Ekosistem penting di wilayah pesisir

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati biodiversity laut terbesar di dunia, karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang coral reefs, padang lamun sea grass beds yang sangat luas dan beragam. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia selain berfungsi sebagai penyedia sumberdaya alam seperti ikan-ikan konsumsi yang merupakan sumber protein hewani, juga berfungsi sebagai pelabuhan dan transportasi, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah Dahuri et al., 1996.

2.2.2 Ekosistem penting di wilayah pesisir

Dahuri et al. 1996 mengatakan bahwa dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir ada yang terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Ekosistem pesisir yang secara permanen atau berkala tergenang air diantaranya adalah padang lamun sea grass beds dan terumbu karang coral reefs. Berikut ini akan dipaparkan secara lebih jelas beberapa ekosistem pesisir tersebut : 1 Padang lamun sea grass beds adalah satu-satunya kelompok tumbuh- tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut Romimohtarto dan Juwana, 2007. Padang lamun merupakan tumbuhan yang hidup terbenam di perairan dangkal yang agak berpasir. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi daerah pesisir yaitu : sumber utama produktivitas primer, sumber makanan penting bagi organisme, dengan sistem perakaran yang rapat menstabilkan dasar perairan yang lunak, tempat berlindung organisme, tempat pembesaran bagi beberapa spesies, sebagai peredam arus gelombang. Kehidupan padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi kecerahan air laut, temperatur air laut, salinitas, substrat dan kecepatan arus Dartoyo, 2004. 2 Terumbu karang coral reefs adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang filum Cnidaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Faktor-faktor pembatas yang menentukan perkembangan terumbu karang adalah : 1 Suhu : perkembangan optimal terjadi di perairan dengan suhu rata-rata tahunannya 23 - 25 o C, akan tetapi terumbu dapat mentolerir suhu pada kisaran 20 o C sampai dengan 36 - 40 o C. 2 Kedalaman : umumnya hidup pada kedalaman 25 m sedangkan pada 50 - 70 m atau lebih, terumbu karang sudah sulit untuk berkembang. 3 Cahaya : cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang dapat terlaksana. 4 Salinitas : hidup normal pada kisaran salinitas antara 32 - 35 o oo. 5 Pengendapan : umumnya karang hermatipik tidak dapat bertahan dengan endapan berat yang menutupi sistem masuknya makanan. Endapan dalam air juga mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang. 6 Gelombang besar : umumnya terumbu karang lebih berkembang pada perairan bergelombang besar, selain membawa plankton sebagai sumber makanan juga memberikan pasokan oksigen dalam air laut dan menghalangi pengendapan pada koloni Nybakken, 1992. Berdasarkan Tomascik et al. 1997, bentangan terumbu karang di seluruh dunia, secara umum terbentuk ke dalam 3 tipe. Tipe bentangan terumbu karang tersebut yakni : 1 Terumbu tepi fringing reef, berupa pembentukan terumbu yang mengitari pulaususuran dari daratan. Perkembangannya berawal dari suatu pulau samuderaoseanik yang perlahan-lahan mengalami penurunan. Contoh : pada pulau-pulau yang masih bersifat muda, atau di sepanjang daratan besar, seperti pada sisi barat Sulawesi bagian selatan. 2 Terumbu penghalang barrier reef, berupa lanjutan pertumbuhan karang yang semakin melebar, tubir yang semakin menonjol. Penenggelaman massa pulau juga berlanjut sehingga secara perlahan tonjolan tubir dan massa darat pulau kelihatan seperti terpisah. Contoh : Great Barrier Reef GBR di sisi Australia bagian utara. 3 Terumbu cincin atoll, merupakan akhir dari proses penenggelaman massa pulau, yang kemudian disuksesi oleh pertumbuhan terumbu karang. Bagian tubir yang menonjol ini semakin nampak sejak awal tumbuh mengelilingi pulau, sehingga terlihat seperti cincin yang melingkar. Contoh : Atol Taka Bonerate sebelah tenggara Pulau Selayar. Pada dasarnya tipe-tipe terumbu karang tersebut merupakan satu kesatuan proses atau peristiwa. Gambar 1 merupakan ilustrasi teori pembentukan tipe terumbu karang. Selain hal diatas, ekosistem pesisir yang secara permanen atau berkala tergenang air lainnya adalah hutan mangrove, rumput laut sea weeds, estuaria, pantai pasir sandy beach, pantai berbatu rocky beach, pulau-pulau kecil small islands dan laut terbuka. Ekosistem yang tidak tergenangi air uninundated coast diantaranya adalah formasi pescarpae dan formasi baringtonia. Sumber : Tomascik et al. 1997 Gambar 1. Teori pembentukan tipe terumbu karang : terumbu tepi fringing reef, terumbu penghalang barrier reef, terumbu cincin atoll

2.3 Pariwisata Bahari