Toksisitas Tinjauan Pustaka .1 Ekosistem Wilayah Pesisir

kecamatan Kota Cilegon yang termasuk wilayah pesisir; dan mengetahui proses IPAL yang dilakukan oleh pabrik baja tersebut. 5.2 Tinjauan Pustaka 5.2.1 Ekosistem Wilayah Pesisir Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai sebagai devisi negara yang sangat penting. Aktifitas perekonomian yang dilakukan di kawasan pesisir diantaranya kegiatan perikanan seperti perikanan tangkap dan perikanan budidaya, industri dan parawisata. Selain dimanfaatkan sebagai kegiatan perekonomian, wilayah pesisir juga sebagai digunakan sebagai tempat membuang limbah dari berbagai aktifitas manusia, baik di darat maupun di kawasan pesisir, sehingga wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa pencemaran yang bersumber dari aktivitas manusia. Melimpahnya bahan pencemar di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri 1996, akumulasi limbah yang terjadi di wilayah pesisir terutama diakibatkan oleh tingginya kepadatan populasi penduduk dan aktivitas industri. Hal tersebut disanyilir terjadi di perairan wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon yang berasal dari muara 11 sungai yang berada di Kota Cilegon .

5.2.2 Toksisitas

Menurut Otobboni 1996 yang dikutip dari Sax 1957, toksisitas dapat diartikan sebagai kemampuan racun molekul untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya. Semua pencemar baik yang berasal dari udara, air dan tanah sebagian besar akan tersalurkan dan masuk ke dalam pesisirlaut. Menurut Kunaefi 2000, dalam penelitian di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa konsentrasi beberapa logam berat sudah melampaui standar yang berlaku. Enam jenis ikan yang biasa dimakan turis, ternyata juga mengandung Cd, Cu, Pb, Zn, dan Hg dalam konsentrasi yang jauh lebih besar dari yang diperbolehkan. Hal ini dapat diperkirakan akibat dari proses biokonsentrasi. Faktor biokonsentrasi BCF yang diperkirakan untuk logam-logam tersebut sangat bervariasi, mulai dari yang terkecil 11,20 moll untuk Pb sampai 65.196,50 moll untuk Zn. Menurut Sax 1957, Toksisitas dapat diartikan sebagai kemampuan racun molekul untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya. Sedangkan menurut Sumirat 2003, di dalam pengujian toksisitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan racun dari limbah yang dapat menimbulkan kerusakan pada produk yang dibuat. Di dalam tujuan taksikologi lingkungan diharapkan mampu menguraikaan perlunya mencari substansi yang aman, mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas lingkungan, dapat membuat kriteria dasar untuk standarisasi lingkungan, dan dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek, dan keracunan. Adapun upaya yang dilakukan untuk antisipasi pencegahan terjadinya keracunan toksisitas logam yang lebih luas, perlu dilakukan pengamatan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang menurun baik udara, air maupun yang selalu digunakan penduduk di wilayah pesisir setiap saat perlu diteliti. Bilamana suatu kawasan lingkungan yang mulai dipergunakan sebagai kawasan industri, maka perlu dipikirkan relokasi pemindahan penduduk ke daerah lain yang bersih. Adapun yang dimaksud dengan toksisitas dalam penelitian ini adalah tujuan toksisitas lingkungannya, menurut Soemirat 2003 dengan toksisitas lingkungan diharapkan mampu: 1 menguraikan perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaimana racun toksik menyerang organisme, sehingga timbul efek yang tidak dikehendaki atau terjadi struktur yang tidak normal; 2 Mencegah efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas lingkungan; 3 dapat membuat kriteria dasar untuk standarisasi kualitas lingkungan, yakni menentukan konsentrasi yang dapat diterima masyarakat; 4 dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek dan keracunan.

5.2.3 Proses Instalasi Pengelolaan Air Limbah