Analisis studi gerak dan waktu pada proses produksi minuman lidah buaya di UMKM: studi kasus PT. Driyama Purwana, Bogor

(1)

ANALISIS STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES

PRODUKSI MINUMAN LIDAH BUAYA DI UMKM

(STUDI KASUS: PT. DRIYAMA PURWANA, BOGOR)

Oleh

THIA TASTANNY

H 24086048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

 

 

THIA TASTANNY. H24086048. Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi  Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT. Driyama Purwana, Bogor). Di bawah  bimbingan HETI MULYATI 

       

PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang mengolah lidah buaya menjadi minuman kemasan. Teknologi yang digunakan perusahaan tersebut masih sederhana sehingga kemampuan tenaga kerja berpengaruh besar terhadap produktivitas perusahaan. Analisa gerak dan waktu, diperlukan untuk dapat meminimalkan gerakan kerja yang tidak efektif sehingga akan diperoleh waktu kerja yang optimal. Peningkatan produktivitas pekerja selain analisa studi gerak dan waktu juga berkaitan dengan lingkungan fisik kerja. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisa studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, (2) Menganalisa standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, dan (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana.

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data  sekunder.  Data  primer  meliputi  rekaman  semua  proses  produksi,  pengukuran,  pencatatan data, serta wawancara dengan pemilik dan karyawan PT. Driyama Purwana.  Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, dan data  atau  dokumen  yang  dimiliki  perusahaan.  Pengolahan  data  dalam  penelitian  ini  menggunakan uji keseragaman data, kecukupan data dan perhitungan waktu standar  dengan bantuan software Excel 2007.  

   Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan pekerja di bagian proses produksi  minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana terdiri dari tujuh gerakan Therblig, yaitu:  memegang, mengarahkan, membawa, melepas, mengarahkan sementara, pemeriksaan,  dan memakai. Waktu baku dari proses produksi adalah sebesar 111,62 detik/ cup atau 1  menit 51 detik/ cup. Penghilangan gerakan yang kurang efektif yaitu (1) Gerakan  meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi, (2) Gerakan memindahkan  cup minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke dalam panci pasteurisasi, dan (3)  Pengurangan waktu pada saat melakukan  perendaman gel lidah buaya dan pencucian  gel lidah buaya tahap II. Apabila ketiga gerakan tersebut dihilangkan maka akan  menghasilkan penghematan waktu sebesar 10,84 detik/ cup atau penghematan waktu  yang dapat dilakukan dalam satu kali proses produksi minuman lidah buaya yang  menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya adalah  sebesar 1.951,2 detik atau 34,2 menit. Jika selama 1 (satu) bulan PT.Driyama Purwana  melakukan produksi sebanyak 20 kali, maka penghematan yang dapat dilakukan adalah  sebesar 684 menit. 


(3)

ANALISIS STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES

PRODUKSI MINUMAN LIDAH BUAYA DI UMKM

(STUDI KASUS: PT. DRIYAMA PURWANA, BOGOR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

THIA TASTANNY

H 24086048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Judul Skripsi : Analisis Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya Di UMKM (Studi Kasus: PT.Driyama Purwana, Bogor)

Nama : Thia Tastanny

NIM : H24086048

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Heti Mulyati, STP, MT) NIP : 19770812 200501 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002


(5)

RIWAYAT

 

HIDUP

 

 

  Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 8 Juni 1986. Penulis merupakan  puteri bungsu dari pasangan Sutrisno dan Karina Belinda Tandjung. 

  Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kartika IX  Jakarta Selatan, kemudian pindah ke Sekolah Dasar Islam Al‐Hasanah Tangerang pada  tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah  Menengah Pertama Negeri 219 Jakarta Barat, lalu pada tahun 2001, penulis melanjutkan  pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 90 Jakarta Selatan. 

  Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Diploma III Politeknik Univesitas  Indonesia (UI), Jurusan Akuntansi, Program Studi Keuangan Perbankan. Tahun 2008  penulis  melanjutkan  ke  Program  Sarjana  Alih  Jenis  Manajemen,  Departemen  Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama  masa  perkuliahan  di  IPB  penulis  berpartisipasi  aktif  dalam organisasi mahasiswa  Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB atau Extension of Management (EXOM)  Bagian Kewirausahaan periode 2008 ‐ 2009.  

 

 

 

 

 

       


(6)

KATA

 

PENGANTAR

 

 

  Segala  puji  dan  syukur  penulis  panjatkan  kepada  Allah  SWT  yang  telah  memberikan rahmat dan hidayat‐Nya berupa kekuatan dan kesehatan lahir batin,  sehingga  laporan  skripsi berjudul ”Analisis Studi  Gerak dan Waktu pada  Proses  Produksi Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT.Driyama Purwana, Bogor)” 

dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di  Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan  Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini perlu dilakukan karena studi gerak  dan  waktu  dapat  mengetahui  gerakan  yang  tidak  perlu  dan  waktu  baku  untuk  menyelesaikan  proses  produksi  minuman  lidah  buaya.  Hal  tersebut  secara  tidak  langsung berdampak pada produktivitas perusahaan. Selama ini studi gerak dan waktu  banyak diamati pada perusahaan besar. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian  tentang studi gerak dan waktu di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dengan  demikian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang studi gerak  dan waktu pada UMKM minuman lidah buaya, khususnya dan dapat diterapkan pada  UMKM lainnya.  

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh  karena itu, penulis sangat menghargai saran dan masukan yang bersifat membangun  untuk  menyempurnakan  skripsi  ini.  Semoga  skripsi  ini  bermanfaat  bagi  yang  memerlukannya. 

   

           Bogor,   Maret 2011 

   

                 Penulis 


(7)

UCAPAN

 

TERIMA

 

KASIH

 

 

  Selama proses penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik  secara moril maupun materiil. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih  kepada : 

1. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan  waktunya  untuk  memberikan  motivasi,  masukan  dan  bimbingan  yang  sangat  bermanfaat selama menyelesaikan tugas akhir ini. 

2. Bapak Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen  yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan. 

3. Bapak Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Bapak Alim Setiawan, STP, M.Si, atas  kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan memberikan  masukan yang berharga untuk skripsi ini. 

4. Bapak Iwan Purwana selaku pemilik usaha industri minuman lidah buaya PT.Driyama  Purwana beserta seluruh pekerja yang telah memberikan bimbingan serta informasi  dalam skripsi ini. 

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,  FEM IPB yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas akhir penulis. 

6. Keluarga Tercinta Papa, Mama, Kak Ichayuen, Kak Baihaqi yang selalu memberikan  doa, dukungan, serta perhatiannya. 

7. Suami Tersayang Farid Wibisono dan anakku Afkarul Kamil yang selalu memberikan  doa dan bantuannya. 

8. Sahabat‐sahabatku terbaik di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, FEM IPB Yusi  Saragi, Pandu Prasetyo,  Adhelia Okti, Ledyana Gultom, Damayana, Ayu, Dewi  Kashita, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga  selamanya kebersamaan dan persahabatan kita tetap terjalin. 

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat  disebutkan satu per satu. 

 


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tata Cara Kerja . ... 6

2.2. Studi Gerak ... 7

2.3. Pengukuran Kerja ... 11

2.4. Studi Waktu . ... 12

2.5. Peta Kerja ... 13

2.6. Penyesuaian dan Kelonggaran ... 15

2.6.1 Penyesuaian ... 15

2.6.2 Kelonggaran ... 18

2.7. Produktivitas Kerja ... 20

2.8. Penelitian Terdahulu ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24

3.2. Tahapan Penelitian ... 26

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 32


(9)

4.3. Studi Gerak Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya ... 38

4.4. Studi Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya ... 44

4.5. Produktivitas Kerja ... 48

4.6. Implikasi Manajerial ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

1. Kesimpulan ... 54

2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Macam-macam elemen gerakan Therbligs ... 7

2. Penyesuaian menurut Westinghouse ... 16

3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif ... 17

4. Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh ... 19

5. Jenis dan metode pengumpulan data ... 29

6. Rangkaian gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya sudah ada. ... 38

7. Saran perubahan gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya ... 41

8. Subgrup dari proses produksi minuman Lidah Buaya ... 45

9. Penyesuaian menurut Westinghouse ... 46

10. Penyesuaian objektif ... 46


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Langkah-langkah penelitian kerja ... 6

2. Kerangka pemikiran penelitian ... 25

3. Tahapan penelitian ... 26

4. Produk minuman Lidah Buaya ... 32

5. Peta aliran proses produksi minuman Lidah Buaya ... 34

6. Peta proses operasi produksi minuman Lidah Buaya ... 35


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data sampel waktu ... 59

2. Perhitungan uji keseragaman data ... 59

3. Perhitungan uji kecukupan data ... 61

4. Perhitungan waktu standar ... 62  

                                       


(13)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu agroindustri pengolahan hasil pertanian yang sekarang sedang dikembangkan adalah agroindustri lidah buaya. Pengembangan agroindustri tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjadikan komoditas lidah buaya berdaya saing tinggi. Agroindustri yang berdaya saing harus ditunjang oleh berbagai komponen, diantaranya adalah mengoptimalkan produktivitas kerja perusahaan. Produktivitas kerja adalah rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan (Wignjosoebroto, 2008). Meningkatnya hasil keluaran kerja per jam (output) ataupun waktu yang telah dihabiskan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja.

Dalam hal peningkatan daya saing, perusahaan tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga harus mampu meningkatkan kualitas, dan menekan biaya produksi (cost reduction) serta memenuhi keinginan pelanggan secara tepat waktu. Peningkatan produktivitas secara terus menerus dan menyeluruh merupakan hal penting yang tidak saja berlaku bagi setiap individu pekerja, melainkan juga bagi perusahaan. Faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah sumber daya manusia, peralatan/teknologi, dan lingkungan. Selain faktor tersebut, agar produktivitas meningkat maka perlu juga diupayakan untuk menghindari atau meminimalkan langkah-langkah kegiatan yang tidak perlu atau tidak produktif.

Pendekatan secara ergonomi dalam perancangan tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system). Penataan tata letak dan fasilitas kerja merupakan hal penting untuk dilakukan agar menghasilkan gerakan-gerakan kerja yang efisien. Gerakan-gerakan manusia dalam melakukan pekerjaanya perlu untuk dirancang secara ergonomis, agar tidak menimbulkan resiko sakit anggota badan, lelah dan nyeri. Oleh sebab itu, agar terciptanya keseimbangan beban tubuh dengan beban kerja perlu adanya pengaturan ulang atau modifikasi alat dan lingkungan kerja.

Pendekatan ergonomi banyak diaplikasikan dalam banyak hal. Mulai dari perancangan produk, fasilitas kerja dan tempat kerja (work stations/places)


(14)

dengan sasaran untuk menambah efektivitas dan efisiensi gerak serta waktu kerja. Hal ini pada akhirnya akan membawa dampak peningkatan produktivitas pekerja. Selain itu untuk memperbaiki kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Kinerja yang optimal akan bisa dipenuhi ketika peralatan/fasilitas kerja, stasiun kerja, produk dan tata cara kerja dirancang dan disesuaikan dengan pendekatan dan prinsip-prinsip ergonomi.

Ergonomi menurut Sutalaksana, dkk (2006), adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia. Secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan kinerja yang terbaik. Dengan demikian, prinsip ergonomi khususnya studi gerak dan waktu penting untuk dijadikan sebagai kerangka dasar dalam peningkatan produktivitas perusahaan melalui penggunaan waktu dan gerak secara efektif dan efisien.

Analisa waktu (time study) adalah penentuan waktu kerja selama periode tertentu agar bisa ditentukan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan (waktu standar) (Wignjosoebroto, 2008). Hal tersebut dapat dilakukan melalui studi terhadap gerak dan waktu dalam pekerjaan. Studi gerak dan waktu merupakan penelitian terhadap suatu pekerjaan tertentu yang sedang dilaksanakan oleh seorang pekerja demi meningkatkan efisiensinya. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur waktu yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Studi gerak dan waktu penting untuk dilakukan agar dapat meminimalkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif sehingga akan diperoleh waktu kerja yang optimal. Peningkatan produktivitas pekerja selain analisa studi gerak dan waktu juga berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dipengaruhi dari berbagai faktor. Salah satu faktor penting adalah lingkungan fisik kerja. Menurut Suma’mur (1976), lingkungan fisik kerja meliputi penerangan, suhu/kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara.

PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan berskala kecil yang bergerak di bidang agroindustri lidah buaya berlokasi di Kabupaten Bogor. Perusahaan ini memproduksi lidah buaya menjadi minuman lidah buaya kemasan. Proses produksi lidah buaya menjadi minuman kemasan dilakukan melalui beberapa


(15)

tahap. Tahap pertama adalah pencucian pelepah lidah buaya yang telah dipanen untuk menghilangkan kotoran, pengupasan pelepah, pemotongan daging lidah buaya. Proses berikutnya adalah pencucian awal dengan air bersih, perendaman dan pencucian kedua yang kemudian diikuti dengan proses perebusan. Tahap kedua adalah tahap pengemasan yang dimulai dengan memasukkan gel yang telah ditiriskan ke dalam kemasan berupa gelas plastik (cup) disertai penambahan campuran gula dan air. Selanjutnya kemasan (cup) tersebut yang berisi potongan-potongan lidah buaya dan campuran air gula ditutup dengan menggunakan mesin

sealer. Tahap terakhir adalah melakukan pasteurisasi dan pendinginan, dimana pendinginan dilakukan di dalam ember berisi air yang mengalir.

Proses pembuatan minuman lidah buaya penting untuk dianalisis, terutama studi gerak dan waktunya. Peran pekerja dalam proses ini memegang peranan penting. Hal ini disebabkan karena pekerjaan tersebut dilakukan manual sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan yang tinggi dari pekerja. Oleh karena itu, penulis melakukan analisa studi gerak dan waktu dalam proses poduksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, Bogor. Selain itu, akan dianalisa pula hal-hal yang mempengaruhi produktivitas pekerja dan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja yang meliputi tingkat penerangan, suhu/kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara.

1.2. Perumusan Masalah

PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang mengolah lidah buaya menjadi minuman kemasan. Proses produksi tersebut sangat bergantung pada kemampuan tenaga kerja dan teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan perusahaan tersebut masih sederhana sehingga kemampuan tenaga kerja berpengaruh besar terhadap produktivitas perusahaan.

Kemampuan tenaga kerja yang produktif dapat dilakukan dengan cara meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dan gerakan yang tidak perlu terjadi. Waktu minimal dapat diperoleh jika lingkungan fisik kerja dapat menunjang pekerjaan menjadi lebih efektif. Analisa gerak dan waktu (time and motion study), diperlukan untuk menetapkan waktu standar dalam melakukan suatu gerakan agar menghasilkan metode kerja yang tepat. Metode kerja yang tepat merupakan salah


(16)

satu faktor penunjang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan adanya efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan waktu dan gerak pekerja selama proses produksi dilakukan.

Analisis studi gerak dan waktu dilakukan terhadap pekerja untuk mendapatkan hasil waktu dan gerakan yang efektif dan efisien. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT.Driyama Purwana?

2. Bagaimana standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana?

3. Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisa studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana.

2. Menganalisa standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan mengamati dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan khususnya mengenai studi gerak dan studi waktu dalam kegiatan produksi atau di lingkup manajemen produksi dan operasi.


(17)

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan kinerja menuju kondisi yang lebih baik agar terciptanya keefektifan waktu dan gerakan. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan selama proses produksi, yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan dalam melakukan studi lebih lanjut khususnya mengenai studi gerak dan studi waktu atau di lingkup manajemen produksi dan operasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian studi gerak dan waktu di PT. Driyama Purwana dibatasi pada analisa gerak dan waktu kerja pada proses produksi minuman lidah buaya. Selain itu dilakukan pula analisa produktivitas pekerja dan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja. Proses produksi dipilih sebagai pengamatan untuk analisa gerak dan waktu karena pada proses ini diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

    

                 


(18)

II

.

 TINJAUAN

 

PUSTAKA

 

2.1. Tata Cara Kerja 

    Menurut Sutalaksana, dkk (2006), perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu  yang terdiri dari teknik‐teknik dan prinsip‐prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik  dari sistem  kerja. Teknik‐teknik dan prinsip‐prinsip ini digunakan untuk mengatur  komponen‐komponen  sistem  kerja  yang  terdiri  dari  manusia  dengan  sifat  dan  kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja,  serta  lingkungan  kerja  sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang  diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat‐akibat psikologis  dan sosiologis yang ditimbulkannya. Secara sistematis hubungan antara studi tentang  tata cara kerja dan pengukuran kerja dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut: 

                            Beberapa  alternatif  sistem kerja 

lebih baik  PRINSIP‐PRINSIP PENGATURAN 

METODE KERJA 

Ergonomic 

• Studi Gerakan 

• Ekonomi gerakan

Alternatif  sistem kerja 

terbaik  PENELITIAN   KERJ A  

TEKNIK‐TEKNIK  PENGUKURAN KERJA 

• Pengukuran Waktu 

• Pengukuran Tenaga 

• Pengukuran Dampak  Psikologis & Sosiologis


(19)

       

Gambar 1. Langkahlangkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2008) 

2.2. Studi Gerak  

    Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja  dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau  menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan  efektif (Niebel, 1988). Oleh karena itu, industri harus lebih memperhatikan kebutuhan  untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ergonomika dan mengurangi jenis  pekerjaan yang berbahaya.  Aspek dari studi  gerakan  ini meliputi sebagian besar  prosedur  untuk  gerakan,  analisa  sistematis  dan  perbaikan  metode  kerja  dengan  memperhatikan bahan baku, desain produk, proses atau tujuan kerja, peralatan, tempat  kerja, dan perlengkapan untuk setiap tahapan proses. 

    Untuk  mempermudah  penganalisaan  terhadap  gerakan‐gerakan  yang  ada,  terlebih dahulu mengetahui gerakan‐gerakan dasar yang membentuk kerja tersebut.  Guna  melaksanakan  tujuan  ini,  maka  Frank  dan  Lilian  Gilberth  telah  berhasil  menciptakan simbol/kode dari gerakan‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama  THERBLIG (dieja dari nama Gilberth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen‐elemen  dasar Therbligs merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan  terjadi, terlebih‐lebih bila pekerjaan bersifat manual. Di sini Frank dan Lilian Gilberth  menguraikan gerakan‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs. Secara garis  besar  masing‐masing  Therbligs  tersebut  dapat  didefinisikan  sebagai  berikut  (Wignjosoebroto, 2008): 

Tabel 1. Macam‐macam elemen gerakan Therbligs 

Nama Therbligs  Lambang 

Huruf 

Kode Warna  Lambang  Gambar 

Produktivitas  lebih tinggi 


(20)

Mencari (search)  Sh Black

Memilih (select)  Sl Gray, Light

Memegang (grasp)  G Lake Red

Menjangkau atau Membawa tanpa  beban (transport empty) 

TE Olive Green

 

 

Nama Therbligs  Lambang 

Huruf 

Kode Warna  Lambang  Gambar 

Membawa dengan beban (transport  loaded) 

TL Green

Memegang untuk Memakai (hold)  H  Gold Ochre   

Melepas (release load)  RL Carmine Red

Mengarahkan (position)  P Blue

Mengarahkan Awal (pre position)  PP Sky Blue

Memeriksa (inspect)  I Burn Ochre

0

Merakit (assemble)  A Violet,

Heavy

Mengurai Rakit (diassembly)  DA Violet

 

 

 

  Lanjutan Tabel 1. Macam‐macam elemen gerakan Therbligs 


(21)

Memakai (use)  U Purple

Kelambatan yang Tak Terhindarkan  (unavoidable delay) 

UD Yellow

Ochre

Kelambatan yang Dapat Dihindarkan  (avoidable delay) 

AD Lemon

Yellow

Merencanakan (plan)  Pn Brown

B

Istirahat untuk Menghilangkan Lelah  (rest to overcome fatigue) 

R Orange

P

 

1) Mencari (search) 

  Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi  obyek. Gerakan kerja dalam hal ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat  mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. 

2) Memilih (select) 

  Memilih adalah elemen Therbligs yang merupakan gerakan kerja untuk  menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek. Bagian badan  yang digunakan untuk melakukan gerakan ini yaitu tangan dan mata. Therbligs ini  dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek  sudah ditemukan. 

3) Memegang (grasp) 

  Memegang  merupakan elemen gerakan  tangan  yang  dilakukan  dengan  menutup jari‐jari tangan obyek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen  ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan  membawa.  

4) Menjangkau atau Membawa tanpa beban (transport empty)  Sumber: Wignjosoebroto (2008) 


(22)

  Menjangkau adalah elemen yang menggambarkan gerakan tangan berpindah  tempat tanpa beban atau hambatan, baik gerakan menuju atau menjauhi obyek.  Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan  memegang. 

5) Membawa dengan beban (transport loaded) 

  Membawa merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini  tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan ini didahului oleh gerakan memegang dan  dilanjutkan dengan gerakan melepas.  

6) Memegang untuk Memakai (hold) 

  Memegang untuk Memakai terjadi bilamana tangan memegang obyek tanpa  menggerakan  obyek  tersebut.  Gerakan  ini  berawal  pada  saat  satu  tangan  memegang dan memakai obyek dan berakhir apabila tangan yang lainnya selesai  melakukan kerja terhadap obyek tersebut.  

   

7) Melepas (release) 

  Melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang  dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari‐jari  tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir begitu semua jari jelas  tidak menyentuh atau memegang obyek lagi. 

8) Mengarahkan (position) 

Mengarahkan  adalah  elemen  gerakan  Therbligs  yang  terdiri  dari  menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya  diawali oleh gerakan membawa dan diikuti oleh gerakan merakit atau melepas.  Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi  yang dituju dan  berakhir pada  saat gerakan merakit atau  melepas/memakai  dimulai. 


(23)

  Mengarahkan Awal merupakan elemen kerja Therbligs yang mengarahkan  obyek pada suatu tempat sementara. Elemen ini sering terjadi bersamaan dengan  Therbligs yang lain seperti membawa dan melepaskan.  

10) Memeriksa (inspect) 

Memeriksa merupakan pekerjaan memeriksa obyek untuk menjamin bahwa  obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Elemen gerakan ini  dapat  berupa  gerakan  melihat  seperti  memeriksa  warna,  meraba  seperti  memeriksa kehalusan permukaan benda, dan lain‐lain aktivitas yang prinsipnya  memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. 

11) Merakit (assemble) 

Merakit adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek  yang lain menjadi satu kesatuan. Merakit biasanya akan didahului oleh gerakan  mengarah atau membawa dan diikuti oleh gerakan melepas. 

12) Mengurai Rakit (diassembly) 

Mengurai Rakit merupakan gerakan yang didahului oleh gerakan memegang  dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan dengan elemen gerakan  melepas. 

 

13) Memakai (use) 

Memakai adalah elemen gerakan Therbligs dimana salah satu atau kedua  tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan‐ tujuan tertentu selama kerja berlangsung. 

14)Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay) 

Kelambatan yang tak terhindarkan diakibatkan oleh hal‐hal yang terjadi di  luar kemampuan mengendalikan dari pekerja. Kondisi ini menimbulkan terjadinya  waktu menganggur selama siklus kerja berlangsung baik yang dialami oleh satu atau  kedua tangan pekerja.   


(24)

Kelambatan yang dapat dihindarkan merupakan setiap waktu menganggur  yang terjadi pada  siklus  kerja  yang berlangsung merupakan  tanggung jawab  operator baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 

16) Merencanakan (plan) 

Merencanakan merupakan proses mental, dimana pekerja berhenti sejenak  bekerja  dan  memikir  untuk  menentukan  tindakan‐tindakan  apa  yang  harus  dilakukan  selanjutnya.  Elemen  kerja  ini  bisa  terjadi  pada  saat  siklus  kerja  berlangsung, akan tetapi umumnya sering dijumpai pada pekerja yang masih baru.  Cara memperbaikinya adalah dengan memberi pelatihan yang cukup. 

17) Istirahat untuk Menghilangkan Lelah (rest to overcome fatigue) 

Istirahat untuk Menghilangkan Lelah tidak terjadi pada setiap siklus kerja,  tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari  rasa fatigue sebagai akibat kerja berbeda‐beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya  tetapi juga oleh individu pekerjaannya. 

2.3. Pengukuran Kerja 

Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran kerja adalah metode penetapan  keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang  dihasilkan.  Pengukuran  waktu  kerja  ini  berhubungan  dengan  usaha‐usaha  untuk  menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu  baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat  kemampuan rata‐rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini meliputi waktu  kelonggaran yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang  harus diselesaikan. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas  pengukuran  kerja  ini  dapat  digunakan  sebagai  alat  untuk  membuat  rencana  penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan harus berlangsung dan  berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam  menyelesaikan pekerjaan tersebut.  

Teknik‐teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi kedalam dua bagian,  yaitu pengukuran waktu kerja seara langsung dan pengukuran kerja secara tidak  langsung. Cara pertama disebut demikian karena pengukurannya dilaksanakan secara  langsung, yaitu ditempat dimana pekerjaan diukur dijalankan. Dua cara termasuk 


(25)

didalamnya adalah cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch  time  study)  dan  sampling kerja  (work sampling).  Sebaliknya  cara  tidak  langsung  melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus ditempat pekerjaan yang  diukur. Disini aktivitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan  membaca tabel‐tabel waktu yang tersedia (Wignjosoebroto, 2008).  

2.4. Studi Waktu 

    Pengukuran waktu merupakan pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat  waktu  kerja  baik  setiap  elemen  ataupun  siklus  dengan  menggunakan  alat‐alat  penghitung  waktu  (Sutalaksana  dkk,  2006).  Hasil  pengukuran  waktu  adalah   mendapatkan waktu baku atau waktu standar penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang  dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu  pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Di dalam sistem produksi peranan  penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar, seperti halnya untuk sistem upah  perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran,  dan sebagainya.  

    Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik  dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan  berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan,  pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat  menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara  studi  waktu  menggunakan  stopwatch,  pengolahan  data  dengan  menggunakan  komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja,  dan  penghitungan  berdasarkan  masa  lalu.  Setiap  teknik  mempunyai  penerapan  tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisa waktu harus dapat diketahui ketika hal ini  harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara  benar (Niebel, 1988) 

    Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan,  dimana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur  yang digunakan untuk mengukur ”human time” untuk beberapa konsep dari sebuah  level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994). Pengukuran kerja merupakan  sebuah  ketentuan  umum  yang  digunakan  oleh  banyak  teknik  sistematik  dalam  pengembangan koefisien numerik untuk mengubah pernyataan kuantitatif dari beban 


(26)

kerja  menjadi  sebuah  pernyataan  kuantitatif  dari  waktu  yang  dibutuhkan  dalam  penggunaan sumberdaya seperti mesin, manusia atau robot. Aspek studi waktu terdiri  dari bermacam‐macm prosedur untuk menentukan jumlah waktu yang diperlukan dan  kondisi standar yang dapat diukur, yang meliputi tugas manusia, mesin atau kombinasi  keduanya. 

2.5. Peta Kerja 

    Peta kerja atau peta proses (process chart) merupakan suatu alat komunikasi  yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir  (Wignjosoebroto, 2008). Sedangkan peta kerja menurut Sutalaksana, dkk (2006) adalah  suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya  kerja produksi).  

    Peta kerja merupakan alat yang dipakai untuk menganalisa suatu operasi kerja  dengan tujuan mempermudah atau menyederhanakan proses kerja yang ada. Jika  dilakukan  studi  yang  seksama  terhadap  suatu  peta  kerja,  maka  usaha  untuk  memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan.  Perbaikan‐perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain: 

a) Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien. 

b) Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu elemen ke elemen yang lain.   c) Mengurangi waktu‐waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu 

(delay). 

d) Mengatur operasi kerja menurut langkah‐langkah kerja yang lebih efektif dan  efisien. 

e) Menggabungkan suatu operasi kerja dengan operasi kerja yang lain bilamana  mungkin. 

f) Menemukan operasi kerja yang lebih efektif dengan maksud memperrmudah  pelaksanaan. 

g) Menemukan mesin atau fasilitas‐fasilitas produksi lainnya yang mampu bekerja  lebih produktif. 

h) Menunjukkan aktivitas‐aktivitas inspeksi yang berlebihan. 

    Lewat peta kerja dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh  suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian 


(27)

menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi kerja,  inspeksi, menunggu, dan menyimpan sampai akhirnya menjadi produk akhir (finished  goods product) yang merupakan keluaran yang diinginkan (Wignjosoebroto, 2008).  

    Dalam Wignjosoebroto (2008), American Society of Mechanical Engineers telah  menetapkan lima standar simbol. Simbol ini telah dimodifikasi dengan menyingkat  simbol dari Gilbreth yaitu panah digantikan dengan lingkaran kecil dan tambahan simbol  baru untuk menandai waktu menunggu. Berikut ini adalah kelima simbol tersebut: 

       

Operasi.  Operasi  terjadi  ketika  objek  dirubah  dari  sifat  atau  karakteristiknya aslinya.  

Transportasi. Terjadi ketika benda kerja, pekerja atau perlengkapan  mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari  operasi. 

Pemeriksaan. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila suatu obyek  diperiksa, baik pemeriksaan pada segi kualitas atau kuantitas.  

Menunggu. Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau  perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa‐apa selain menunggu.   Penyimpanan. Proses penyimpanan terjadi apabila suatu obyek disimpan  untuk jangka waktu yang lama.  

    Pada dasarnya peta‐peta kerja dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan  kegiatannya, yaitu: 

1) Peta‐peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.  2) Peta‐peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat. 

   Suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan  tersebut  melibatkan  sebagian  besar  atau  semua  fasilitas  yang  diperlukan  untuk  membuat atau mengerjakan produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan kerja  disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun  kerja. Kaitan antara kedua macam kegiatan diatas terlihat bila untuk menyelesaikan 


(28)

suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu dengan lainnya saling  berhubungan. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat  tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja.     

   Berbagai macam peta kerja yang umum dipakai menganalisa proses kerja  keseluruhan, antara lain peta proses operasi (operation process chart), peta proses  produk banyak (multi product process chart), peta aliran proses (flow process chart),  diagram aliran (flow diagram/string diagram). Dan peta kerja yang termasuk kedalam  kerja setempat, yaitu peta pekerja dan mesin (man and machine process chart), peta  kelompok kerja (gang process chart), peta tangan kiri dan tangan kanan (left and right  process chart) atau peta operator (operator process chart).       

2.6. Penyesuaian dan Kelonggaran  2.6.1 Penyesuaian 

  Dalam Sutalaksana, dkk (2006), penyesuaian dilakukan dengan mengalikan  waktu siklus rata‐rata atau waktu elemen rata‐rata dengan suatu harga P yang  disebut faktor penyesuaian. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja  diatas normal (terlalu cepat) maka harga P nya akan lebih besar dari pada satu  (P>1). Sebaliknya, jika operator dianggap bekerja dibawah normal, maka harga P  nya akan lebih kecil dari pada 1 (P<1).  Seandainya pengukur berpendapat bahwa  operator bekerja dengan wajar maka harga P sama dengan satu (P=1). 

  Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas  dengan ciri‐ciri dari setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 2. 

Tabel 2. Penyesuaian menurut Westinghouse 

Faktor  Kelas  Lambang  Penyesuaian 

Keterampilan 

Super skill 

A1  +0,15 

A2  +0,13 

Excellent 

B1 +0,11 

B2  +0,08 


(29)

C2  +0,03 

Average fair 

D +0,00 

E1  ‐0,05 

E2  ‐0,10 

  Poor 

F1  ‐0,16 

F2 ‐0,22 

Usaha 

Excessive 

A1 +0,13 

A2 +0,12 

Excellent 

B1  +0,10 

B2  +0,08 

Good 

C1  +0,05 

C2  +0,02 

Average fair 

D +0,00 

E1  ‐0,04 

E2 ‐0,08 

Poor 

F1  ‐0,12 

F2  ‐0,17 

Kondisi kerja 

Ideal A +0,06 

Excellent B +0,04 

Good C +0,02 

Average fair 

D +0,00 

E ‐0,03 

Poor  F  ‐0,07 

 

       


(30)

   

Faktor  Kelas  Lambang  Penyesuaian 

Konsistensi 

Perfect  A  +0,04 

Excellent  B  +0,03 

Good C +0,01 

Average fair 

D  +0,00 

E ‐0,02 

Poor  F  ‐0,04 

Sumber : Sutalaksana,dkk (2006) 

Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif memperhatikan dua  faktor, yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja  adalah  kecepatan  dalam  melakukan  pekerjaan.  Sedangkan  kesulitan  kerja  merupakan berbagai keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut  memerlukan  banyak  anggota  badan,  pedal  kaki  dan  sebagainya.    Tabel  3  menyajikan penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif.     

Tabel 3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif 

Keadaan Lambang Penyesuaian 

Anggota Badan Terpakai 

Jari  A  0 

Pergelangan tangan dan jari  B  1 

Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari  C  2 

Lengan atas, lengan bawah, dan seterusnya D 5 

Badan  E 8 

Mengangkat beban dari lantai dengan kaki  E2  10 

Pedal Kaki 


(31)

Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu di bawah kaki F 0  Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak dibawah kaki  G  5 

Penggunaan Tangan 

Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0 

Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama pada saat yang 

sama  H2  18 

             

   

     

   

Keadaan Lambang Penyesuaian 

Koordinasi Mata dengan Tangan 

Sangat sedikit  I  0 

Cukup dekat   J  2 

Konstan dan dekat  K 4 

Sangat dekat  L 7 

Lebih kecil dari 0,04 cm  M  10 

Peralatan 

Dapat ditangani dengan mudah N 0 

Lanjutan Tabel 3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif   


(32)

Dengan sedikit kontrol  O 1 

Perlu kontrol dan penekanan  P 2 

Perlu penanganan hati‐hati  Q  3 

Mudah pecah, patah  R  5 

Berat Beban (Kg) 

   Tangan  Kaki 

0,45  B‐1  2  1 

0,90  B‐2  6  1 

1,35  B‐3  6  1 

1,80  B‐4 10  1 

2,25  B‐5 13  3 

2,70  B‐6 15  3 

3,15  B‐7  17  4 

3,60  B‐8  19  5 

4,05  B‐9  20  6 

4,50  B‐10 22  7 

4,95  B‐11 24  8 

5,40  B‐12  25  9 

5,85  B‐13  27  10 

6,30  B‐14  28  10 

Sumber : Sutalaksana,dkk (2006) 

2.6.2 Kelonggaran 

Jenis kelonggaran dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu kelonggaran untuk  kebutuhan  pribadi,  kelonggaran  untuk  menghilangkan  rasa  fatique,  dan  kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan. Besarnya persentase untuk  masing‐masing kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 4.   


(33)

Tabel 4. Kelonggaran berdasarkan faktor‐faktor yang berpengaruh 

Faktor  Contoh Pekerjaan  Ekuivalen 

Beban  Kelonggaran (%) 

A. Tenaga yang dikeluarkan  Pria  Wanita

1. Dapat diabaikan  Bekerja di meja, duduk Tanpa beban 0 – 6  0 – 6

2. Sangat ringan  Bekerja di meja, berdiri 0 – 2,25 kg 6 – 7,5  6 – 7,5

3. Ringan  Menyekop, ringan 2,25 – 9 kg 7,5 – 12  7,5 – 16

4. Sedang  Mencangkul 9 – 18 kg 12 – 19  16 – 30

5. Berat  Mengayun palu yang berat 18 – 27 kg 19 – 30 

 

6. Sangat berat Memanggul beban 27 – 50 kg 30 – 50 

7. Luar biasa berat  Memanggul karung berat di atas 50 kg

B. Sikap kerja 

1. Duduk  Bekerja duduk, ringan 0 – 1 

2. Berdiri di atas dua kaki  Badan tegak, bertumpu pada dua kaki 1 – 2,5  3. Berdiri di atas satu kaki  Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5 – 4  4. Berbaring  Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 – 4 

5. Membungkuk  Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua 

kaki  4 – 10 

C. Gerakan kerja 

1. Normal  Ayunan bebas dari palu 0 

2. Agak terbatas  Ayunan terbatas dari palu 0 – 5 

3. Sulit  Membawa beban berat dengan satu tangan 0 – 5 

4. Pada anggota badan terbatas  Bekerja dengan tangan di atas kepala 5 ‐ 10   5. Seluruh anggota badan terbatas  Bekerja di lorong pertambangan yang sempit  10 – 15 

D. Kelelahan mata 

Pencahayaan 

Baik  Buruk

1. Pandangan yang terputus‐putus  Membawa alat ukur 0 – 6  0 – 6

2. Pandangan yang hampir terus 

menerus  Pekerjaan yang teliti  6 – 7,5  6 – 7,5 

3. Pandangan terus menerus dengan 

fokus tetap  Pemeriksaan yang sangat teliti  7,5 – 12  7,5 – 16 


(34)

fokus berubah 

5. Pandangan terus menerus dengan  konsentrasi tinggi dan fokus tetap 

  

19 – 30 

  

6. Pandangan terus menerus dengan 

konsentrasi tinggi dan fokus berubah  30 – 50 

E. Keadaan suhu tempat kerja  Suhu (0

C) 

Kelelahan  Normal  Berlebihan

1. Beku  di bawah 0 di atas 10  di atas 12

2. Rendah  0 ‐13  10 – 0   12 ‐5

3. Sedang  13  22  5 – 0   8 ‐0

4. Normal  22 ‐28  0 – 5  0 ‐8

5. Tinggi  28 ‐38  5 – 40  8 ‐ 100

6. Sangat tinggi  di atas 38 di atas 40  di atas 100

F. Keadaan atmosfer 

1. Baik  Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0 

2. Cukup  Ventilasi kurang baik, ada bau‐bauan (tidak 

berbahaya)  0 – 5 

3. Kurang baik  Adanya debu‐debuan beracun atau tidak 

beracun tetapi banyak   5 – 10 

4. Buruk  Adanya bau‐bauan berbahaya yang 

mengharuskan menggunakan alat pernapasan   10 – 20  G. Keadaan lingkungan yang baik 

1. Bersih, sehat, cerah dengan tingkat kebisingan rendah 0 

2. Siklus kerja berulang‐ulang antara 5‐10 detik 0 – 1 

3. Siklus kerja berulang‐ulang antara 0‐5 detik 1 – 3 

4. Sangat bising  0 – 5 

5. Jika faktor‐faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 – 5 

6. Terasa adanya getaran lantai  5 – 10 

7. Keadaan‐keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dan lain‐lain) 5 – 15 

Sumber : Sutalaksana, dkk (2006) 

Catatan pelengkap: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria = 0% – 2,5% 


(35)

2.7. Produktivitas Kerja 

   Drucker dalam Kussriyanto (1993), menyebutkan bahwa produktivitas pekerja  menjadi  tanggungjawab  manajer.  Namun  dalam  perspektif  individu,  produktivitas  seseorang menjadi tanggungjawab pribadi orang itu sendiri. 

    Produktivitas tenaga kerja merupakan tolok ukur utama bagi kemajuan suatu  perusahaan. Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi  proses  kemajuan  dan  kemunduran  suatu  perusahaan,  artinya  meningkatkan  produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Produktivitas  adalah  rasio  output  dan  input  suatu  proses  produksi  dalam  periode  tertentu  (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007).  

     Peningkatan produktivitas kerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor  penting, diantaranya: 

1) Sumber Daya Manusia 

  Menurut Kussriyanto  (1993),  Pendidikan dan pelatihan untuk menambah  pengetahuan dan meningkatkan keterampilan pekerja dapat mempunyai dampak  paling langsung terhadap produktivitas. Kegiatan pengembangan ini menjadikan  pertumbuhan produktivitas yang terus menerus.  

2) Peralatan dan Teknologi 

  Banyak dari masalah produktivitas dalam perusahaan adalah karena faktor‐ faktor sistem. Faktor‐faktor sistem yang dapat menyebabkan produktivitas rendah,  antara lain keterbatasan peralatan pendukung produksi, penggunaan peralatan  yang tidak modern, kurangnya pemeliharaan peralatan produksi. Faktor‐faktor  penyebab produktivitas rendah tersebut dapat dihilangkan dengan cara memiliki  staf pemelihara alat‐alat yang tersedia setiap saat untuk memperbaiki alat serta  meningkatkan kualitas peralatan secara berkala (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007).       3) Lingkungan 

Lingkungan fisik kerja merupakan semua keadaan yang terdapat disekitar  tempat kerja, yang akan mempengaruhi pekerja baik secara langsung ataupun tidak  langsung (Sutalaksana dkk, 2006). Lingkungan tempat bekerja yang menyenangkan  memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja. Manusia dan 


(36)

beban kerja serta faktor‐faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan  yang tak terpisahkan (Suma’mur, 1976). Beban kerja yang berlebihan atau kondisi  lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi pekerja dapat menurunkan produktivitas  kerja.  

  Faktor  fisik yang  penting untuk  diperhatikan dalam  memberikan kondisi  lingkungan kerja nyaman meliputi penerangan yang baik, siklus udara yang baik,  tingkat  kelembaban  yang  baik,  serta  tingkat  kebisingan  masih  dalam  batas  kewajaran. 

a) Penerangan 

Penerangan yang baik memungkinkan pekerja melihat obyek‐obyek yang  dikerjakannya secara jelas dan cepat. Penerangan yang memadai memberikan  kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.  Akibat dari penerangan yang tidak baik atau buruk, meliputi kelelahan mata  dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di  daerah mata serta sakit kepala disekitar mata, kerusakan alat penglihatan, dan  meningkatkan kecelakaan (Suma’mur, 1976).   

b) Suhu dan Kelembaban 

Menurut  Silalahi  dan  Silalahi  (1985),  suhu  yang  ekstrem  sangat  mempengaruhi  produktivitas  dan  kesehatan  para  karyawan.  Setiap  mesin  menimbulkan panas. Debu, kelembaban udara, dan pencemar udara serta tubuh  manusia sendiri adalah sumber ketidaknyamanan di lingkungan kerja di samping  panasnya udara. Rentang suhu dimana manusia merasakan kenyamanan sangat  bervariasi. Variasi tersebut bergantung pada jenis pakaian yang digunakan dan  aktivitas fisik yang dilakukan. 

Sinar matahari yang berhasil masuk ke ruang kerja meningkatkan suhu yang  ada. Oleh sebab itu, perlu adanya alat pengendalian suhu, debu, dan bau di setiap  tempat  kerja.  Pengendali suhu  yang umum  adalah  AC  central  yang  dapat  disalurkan  ke  seluruh  tempat  kerja.  Guna  mengalirkan  udara  yang  telah  disejukkan, AC perlu dipasang di sudut‐sudut tertentu. Udara yang nyaman dan  mengalir mengurangi bakteri dan hawa bau dari udara. Penempatan AC perlu  memperhatikan juga tingkat kelembaban ruangan.  


(37)

Tingkat kelembaban yang terlalu tinggi juga mempengaruhi produktivitas. Di  negara tropis, kelembaban udara perlu dipantau secara periodik. Hal tersebut  perlu dilakukan karena kelembaban udara sangat mempengaruhi bahan yang  digunakan dalam proses produksi. 

c) Kebisingan 

Dalam Suma’mur (1976), intensitas kebisingan dinyatakan dengan desibel.  Kebisingan sendiri merupakan bunyi‐bunyi yang tidak dikehendaki. Biasanya suatu  kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang‐gelombang sederhana dari  beraneka  frekuensi.  Nada  dari suatu kebisingan  ditentukan  oleh  frekuensi‐ frekuensi yang ada. 

Kebisingan secara langsung mempengaruhi dampak pekerja sehingga pada  akhirnya mengganggu produktivitasnya. Kebisingan di atas batas normal (85 db)  perlu disisihkan dari tempat‐tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf  karyawan dan mengurangi keletihan mental. 

d) Sirkulasi udara 

Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Jika sirkulasi  udara dalam suatu ruangan tidak bekerja dengan baik maka orang yang berada di  dalamnya akan terkena sesak nafas dan mudah lemas. Untuk menjaga agar udara  disekitar tempat kerja tetap sehat dan cukup mengandung oksigen, oleh sebab itu  harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara dapat diganti  dengan udara yang bersih dan segar (Sutalaksana dkk, 2006). 

2.8. Penelitian Terdahulu 

    Rohman (2008), melakukan penelitian dengan judul “Studi Gerak dan Waktu  Dengan Analisis Biomekanika Pada Proses Panen Tebu di PG.Bungamayang, Lampung”.  Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menentukan waktu stándar kerja pada sejumlah  komponen kerja yang terlibat dalam proses pemanenan tebu, (2). Membangun sistem  yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih  cepat.  

  Hasil penelitian menyatakan bahwa (1). Proses pemanenan tebu terdiri dari  enam segmen gerakan, yaitu menjangkau, menebang, menarik, membersihkan trash,  mengarahkan dan menganggur, (2). Tenaga tebang wanita memiliki waktu siklus rata‐


(38)

rata sebesar 10,01 detik dan untuk tenaga tebang pria memiliki waktu siklus rata‐rata  sebesar 10,10 detik, (3). Berdasarkan pengamatan rekaman proses tebang, didapatkan  bahwa tenaga tebang wanita memiliki angka produktivitas sebesar 7,26 batang/menit  atau 76 ikat/hari kerja, dan meningkat menjadi 10,54 batang/menit atau 110 ikat/hari  kerja setelah dilakukan perbaikan kerja, sedangkan tenaga tebang pria memiliki angka  produktivitas sebesar 8,37 batang/menit atau 88 ikat/hari kerja dan meningkat menjadi  11,90 batang/menit atau 125 ikat/hari kerja setelah perbaikan kerja, (4). Waktu baku  proses pemanenan bagi tenaga tebang wanita adalah sebesar 34,88 detik, sedangkan  bagi tenaga tebang pria sebesar 14,49 detik, (5). Berdasarkan perhitungan, tenaga  tebang wanita otot bahu kanan memiliki karakteristik miografi dengan rentang kerja  otot 12,679 N – 69,343 N, dan untuk tenaga tebang pria didapatkan karakteristik  miografi dengan rentang kerja otot sebesar 0,515 N – 42,761 N, sedangkan untuk bahu  kiri pada tenaga tebang wanita memiliki karakteristik miografi dengan rentang kerja otot  sebesar 18,222 N – 25,573 N dan untuk tenga tebang pria, otot bahu memiliki  karakteristik miografi dengan rentang kerja otot sebesar 23,078 N – 42,761 N. 

 

                         


(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tanaman lidah buaya merupakan produk pertanian tropis yang berpeluang besar untuk dikembangkan secara komersial, tidak hanya untuk penjualan lokal tetapi juga penjualan bertaraf internasional. Pengembangan agroindustri lidah buaya tidak sebatas dilihat dari segi adanya penambahan lahan ataupun pemeliharaan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas produk, tetapi harus dilihat juga dari segi produktivitas pekerja.

Meningkatnya produktivitas kerja merupakan hal penting bagi setiap individu pekerja dan perusahaan. Peningkatan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu kerja yaitu menghindari langkah-langkah kegiatan yang tidak produktif dan meminimalkan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Studi gerak meneliti tentang gerak para pekerja dalam melakukan suatu kegiatan. Penelitian ini akan mencari gerak-gerak mana yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan. Dalam penelitian tersebut dapat disusun proses produksi yang lebih baik, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu dalam menyelesaikan produk. Studi waktu merupakan lanjutan dari pada studi gerak, karena penelitian waktu ini dilakukan setelah ditentukannya gerak yang efisien dengan menggunakan studi gerak, baru ditentukan waktu yang efisien dalam melakukan aktifitas dengan studi waktu.

Perusahaan perlu menentukan standar waktu kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat melakukan pengendalian dan evaluasi kerja setiap karyawan. Dalam menentukan waktu kerja tersebut salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan analisa studi gerak dan studi waktu.

Proses pembuatan minuman lidah buaya yang penting untuk dilakukan analisis studi gerak dan waktunya adalah pada proses produksi minuman lidah buaya. Peran pekerja dalam proses ini sangat diperlukan karena pekerjaan tersebut dilakukan secara manual sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan yang tinggi dari pekerja.


(40)

Sistem kerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatnya produktivitas dan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan.

Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian Lidah buaya potensial

untuk dikembangkan

PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang memproduksi minuman kemasan lidah buaya

Produktivitas diperlukan untuk efisiensi dan efektivitas

Mengidentifikasi elemen gerakan kerja di bagian produksi minuman lidah buaya

Perbaikan tata cara kerja bagian produksi pada PT. Driyama Purwana

Peningkatan produktivitas untuk meningkatkan hasil produksi

Rekomendasi untuk perusahaan sehingga mampu melakukan

produksi secara kontinyu

Mengidentifikasi standar waktu kerja di bagian produksi minuman lidah buaya


(41)

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dari mempelajari gambaran umum perusahaan. Selanjutnya mempelajari proses produksi dan lingkungan fisik kerja. Kemudian diikuti analisa studi gerak, analisa studi waktu, dan analisa produktivitas. Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:

 

Gambar 3. Tahapan penelitian Selesai

Perbaikan Sistem Kerja padabagian produksi

Analisa studi waktu pada proses produksi minuman lidah buaya dengan menggunakan metode pengukuran stopwatch

Analisa studi gerak pada proses produksi minuman lidah buaya dengan menggunakan metode therbligs

Proses produksi minuman lidah buaya dapat dilakukan secara efektif dan efisien

Mempelajari gambaran umum perusahaan

Mempelajari proses produksi minuman lidah buaya dan lingkungan fisik kerja

Analisa produktivitas berdasarkan lingkungan fisik kerja


(42)

Tahapan penelitian secara umum terdiri dari:

1. Tahapan Pendahuluan

Langkah pertama dari tahap pendahuluan adalah mempelajari gambaran umum perusahaan. Gambaran umum tersebut didapatkan dari wawancara dengan pemilik perusahaan dan karyawan bagian produksi. Langkah kedua adalah mempelajari proses produksi dan lingkungan fisik kerja. Proses produksi diamati secara keseluruhan untuk studi gerak dan waktu. Selanjutnya adalah mengamati lingkungan fisik kerja yang meliputi suhu atau kelembaban, tingkat kebisingan, sirkulasi udara, dan penerangan. Langkah ketiga adalah mengamati dan menganalisa gerakan (studi gerak) pada proses produksi. Seluruh gerakan yang berperan dalam produksi akan didata dan dideskripsikan untuk selanjutnya dibuat tahapan-tahapan gerak yang harus dilalui. Langkah keempat adalah mengamati waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tahapan gerakan yang sudah dibuat dalam studi gerak. Langkah terakhir adalah analisa produktivitas berdasarkan lingkungan fisik kerja.

2. Tahapan Pengukuran

Tujuan tahap pengukuran adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Pengukuran dilakukan terhadap waktu yang dibutuhkan pada gerakan untuk menyelesaikan tahapan dalam proses produksi. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja yang meliputi suhu/kelembaban, kebisingan, sirkulasi udara, dan penerangan.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di PT. Driyama Purwana. Perusahaan berlokasi di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan (Oktober 2010 - Desember 2010). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Bogor akan dijadikan sebagai sentra usahatani lidah buaya. PT. Driyama Purwana merupakan salah satu unit usaha kecil yang menghasilkan produk minuman kemasan lidah buaya.


(43)

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil dari pengamatan secara langsung, meliputi rekaman semua proses produksi, pengukuran, pencatatan data, dan wawancara dengan pemilik usaha produk olahan lidah buaya di PT. Driyama Purwana, serta karyawan di bagian produksi. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan produksi baik secara kontinyu atau berulang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data proses produksi, lama waktu penyelesaian setiap kegiatan dan jumlah tenaga kerja.

Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, literatur atau dokumen perusahaan. Dalam pelaksanaan penelitian, metode yang digunakan yaitu pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur. Penjelasan metode penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan langsung, penulis secara langsung mencatat untuk mengamati rangkaian gerakan yang sering dilakukan. Selanjutnya melakukan pencatatan waktu kerja dari gerakan tersebut dengan menggunakan stopwatch, digital

camera, dan meteran.

2) Wawancara dan diskusi, dilakukan dengan tanya jawab kepada pemilik usaha lidah buaya di PT. Driyama Purwana serta karyawan di bagian produksi. 3) Studi literatur, berupa tulisan-tulisan atau teori tentang produktivitas kerja,

kondisi lingkungan fisik, dan tata cara kerja yang meliputi studi gerak, pengukuran waktu, dan peta proses produksi.


(44)

Tabel 5. Jenis dan metode pengumpulan data

No Data yang Diperlukan Jenis Data Metode Pengumpulan Data

1

2

3

Teknik Tata Cara Kerja

1) Proses produksi minuman lidah buaya

a) Peta aliran proses b) Peta proses operasi 2) Studi gerak

3) Studi waktu a)Waktu rata-rata b)Waktu normal c)Waktu baku

Lingkungan Fisik Kerja

1) Penerangan 2) Suhu/Kelembaban 3) Kebisingan 4) Sirkulasi udara

Produktivitas

1) Sumber daya manusia 2) Peralatan/teknologi 3) Lingkungan

Primer Primer Primer Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder

Primer Primer Primer

Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder

Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder

Observasi Observasi Observasi Observasi dan literatur Observasi dan literatur

Observasi Observasi Observasi

Observasi dan literatur Observasi dan literatur Observasi dan literatur Observasi dan literatur

Wawancara dan literatur Wawancara dan literatur Wawancara dan literatur

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

• Lembaran-lembaran pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan/pengukuran data dan waktu.

Stopwatch sebanyak 1 buah digunakan untuk mengukur waktu kerja.

• Digital Camera sebanyak 1 buah digunakan untuk dokumentasi.

• Meteran sebanyak 1 buah digunakan untuk mengukur jarak dan luas tempat yang digunakan untuk proses produksi.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sutalaksana (2006) analisis waktu standar dengan data waktu yang didapatkan dapat diuji dengan beberapa uji statistik, yaitu:


(45)

1. Uji Keseragaman Data

Data dikelompokkan ke dalam subgroup yang berisi empat buah data dan diuji dengan rumus:

= ………...…….………….. (1)

δ = ……….….……….…………...…. (2)

δx = ……….…………..……….………...…... (3) Batas Kontrol Atas (BKA) = + 3δ

Batas Kontrol Bawah (BKB) = - 3δ Keterangan:

= Harga rata-rata dari subgroup (detik) Xi = Harga rata-rata dari subgroup ke-i (detik)

Xj = Waktu penyelesaian selama pengukuran pendahuluan (detik)

δ = Simpangan baku dari data waktu pendahuluan (detik)

δx = Simpangan baku dari distribusi harga rata-rata subgroup (detik) k = Banyaknya subgroup yang terbentuk

n = Besarnya subgroup

N = Jumlah pengukuran pendahuluan

2. Uji Kecukupan Data

Jumlah pengamatan yang harus dilakukan agar mendapat ketelitian 5 persen dengan tingkat keyakinan 95 persen ditentukan dengan menggunakan rumus:


(46)

N’ = ………...…….……….……… (4)

Keterangan: = Jumlah pengukuran pendahuluan

Dimana jika > N, dilakukan pengukuran kembali hingga data mencukupi.

3. Perhitungan Waktu Standar

Perhitungan waktu siklus rata-rata (Ws), Wa = waktu normal (Wn), dan waktu standar (Wb) dihitung dengan rumus:

Ws = ………..…… (5)

Wn = Ws x p ………….……….………….. (6) Wb = Wn + (Wn x i) ……….……...…. (7) Keterangan:

Xj = Data hasil pengukuran ke-i N = Jumlah pengamatan p = Faktor penyesuaian (%) i = Kelonggaran (%)

             


(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Driyama Purwana yang didirikan pada tahun 2002 merupakan salah satu perusahaan lidah buaya yang memproduksi lidah buaya menjadi minuman kemasan dengan merk dagang ”minuman lidah buaya Driyama”. Perusahaan tersebut berlokasi di Cijujung Rt 07/06, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor dengan kantor berpusat di Jakarta Timur. Perusahaan ini hanya fokus kepada satu produk karena bahan bakunya mudah diperoleh. Selain itu, Jawa Barat merupakan sentra utama pemasok tanaman lidah buaya.

PT. Driyama Purwana memiliki lahan lidah buaya seluas 6 hektar, yang terletak di Desa Sukaraja dekat dengan lokasi pabrik pengolahan minuman lidah buaya. Perusahaan tersebut mampu menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya per sekali masak. Frekuensi melakukan pemasakan minuman lidah buaya adalah minimal 3 kali dalam seminggu. Komposisi untuk satu adonan masak terdiri dari 30 liter air campuran (gula dan asam sitrat), kurang lebih 10 kg pelepah lidah buaya dengan berat 0,8 kg – 1 kg. Contoh produk minuman lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Produk minuman lidah buaya

Struktur organisasi pada perusahaan ini dikepalai oleh direktur yang merangkap sebagai pemilik, kemudian seorang manajer produksi, dan seorang merangkap sebagai manajer pemasaran dan manajer keuangan. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dibagian produksi dan lahan sebanyak 4 (empat) orang. Proses


(48)

pemasaran produk minuman lidah buaya dilakukan secara langsung (direct selling), dengan cara penjualan langsung kepada konsumen maupun dengan cara mengikuti bazar/pameran.

4.2. Proses Produksi Minuman Lidah Buaya

Pengembangan suatu komoditas menjadi produk turunannya dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditas tersebut. Lidah buaya merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi minuman lidah buaya dengan memanfaatkan gel yang terdapat pada bagian pelepahnya.

Pembuatan minuman lidah buaya membutuhkan pelepah lidah buaya yang memiliki berat 0,8-1 kg/pelepah dengan umur 12-14 bulan. Ciri pelepah yang akan dipanen adalah pelepah besar sudah cukup umur dan posisi pelepah agak miring atau jatuh ke tanah. Kriteria atau syarat pelepah lidah buaya yang akan dipanen biasanya disesuaikan dengan standar pabrik pengolahan seperti berat minimum pelepah 0,8 kg, pelepah tidak cacat atau luka, warna pelepah hijau mulus, pelepah tidak busuk, pelepah mempunyai tekstur keras (Wahjono, 2002). Gambar 5 menyajikan peta aliran proses produksi minuman lidah buaya. Sedangkan pada Gambar 6 menunjukkan peta proses operasi produksi minuman lidah buaya.


(49)

Peta Aliran Proses

Kegiatan

Sekarang

Jumlah Waktu

(menit) Pekerjaan : Pengemasan Minuman Lidah Buaya

Operasi 11 Dipetakan oleh : Thia Tastanny

Transportasi Tanggal dipetakan : 2 Desember 2010

Menunggu 1

Pemeriksaan

Penyimpanan

No Uraian Kegiatan

Lambang Ja ra k (m e ter ) W a ktu (m e n it) Ket

1 Pencucian pelepah lidah buaya 1 16 2 Pengupasan pelepah lidah buaya 0,5 20 3 Pemotongan gel lidah buaya 0,3 17 4 Pencucian gel lidah buaya tahap I 1,3 30 5 Perendaman gel lidah buaya dengan air 0,55 25 6 Pencucian gel lidah buaya tahap II 0,55 25

7 Perebusan gel lidah buaya 3,6 30

8 Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam

cup (kemasan gelas plastik)

0,4 32

9

Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup

(kemasan gelas plastik)

18

10 Penutupan cup (kemasan gelas plastik) 0,45 75

11 Pasteurisasi minuman lidah buaya 1,6 40 12 Pendinginan minuman lidah buaya 0,8 20

Jumlah waktu (menit) 348

Gambar 5. Peta aliran proses produksi minuman Lidah Buaya

Keterangan:

Operasi Menunggu Penyimpanan Transportasi Pemeriksaan


(50)

Peta Proses Operasi Nama Objek Proses Pembuatan Minuman Lidah Buaya Dipetakan Oleh Thia Tastanny

Tanggal dipetakan 2 Desember 2010

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu (menit) atau (jam)

Operasi 12 348 menit atau 5 jam 48 menit

Inspeksi 3

Gambar 6. Peta proses operasi produksi minuman Lidah Buaya

Gambar 6 menyajikan peta proses operasi produksi minuman lidah buaya, dengan penjelasan sebagai berikut:

Lidah Buaya

O‐1 Pencucian pelepah lidah buaya

Pendinginan minuman lidah buaya Pasteurisasi minuman lidah buaya Penutupan cup(kemasan gelas  plastik)

Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup (kemasan gelas plastik)

Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam 

cup (kemasan gelas plastik) Perebusan gel lidah buaya Pencucian gel lidah buaya tahap II Perendaman gel lidah buaya dengan air Pencucian gel lidah buaya tahap I Pemotongan gel lidah buaya Pengupasan pelepah lidah buaya O‐2

O‐12 O‐11 O‐10 O‐9 O‐8 O‐7 O‐6 O‐5 O‐4 O‐3 16 20 40 75 18 32 30 25 25 30 17 20


(51)

1) Pencucian pelepah lidah buaya

Pelepah lidah buaya yang telah dipanen, kemudian dibersihkan dengan air bersih untuk menghilangkan tanah atau kotoran yang masih menempel. Pelepah yang sudah bersih dimasukan ke dalam ember berkapasitas lebih kurang 50 liter yang berisi air.

2) Pengupasan pelepah lidah buaya

Hal yang harus diperhatikan sebelum proses pengupasan pelepah lidah buaya adalah penggunaan sarung tangan untuk menjaga kebersihan dan mengurangi rasa licin dari lendir. Selain itu, pengupasan harus menggunakan pisau yang berkondisi baik atau tidak terdapat karat pada bagian pisau. Pengupasan dimulai dari bagian tepi, selanjutnya pengupasan bagian kulit yaitu memisahkan antara kulit dengan gel. Pada proses ini, penyortiran awal dilakukan dengan cara membuang/memotong bagian yang terluka.

3) Pemotongan gel lidah buaya

Pemotongan gel lidah buaya dilakukan dengan mesin pemotong lidah buaya. Umumnya gel yang dihasilkan berbentuk dadu dengan ukuran berkisar 2-3 cm. Pada proses pemotongan gel ini juga dilakukan penyortiran untuk ukuran gel yang tidak sesuai standar dan gel-gel yang terdapat bintik hitam. Gel yang sudah dipotong kemudian dikumpulkan kedalam wadah penampungan berupa ember yang berisi air. Tujuannya adalah agar gel-gel tersebut tidak mengalami perubahan tekstur/mengecil.

4) Pencucian gel lidah buaya tahap I

Gel yang telah dipotong-potong masih memiliki banyak lendir pada permukaannya. Oleh sebab itu, pencucian ini dilakukan untuk mengurangi lendir dan membersihkan gel dari kotoran-kotoran yang ada.

5) Perendaman gel lidah buaya dengan air

Gel yang telah melalui proses pencucian tahap I selanjutnya dilakukan perendaman dengan air bersih. Hal ini bertujuan untuk mengurangi lendir.


(52)

Gel yang telah direndam di dalam air, selanjutnya dilakukan pencucian kedua untuk memastikan lendir pada gel menjadi hilang.

7) Perebusan gel lidah buaya

Proses perebusan gel selama 30 menit bertujuan untuk menghilangkan rasa getir atau langu. Selain itu proses perebusan bertujuan untuk membunuh mikroorganisme sehingga minuman menjadi aman untuk dikonsumsi.

8) Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam cup (kemasan gelas plastik)

Setelah gel lidah buaya diambil dari panci rebusan, selanjutnya gel tersebut dimasukkan ke dalam cup (kemasan gelas plastik).

9) Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup

(kemasan gelas plastik)

Minuman lidah buaya terdiri dari gel lidah buaya yang dicampur dengan air yang telah diproses sebelumnya. Sejumlah air dipanaskan dengan penambahan gula pasir dan asam sitrat. Penambahan gula pasir bertujuan untuk menambahkan rasa manis pada minuman tersebut. Sedangkan pemberian asam sitrat dilakukan untuk memperpanjang umur simpan. Penambahan air campuran kedalam cup (kemasan gelas plastik) sampai dengan batas tera pada cup.

10) Penutupan cup (kemasan gelas plastik)

Setelah gel lidah buaya dan campuran air sudah dimasukan kedalam

cup (kemasan gelas plastik), kemudian cup (kemasan gelas plastik) ditutup dengan menggunakan alat cup sealing. Pada minuman ini diberikan etiket yang didepannya tertera komposisi bahan, merk produk, logo halal dan tanggal pembuatan serta tanggal kadaluarsa produk.

11) Pasteurisasi minuman lidah buaya

Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan temperatur sekitar 800C. Proses pasteurisasi bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses pemanasan.


(53)

Proses pendinginan dilakukan di dalam ember berisi air yang mengalir. Hal tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur simpannya produk karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses pasteurisasi.

4.3. Studi Gerak Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya

Gerakan di bagian proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana terdiri dari tujuh gerakan Therblig diantaranya memegang, mengarahkan, membawa, melepas, mengarahkan sementara, pemeriksaan, dan memakai. Hasil perhitungan waktu yang dilakukan pada bagian produksi ini merupakan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengemasan untuk per satu cup

(kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya. Rangkaian gerakan yang sudah ada pada bagian produksi minuman lidah buaya dapat dilihat pada Tabel 6.

No Langkah Gerakan

Therblig Lambang

Waktu (detik)

Pencucian pelepah lidah buaya

1 Memegang pelepah lidah buaya Memegang Ω 1,87

2 Mengarahkan pelepah lidah buaya ke kran air Mengarahkan 4,76

3 Meletakkan pelepah lidah buaya yang sudah bersih

ke dalam ember berisi air Melepas

1,23

Pengupasan pelepah lidah buaya

4 Memegang pelepah dari ember penampungan

sementara Memegang Ω 1,37

5 Mengarahkan pisau ke pelepah lidah buaya Mengarahkan 0,56

6 Menggunakan pisau untuk mengupas pelepah lidah

buaya Memakai 3,34

7 Melakukan pengecekkan terhadap lidah buaya yang

sudah dikupas Pemeriksaan 0 5,21

Pemotongan gel lidah buaya

8 Meletakkan gel lidah buaya ke mesin pemotongan Melepas 1,14

9 Melakukan pemotongan gel lidah buaya dengan

mesin pemotong Memakai 2,58

10 Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dipotong

ke dalam ember berisi air Melepas

1,20

Tabel 6. Rangkaian gerak produksi minuman Lidah Buaya yang sudah ada


(54)

No Langkah Gerakan

Therblig Lambang

Waktu (detik)

Pencucian gel lidah buaya tahap I

11 Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke

ember berisi gel lidah buaya Mengarahkan 0,43

12

Membawa keranjang angkut berisi gel lidah buaya ke air kran untuk pencucian gel lidah buaya tahap I

Membawa

6,56

13 Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dicuci

tahap I ke dalam ember Melepas

1,36

Perendamana gel lidah buaya dengan air

14 Mengarahkan selang air ke ember berisi gel lidah

buaya untuk dilakukan perendaman Menagarahkan 0,34

15 Merendam gel lidah buaya di dalam ember berisi

air Melepas

6,23

Pencucian gel lidah buaya tahap II

16 Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke

ember perendaman gel lidah buaya Mengarahkan 0,12

17

Membawa keranjang angkut yang berisi gel lidah buaya ke air kran untuk dilakukan pencucian tahap II

Membawa

5,56

18

Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dilakukan pencucian tahap II ke dalam panci rebusan

Melepas

0,33

Perebusan gel lidah buaya

19 Melakukan perebusan gel lidah buaya Memakai 4,20

Pemasukkan gel ke dalam cup

20 Memegang wadah dari ember tirisan lidah buaya Memegang Ω 0,31

21 Mengarahkan wadah ke panci rebusan lidah buaya Mengarahkan 0,29

22 Membawa wadah berisi lidah buaya Membawa 0,43

23 Melepas wadah berisi lidah buaya ke ember tirisan Melepas 0,13

24 Mengambil cup plastik dari rak Mengarahkan

sementara 1,26

25 Memasukkan lidah buaya ke dalam cup Mengarahkan 9,98

26 Meletakkan cup yang sudah terisi lidah buaya di

meja produksi Membawa

2,67


(1)

Rohman, A. 2008. Studi Gerak dan Waktu dengan Analisis Biomekanika pada Proses  Panen Tebu di PG. Bungamayang Lampung. Skripsi pada Departemen Teknik  Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 

Siagian, S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. 

Silalahi, B., dan R. Silalahi. 1985. Manajemen Keselamatan  dan  Kesehatan Kerja.  PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. 

Suma’mur, P.K. 1976. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT.Gunung Agung,  Jakarta.  

Susila,  D.P.  2009.  Rancang  Bangun  Sistem  Penunjang  Keputusan  Perencanaan  Pembangunan Agroindustri Berbasis Lidah Buaya (Aloe vera Linn) di Kabupaten  Bogor. Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi  Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 

Sutalaksana., dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Departemen Teknik Industri,  ITB, Bandung. 

Timpe, A. 1992. Produktivitas Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis. PT.Elex Media  Komputindo, Jakarta. 

Vitanayadi, A. 2010. Mempelajari Pengukuran Waktu Baku pada Bagian Finishing di  PT.Tirta  Investama. Laporan Praktik  Kerja  Lapangan  pada Program  Keahlian  Perencanaan  dan  Pengendalian  Produksi  Manufaktur/Jasa,  Diploma  Institut  Pertanian Bogor, Bogor. 

Wahjono,  E.,  dan  Koesnandar.  2002.  Mengebunkan  Lidah  Buaya  Secara  Intensif.  PT.Agromedia Pustaka, Jakarta.  

Wetik, J.L. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja seri International Labour Office  (ILO). Erlangga, Jakarta. 

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomic Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk  Penningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya, Surabaya. 

         


(2)

(3)

Lampiran 1. Data sampel waktu

pengukuran ke-

waktu pengukuran (detik)

jumlah A (detik)

jumlah A' (detik) 1 2 3 4 5 6 7 8

1 56,72 81,69 80,07 82,06 82,60 82,19 82,35 80,11 627,79 78,47

2 79,32 80,41 79,27 81,51 81,55 81,92 81,60 81,42 646,99 80,87

3 82,21 81,88 81,32 81,43 79,90 80,02 80,30 82,17 649,22 81,15

1924,00 240,50

Lampiran 2. Perhitungan uji keseragaman data

Subgrup ke-

Waktu penyelesaian berturut-turut (detik)

Harga rata-rata (detik)

1 78,47 78,47

2 80,87 80,87

3 81,15 81,15

Jumlah 240,50 Nilai / Harga rata-rata 80,17

Standar Deviasi 1,47

Standar Deviasi subgrup 0,74 Batas Kendali Atas (BKA) 82,38 Batas Kendali Bawah (BKB) 77,96


(4)

1. Harga rata-rata =

= 240,50 3

= 80,17 detik

2. Standar Deviasi (SD)

δ =

δ = (78,47 – 80,17)2 + (80,87 - 80,17)2 + (81,15 – 80,17)2

( 3 – 1 )

δ = 1,47 detik

3. Standar Deviasi Subgrup

δx =

δx = 1,47 3 

δx = 0,85 detik 4. Batas Kendali Atas (BKA)

BKA = + 3δ

BKA = 80,17 + 3(0,85) BKA = 82,72 detik

Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan uji keseragaman data 5. Batas Kendali Bawah (BKB)


(5)

BKB = - 3δ

BKB = 80,17 - 3(0,85) BKB = 77,61 detik

Lampiran 3. Perhitungan uji kecukupan data

Subgrup ke-

Waktu penyelesaian berturut-turut (detik)

Xj Xj2

1 78,47 6158,17

2 80,87 6540,47

3 81,15 6585,74

Jumlah 240,50 19284,38

1. Jumlah Pengukuran Pendahuluan

N’ =

N’ = 2

40 3 19284,38 240,50

240,50

N’ = 0,36

Lampiran 4. Perhitungan waktu standar

Subgrup ke-

Waktu penyelesaian berturut-turut (detik)

Xj


(6)

1 78,47 2 80,87 3 81,15 Jumlah 240,50

1. Waktu Siklus Rata-rata Ws =

Ws = 240,50 3 Ws = 80,17 detik

2. Waktu Normal Wn = Ws x p Wn = 80,17 x 1,17 Wn = 93,79 detik

3. Waktu Standar

Wb = Wn + (Wn x i) Wb = 93,79 + (93,79 x 0,19) Wb = 111,62 detik