kawasan LK seluas 1.500 Ha, Fraksi limbah industri Fli sebesar 15 . Dari persamaan 10 dan 11 submodel industri halaman 56, maka diperoleh jumlah industri
pada waktu ke ti adalah 74 pabrikperusahaan1.500 Ha. Sehingga dapat dihitung dan diperolah Jumlah beban limbah industri adalah 11,1 tontahun untuk 74
industripabrik dengan luas lahan kawasan pabrik 1.500 ha. Dalam menyusun submodel pengolah limbah perlu diketahui bahwa Jumlah
limbah JL tontahun yang masuk ke pesisir pantai dipengaruhi oleh beban limbah sebesar 11,1 tontahun bersumber dari industri baja dan kapasitas instalasi pengolahan
limbah yaitu 95 dari beban limbah. Sehingga dari persamaan 12 submodel pengoleh limbah halaman 56, dapat diperoleh bahwa jumlah limbah yang masuk ke
pesisir pantai adalah 11,1 – 0,95 x 11,1 tontahun adalah 0,56 tontahun.
7.4.4 Pengelolaan Limbah Berdasarkan Dampak Sosial
Untuk menyusun submodel dampak sosial pada model pengelolaan limbah baja ini dapat dilakukan dengan analisis regresi. Dampak sosial pada pengelolaan
limbah industri baja meliputi variabel kesehatan masyarakat, variabel lapangan kerja, dan variabel pencemaran lingkungan. Hasil analisis submodel dampak sosial
menggunakan analisis faktor dengan koefisien adalah 0,36 kesehatan masyarakat + 0,04 lapangan kerja. Hasil selengkapnya submodel dampak sosial model
pengelolaan limbah baja sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian wilayah pesisir di Kawasan Industri Krakatau Cilegon disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Dampak sosial model pengelolaan limbah baja tahun 2007 Kesehatan Lapangan Dampak
Bulan Masyarakat
orang Kerja
orang Sosial
orang 1 2.487
564 3.052
2 2.488 564
3.053 3 2.489
564 3.054
4 2.480 564
3.044 5 2.484
569 3.053
6 2.441 569
3.010 7 2.480
569 3.049
8 2.484 569
3.053 9 2.489
570 3.059
10 2.488 570
3.058 11 2.516
570 3.086
12 2.521 570
3.091 Total 29.847
6.812 36.662
Berdasarkan Tabel 22 di atas dapat diketahui pengaruh kesehatan masyarakat dan lapangan kerja di Kota Cilegon terhadap dampak sosial dalam model
pengelolaan limbah baja sebanyak 36.662 orang, hal ini berarti faktor kesehatan masyarakat sebanyak 29.847 orang dan faktor lapangan kerja sebanyak 6.812 orang
dapat mempengaruhi dampak sosial di Kota Cilegon sebanyak 36.662 orang.
7.4.5 Pengelolaan Limbah terhadap Pesisir Laut
Kelautan merupakan multi sektor dan lintas departemen, sehingga sangat wajar bila terjadi konflik kepentingan antar lembaga negara. Lembaga negara yang
terlibat dalam mengurusi kelautan diantaranya, yaitu Departemen Pertahanan, POLRI, Perhubungan, Energi dan Sumberdaya Mineral, Pariwisata, Industri dan
Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Keuangan, Lingkungan Hidup serta Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Sementara itu, di samping kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan kelautan yang berlangsung selama tiga dasa warsa, kompleksitas
permasalahan kelautan juga disebabkan oleh banyaknya lembaga negara yang terlibat. Hal ini dikarenakan, pembangunan kelautan tidak dilakukan secara koordinatif oleh
satu lembaga negara. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, masing- masing lembaga negara mengeluarkan aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang
sama. Akibatnya adalah, kerusakan lingkungan laut yang tidak bisa terelakan, padahal kelestarian sumberdaya menjadi isu sentral masyarakat dunia dan pembangunan
berkelanjutan sustainable development.
Perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat hara bahan- bahan buangan. Oleh karena itu pemanfaatan ganda yang tidak direncanakan dengan
cermat akan menimbulkan masalah lingkungan yang berhubungan dengan bahan buangan. Sampah organik dari kota, sisa-sisa pestisida dan pupuk pertanian, bahan
buangan dan sebaginya, akan terbawa aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai ke perairan wilayah pesisir. Kota Cilegon dilalui oleh bebarapa sungai
antara lain sungai Kahal, Tompos, Sehang, Gayam, Medek, Sangkanila, Cikuarsa, Sumur Wuluh, Grogol, Cipangurungan, dan sungai Cijalumpang. Diantara sebelas
sungai tersebut sungai Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semuanya bermuara di Selat Sunda atau pesisir kawasan industri Krakatau Cilegon, karena
kawasan ini juga berada di wilayah pesisir 4 empat kecamatan yaitu: Ciwandan, Citangkil, Grogol, dan Pulomerak merupakan badan air yang langsung menampung
limbah, terutama limbah industri, sehingga wilayah ini rawan terhadap pencemaran.
Pesisir pantai wilayah Kawasan Industri Krakatau Cilegon mempunyai banyak kegiatan diantaranya terdapat di Kecamatan Ciwandan industri kimia, baja, pelabuhan,
hotel dan wisata bahari. Perkembangan industri dan pertambahan penduduk yang cukup pesat sampai saat ini, akan berakibat timbulnya bahanlimbah cemaran.
Kemajuan di bidang industri dan pertanian wilayah perairanpesisir di masa sekarang ini mengakibatkan banyaknya aktivitas manusia di darat yang menyebabkan
tekanan terhadap pertanian di perairan sekitarnya meningkat. Pertambahan jumlah industri dan penduduk membawa akibat bertambahnya beban pencemaran yang
disebabkan oleh pembuatan limbah industri. Pencemaran akibat limbah industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena umumnya buanganlimbah mengandung zat
beracun antara lain senyawa khlor, raksa, cadmium, khrom, timbal dan zat lainnya yang sering digunakan dalam proses produksi suatu industri, baik sebagai bahan baku,
katalisator, maupun bahan lama. Logam berat merupakan bahan buangan yang sudah sering menimbulkan
pencemaran laut atau pantai. Diketahui jenis-jenis logam berat yang dipertimbangkan sebagai bahan pencemar, namun ada beberapa dari logam berat tersebut yang esensial
untuk kehidupan organisme, seperti Mn, Fe, dan Cu, tetapi dalam jumlah berlebih sangat beracun bagi kehidupan organisme. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
terhadap bahan-bahan yang akan dibuang ke parairan termasuk perairan wilayah pesisir, yaitu: 1 Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan; 2
Kemampuan daya angkut dan pengencer perairan yang berkaitan dengan kondisi oseanografi setempat; 3 Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi
bahan buangan dengan lingkungan perairan; 4 Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan; 5 Proses degradasi dan perubahan biogeokimia; 6
Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di masa datang; 7 Faktor-faktor lain yang has. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelestarian daya
guna perairan wilayah pesisir perlu diatur berdasarkan peraturan perundangan maupun Perda.
7.4.6 Analisis Baku Mutu