauh di bawah baku mutu lingkungan, 2 debit air meningkat pada musim kemarau, 3 penggunaan lahan
sesuai dengan peruntukannya, 4 kadar BOD dari limbah cair industri dan pemukiman lebih rendah di bawah BML sebelum dibuang ke sungai, dan 5 Dana
yang tersedia untuk peletarian DAS Babon agar diprioritaskan.
5.3. Pemodelan Sistem Dinamik
A. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemangku kepentingan yang terlibat dan kajian literatur, maka dilakukan analisis kebutuhan yaitu:
1. Masyarakat, yaitu masyarakat yang memanfaatkan DAS Babon Semarang sebagai sumber air baku air minum di samping untuk kebutuhan lainnya
seperti: pertanian, peternakan, perikanan, air bersih untuk keperluan domestik dan industri.
2. Dinas dan instansi terkait, yaitu semua dinas dan instansi pemerintah daerah yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan pengelolaan DAS Babon
Semarang sebagai sumber air baku, antara lain: Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, BPSDA Balai
Pengelolaan Sumber Daya Air Jratun Jragung –Tuntang .
3. Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang peduli terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
4. Perusahaan Daerah Air Minum Semarang PDAM Tirta Moedal Semarang sebagai perusahaan yang mengolah air baku menjadi air minum untuk
kebutuhan masyarakat Semarang dan sekitarnya. Pada Tabel 25 disajikan kebutuhan pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS Babon Semarang
sebagai sumber air baku permukaan untuk air minum.
127
Tabel 25 Analisis kebutuhan pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS Babon Semarang sebagai sumber air baku air minum
No. Pelaku Sistem
Kebutuhan Pelaku Sistem 1.
Masyarakat Terpenuhinya kebutuhan air minum dengan harga yang
terjangkau. Terpeliharanya fungsi DAS.
Terpenuhinya kebutuhan air baku untuk berbagai kepentingan masyarakat.
2. Dinas dan
Instansi terkait Tetap berfungsinya DAS Babon sesuai peruntukannya.
DAS Babon memberikan manfaat yang optimal dalam menunjang pelaksanaan pembangunan Provinsi Jawa
Tengah. Tidak terjadi kelangkaan air pada musim kemarau.
Dapat memenuhi kebutuhan air baku air minum masyarakat.
Terbentuknya kelembagaan dan mekanisme kerjasama antar lembaga yang terpadu dalam pengelolaan DAS
babon. 3.
Perguruan Tinggi dan Lembaga
Swadaya Masyarakat
LSM Terjaganya kelestarian DAS.
Tidak terjadi konflik kepentingan dalam pemanfaatan DAS Babon.
Terjaminnya kesetaraan equity dalam pemanfaatan air baku bagi masyarakat.
4. PDAM Semarang
Tercapainya kualitas air baku air minum agar biaya operasional pengolahan air baku menjadi air minum
layak secara ekonomis. Dapat memenuhi permintaan konsumen dengan harga
yang terjangkau. Keuntungan yang layak bagi perusahaan.
B. Formulasi Masalah
Menurut Eriyatno 2003, formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki limited of resources dan
atau adanya konflik atau perbedaan kepentingan conflict of interest diantara pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sistem.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan kondisi sumberdaya DAS Babon saat ini, permasalahannya diformulasikan sebagai berikut:
1. Kualitas air baku telah mengalami penurunan yang sangat signifikan, dimana indikator pencemaran seperti BOD, COD telah melebihi batas ambang,
demikian juga dengan kuantitas air bakunya. Akibat perubahan tata guna lahan, menyebabkan ketersediaan air baku menurun. Hal tersebut dapat dilihat
dari pebedaan debit maksimum dan debit mínimum.