yang bersumber dari Allen dan McKenna 2001, Prasetyati 2004, CII 2008 dan Livson 2008. Pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5 ditampilkan secara detail
data hasil survei tersebut. Lampiran 2 ditampilkan nama, koordinat stasiun, data biologi dan oseanografi. Lampiran 3 ditampilkan habitat dasar ekosistem
terumbu karang. Lampiran 4 ditampilkan spesies karang dan genus karang. Lampiran 5 ditampilkan jenis ikan karang.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk menghasilkan peta kesesuaian kawasan wisata bahari adalah dengan metode integrasi antara penginderaan jarak jauh
dan SIG. Proses untuk menghasilkan peta kesesuaian kawasan wisata bahari ini meliputi 3 tahapan yaitu : 1 pengumpulan data. 2 pengolahan data
penginderaan jauh. 3 penyusunan basis data dan analisis SIG.
3.3.1 Pengumpulan data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan meliputi data tutupan terumbu karang, jumlah jenis life form karang, jumlah jenis ikan karang, kecerahan
perairan, kecepatan arus permukaan, dan kedalaman perairan. Metode yang digunakan untuk pengambilan data habitat dasar terumbu karang, ikan serta
biota laut dijelaskan sebagai berikut : A Pengamatan habitat dasar ekosistem terumbu karang yang dilakukan dalam
survei Allen dan McKenna 2001, CII 2008 dan Livson 2008 menggunakan metode transek garis menyinggung Line Intercept Transect
Method. Transek garis dibuat dengan cara membentangkan roll meter berskala dengan panjang 100 meter pada setiap stasiun Allen dan McKenna
2001 dan 50 meter pada setiap stasiun CII 2001 dan Livson 2001 yang diletakkan sejajar garis pantai. English et al. 1994 mengatakan bila
terumbu karang dengan tipe datar reef flat dan miring reef slope maka transek diletakkan di daerah reef slope dengan kedalaman ± 3 meter dan ± 9
- 10 meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk-bentuk pertumbuhan karang life form dan kelompok abiotik yang menyinggung
transek sesuai dengan nilai yang tercantum pada roll meter. B Allen dan McKenna 2001, CII 2008 dan Livson 2008 menggunakan
metode pencacahan visual underwater visual census untuk memperoleh data ikan karang. Transek yang digunakan merupakan transek garis yang
sama seperti pada pengamatan habitat dasar. Pencatat data ikan karang mengambil data ikan karang berupa spesies dan kelimpahannya dengan
melihat sejauh 2,5 meter ke kiri dan 2,5 meter ke kanan dari atas transek garis. Allen dan McKenna 2001, melakukan pengambilan data ikan karang
dengan waktu berkisar antara 60 - 80 menit, sedangkan CII 2008 dan Livson 2008 melakukan pengambilan data kurang dari 30 menit.
3.3.2 Pengolahan data penginderaan jauh
Pengolahan data penginderaan jauh bertujuan untuk mendapatkan infomasi tentang penutupan substrat dasar perairan dan sebaran kecerahan
perairan. Berikut merupakan tahapan pengolahan citra dalam memetakan substrat dasar maupun kecerahan perairan :
1 Mosaik citra : tahap ini dilakukan untuk menggabungkan 2 citra yang bersebelahan. Tahap dilakukan karena lokasi penelitian terdiri dari 2 scene
citra yang terdiri dari citra ALOS scene ALAV2A062873600 dan ALAV2A062873610 mencakup Kecamatan Una-una, Kecamatan Togean,
dan Kecamatan Walea Besar, sedangkan untuk mecakup keseluruhan Kepulauan Togean perlu ditambahkan satu scene ALOS yang berkode
ALAV2A060393610 yang mencakup Kecamatan Walea Kepulauan.
2 Pemulihan data citra : tahap ini bertujuan untuk mengembalikan citra sesuai dengan kenampakan aslinya dipermukaan bumi dengan menghilangkan
pengaruh distorsi sehingga dihasilkan citra dengan kualitas yang lebih baik. Proses ini terdiri dari dua tahap yaitu :
a Koreksi radiometrik Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki kualitas visual dan
sekaligus memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang sebenarnya. Citra yang
digunakan ini sudah terkoreksi geometrik sehingga tahap ini tidak perlu dilakukan kembali.
b Koreksi geometrik Koreksi geometrik dilakukan untuk melakukan pemulihan citra agar
koordinatnya sesuai dengan koordinat geografi. Citra ALOS yang digunakan ini sudah terkoreksi geometrik, namun koreksi tersebut masih bersifat
sistematis sehingga perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan Ground Control Point GCP. Proses ini dilakukan dengan merujuk kepada citra
yang sudah terkoreksi citra ke citra. Jumlah GCP yang dilakukan adalah
sebanyak 30 dengan RMS error 0,232.
3 Penajaman citra image enhancement : tahap ini dilakukan untuk mendapatkan tampakan yang kontras pada citra sehingga memudahkan
dalam proses interpretasi. a Pembentukan citra komposit
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan visualisasi yang lebih baik sehingga memudahkan dalam klasifikasi citra. Pembuatan citra komposit merupakan
kombinasi band dengan tiga filter warna yaitu merah red, hijau green dan biru blue. Teknik penajaman citra dengan penggunaan kombinasi band 421
RGB digunakan untuk melihat materi dasar perairan.
b Transformasi khusus Pada penelitian ini menggunakan 2 macam transformasi, yaitu transformasi
Lyzenga untuk melihat sebaran substrat dasar perairan dan transformasi kecerahan untuk menduga kecerahan perairan pada lokasi penelitian.
1 Transformasi Lyzenga Proses penajaman ini merupakan proses penggabungan informasi dari dua
citra secara spektral melalui band rasioning menghitung perbandingan nilai dijital piksel setiap saluran. Teknik ini untuk mendapatkan penampakan
substrat dasar yang maksimal. Algoritma yang digunakan adalah algoritma Lyzenga yang dikembangkan oleh Susilo dan Gaol 2008 dengan bentuk
perumusan sebagai berikut :
2 ln
1 ln
kanal K
kanal Y
× +
=
......................................................... 1
2 1
cov 2
2 var
1 var
kanal kanal
ar kanal
kanal a
× −
=
................................................................. 2
1
2
+ +
= a
a K
....................................................................................... 3 dimana :
Y
= nilai dijital barucitra hasil ekstraksi dasar perairan
1 kanal
= nilai dijital band 1 ALOS
var
= fungsi statistik ragam
2 kanal
= nilai dijital band 2 ALOS
ar cov
= fungsi statistik peragam
a
= koefisien untuk penentuan nilai
K K
= proporsi koefisien atenuasi Nilai proporsi koefisien atenuasi
K
didapat dengan terlebih dahulu mengambil sampling area pada data citra terkoreksi dengan pemilihan
daerah yang dianggap mewakili objek yang akan dianalisis. Software ER Mapper secara otomatis akan mencatat rata-rata nilai piksel setiap region
pada setiap band. Selanjutnya dilakukan perhitungan di microsoft excel,
untuk menghitung nilai varian dan covarian dari band 1 dan band 2 sehingga diperoleh nilai a serta nilai
K
. 2 Transformasi kecerahan
Informasi mengenai tingkat kecerahan perairan diduga dengan formula hasil penelitian Mujito et al. 1997 in LAPAN 2004. Formula yang digunakan
adalah sebagai berikut : Kecerahan m
1 10925
, 51427
, 17
kanal ×
− =
........................ 4 dimana :
1 kanal = nilai dijital band 1 ALOS
4 Klasifikasi dan editing : klasifikasi citra substrat dasar perairan dilakukan dengan mengacu kepada citra hasil transformasi algoritma Lyzenga,
sedangkan untuk kecerahan perairan diklasifikasi dengan mengacu kepada citra hasil transformasi kecerahan dan data lapang. Teknik klasifikasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi tak terseliatak terbimbing unsupervised classification sebanyak 100 kelas yang kemudian dibagi
kedalam 7 kelas diantaranya adalah karang hidup, karang mati, lamun, pasir, darat, laut dan awan. Menurut Imantho et al. 2007, kemampuan metode
klasifikasi tak terselia secara otomatis akan mengkategorikan semua piksel menjadi kelas-kelas dengan karakteristik spektral yang sama. Klasifikasi tak
terbimbing akan menghitung secara statistik untuk membagi dataset menjadi kelas-kelas sesuai dengan jumlah kelas yang diinginkan. Mengacu pada
matriks kesesuaian wisata Yulianda 2007, kecerahan perairan dikelaskan menjadi 5 kelas meliputi : perairan dengan tingkat kecerahan 20, 20 -
49, 50 - 79, 80 - 99, 100. Alur pemrosesan citra untuk pemetaan substrat dasar perairan dangkal dan kecerahan perairan ditampilkan pada
Gambar 7 dan Gambar 8.
3
garis terputus : acuanhubungan tak langsung
Gambar 7. Tahapan image processing pemetaan substrat dasar perairan dangkal 2
2 Referensi :
Mosaik citra Aster terkoreksi
Scene ID ALAV2A062873600
Scene ID ALAV2A062873610
Mosaik Koreksi
geometrik
Cropping
1. Hitung var band 1 2 2. Hitung covar band 1 2
3. Hitung nilai a 4. Hitung nilai
K
Penajaman citra : algoritma Lyzenga
2 ln
1 ln
kanal K
kanal Y
× +
=
Citra hasil penerapan
algoritma Lyzenga Klasifikasi tak terselia
unsupervised classification Peta tematik substrat
dasar perairan dangkal berbasis raster
Komposit band
RGB 421
15
garis terputus : acuanhubungan tak langsung
2 3
Gambar 8. Tahapan image processing pemetaan sebaran kecerahan perairan Referensi :
Mosaik citra Aster terkoreksi
Scene ID ALAV2A062873600
Scene ID ALAV2A062873610
Mosaik Koreksi
geometrik
Cropping
Penajaman citra : Kecerahan m
1 10925
, 51427
, 17
kanal ×
− =
Citra hasil penerapan algoritma kecerahan
Klasifikasi tak terselia unsupervised classification
Peta tematik kecerahan perairan
berbasis raster
Data lapang
3.3.3 Penyusunan basis data