Penetapan Waktu Longgar Dan Waktu Baku

5 Tabel 1. Tabel Performance Rating Dengan Sistem Westinghouse SKILL EFFORT 0.15 A1 Superskill 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 0.11 B1 Excellent 0.10 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 0.06 C1 Good 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2 0.00 D Average 0.00 D Average 0.05 E1 Fair 0.04 E1 Fair 0.10 E2 0.08 E2 0.16 F1 Poor 0.12 F1 Poor 0.22 F2 0.17 F2 CONDITION CONSISTENCY 0.06 A Ideal 0.04 A Ideal 0.04 B Excellent 0.03 B Excellent 0.02 C Good 0.01 C Good 0.00 D Average 0.00 D Average 0.03 E Fair 0.02 E Fair 0.07 F Poor 0.04 F Poor Sumber : Wignjosoebroto 2006

c. Penetapan Waktu Longgar Dan Waktu Baku

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus menerus sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan contohnya istirahat melepas lelah. Waktu longgar yang dibutuhkan akan menunda atau memperlambat proses produksi. Waktu longgar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi personal allowance, kelonggaran waktu untuk melepas lelah fatigue allowance, dan kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan delay allowance. 1 Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Pribadi Personal Allowance Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi disini adalah seperti minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, mengobrol dengan teman sekerja, dll. 6 Kebutuhan ini mutlak dibutuhkan bagi seorang pekerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lainnya karena setiap pekerjaan memiliki karakteristik tersendiri dengan ”tuntutan” yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata besarnya kelonggaran bagi pria dan wanita itu berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN A. TENAGA YG DIKELUARKAN 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop , ringan Mencangkul Mengayun palu yg berat Memanggul beban EKIVALEN BEBAN PRIA WANITA tanpa beban 0,0- 6,0 0,0- 6,0 0,00-2,25 kg 6,0-7,5 6,0- 7,5 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0- 30,0 19,00-27,00 19,0-30,0 27,00 – 50,00 30,0-50,0 Diatas 50 kg B. SIKAP KERJA 1. Duduk 2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi , belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada dua kaki 0,0 - 1,0 1,0 - 2,5 2,5 - 4,0 2,5 - 4,0 4,0 - 10,0 C. GERAKAN KERJA 1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit 4. Pada anggota badan Terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorongpertambangan yg sempit 0 - 5 0 - 5 5 - 10 10 - 15 7 Tabel 3. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh lanjutan FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN D. KELELAHAN MATA 1. Pandangan yg terputus-putus 2. Pandangan yg hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dgn fokus berubah-ubah 4. Pandangan terus menerus dgn fokus tetap Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan yang sangat teliti PENCAHAYAAN BAIK BURUK 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0 19,0 - 30,0 16,0 - 30,0 E. KEADAAN TEMPERATUR TEMPAT KERJA TEMPERATUR C 1. Beku dibawah 0 2. Rendah 0 - 13 3. Sedang 13 - 22 4. Normal 22 - 28 5. Tinggi 28 - 38 6. Sangat tinggi diatas 38 KELEMBABAN NORMAL BERLEBIHAN PRIA WANITA Diatas 10 diatas 12 10 – 5 12 - 5 5 – 0 8 - 0 0 – 5 0 - 8 5 – 40 8 - 100 Diatas 40 diatas 100 F. KEADAAN ATMOSFER 1. Baik Ruang yg berventilasi baik, udara segar 2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 3. Kurang baik Adanya debu beracun atau tidak beracun tapi banyak 4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya harus menggunakan alat pernafasan 0 – 5 5 – 10 10 – 20 G.KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 4. Sangat bising 5. Jika faktor yg berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran lantai 7. Keadaan yg luar biasa bunyi, kebersihan dll 0 – 1 1 – 3 0 – 5 0 – 5 5 – 10 5 – 10 Kontras antara warna hendaknya diperhatikan Tergantung juga pada keadaan ventilasi Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 2 – 2,5 dan Wanita = 2 – 5 Sumber : Sutalaksana et.al.1979 8 Waktu standar ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerjadengan tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan pekerja tersebut Mundel dan Danner, 1994. Waktu standar mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut : 1. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja 2. Perkiraan biaya-biaya untuk upah karyawan 3. Penjadwalan produksi dan penganggaran 4. Perencanaan sistem pemberian insentif 5. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja 6. Menyeimbangkan lintasan produksi the balancing of production lines. Waktu baku atau waktu standar merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan demikian waktu baku dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2.2 Biasanya secara umum, ditetapkan nilai personal allowance adalah 5. 2 Kelonggaran Waktu Untuk Melepas Lelah Fatigue Allowance Rasa fatigue tercermin antara lain menurunnya hasil produksi baik dalam jumlah maupun kualitas. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan menjadi fatigue total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. 3 Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan Delay Allowance Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan- hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan dan ada pula yang tidak. Bagi hambatan yang dapat dihindarkan jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan bagi hambatan yang tidak dapat dihilangkan harus diusahakan dikurangi sebisa mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Contoh hambatan yang tidak dapat dihindarkan seperti menerima petunjuk dari pengawas atau supervisor, memperbaiki mesin, dll. 2.1.2. Studi Gerakan Menurut Wignjosoebroto 2008, studi gerakan atau motion study suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi ini akan diperoleh gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang efektif dan efisien. Untuk memudahkan analisa gerakan maka digunakan metode THERBLIG yang diciptakan oleh Frank dan Lillian Gilberth. Pada metode THERBLIG diuraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan. Sebagian elemen-elemen dasar THERBLIG merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila bersifat manual. Frank dan Lillian Gilberth 9 menyatakan metode ini dalam simbol-simbol gambar dan warna tertentu seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Sumber : Wignjosoebroto 2006 Gambar 1. Simbol-simbol dalam metode THERBLIG

2.2. Peta Kerja