Digestat PENGARUH PENAMBAHAN FEED TERHADAP KINERJA KONDISI

33 Gambar 18. pH Lindi sampah selama fermentasi Nilai pH bahan padat tentu erat kaitannya dengan nilai pH lindi, karena lindi adalah cairan rembesan hasil degradasi bahan padat. Jika nilai pH bahan padatnya asam maka pH lindinya pun tidak jauh berbeda dengan nilai pH bahan padatnya. Gambar 18 menunjukkan nilai pH lindi dari setiap batch selama fermentasi berlangsung. Hasil pengamatan menunjukkan nilai pH dari setiap batch berkisar antara 3.9-5.4.

4.4.6 Digestat

Menurut Romli 2010 digestat adalah lumpur yang terdiri dari padatan tak tercerna, masa sel, nutrien terlarut, bahan inert, dan air. Digestat dengan kualitas baik dapat digunakan untuk perbaikan struktur tanah dan yang kurang baik dapat digunakan untuk penutup landfill atau bioremediasi tanah. Digestat merupakan hasil samping dari proses fermentasi anaerobik biogas selain lindi pupuk cair organik. Digestat yang dihasilkan pada suatu digester tergantung proses fermentasi anaerobik yang dilakukan sebelumnya. Jika kondisi fermentasi optimal mungkin digestat yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, artinya digestat tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki struktur hara tanah. Akan tetapi jika kualitas digestatnya kurang bagus maka perlu treatmen terlebih dahulu sehingga kualitas yang diinginkan bisa tercapai, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan mendekomposisi kembali digestat tersebut. Karakteristik dari digestat hasil fermentasi sampah awal batch ke-1, sampah feed 50 batch ke-2, dan sampah feed 75 batch ke-3 disajikan pada Tabel 13. 34 Tabel 13. Karakteristik digestat dari masing-masing batch Bahan Kadar Air Kadar Abu TVS d.b COD mgkg C N P pH Sampah awal Feed 50 Feed 75 89.21 87.99 90.15 0.79 0.99 0.77 92.62 91.67 92.13 16000 18000 16000 28.43 49.08 38.22 0.72 1.23 1.67 0.16 0.36 0.27 4.7 4.3 4.1 Hasil analisis digestat menunjukkan bahwa kandungan organik bahan TVS relatif masih tinggi yaitu berkisar 91.67-92.62 d.b dengan demikian bisa dipastikan bahwa digestat masih banyak mengandung selulosa, lignin, karbohidrat, protein, dan lemak yang belum terdegradasi dengan baik. Jika dilihat indikator lainnya seperti CN baik pada digestat fermentasi batch ke-1, batch ke-2, maupun batch ke-3 masih memiliki nilai CN yang tinggi. Nilia CN masing-masing dari digestat fermentasi batch ke-1, batch ke-2, dan batch ke-3 berturut-turut 39.48, 39.90, dan 22.88. Jika dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut Standar Nasional Indonesia, kualitas digestat masih belum memenuhi syarat. Contohnya adalah nisbah CN kompos yang mengharuskan masuk pada nilai 10-20, dan nilai pH antara 6.8-7.5. Untuk lebih memperjelas syarat mutu SNI tentang kompos pada Tabel 14 dijelaskan standar mutu kompos menurut SNI dan perbandingannya dengan kualitas digestat yang dihasilkan dari masing-masing batch. Digestat yang dihasilkan pada proses anaerobik ini baru bisa masuk dalam tahap sebagai penutup landfill atau bioremediasi tanah, belum pada tahap kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman dan untuk memperbaiki stuktur hara tanah. Penggunaan landfill pada digestat ini akan jauh lebih baik daripada penggunaan landfill pada sampah organik langsung. Hal ini karena sifat digestat yang sudah mengalami penguraian pada proses fermentasi, berbeda dengan sampah organik yang belum mengalami dekomposisi. Beban pencemaran juga akan lebih tinggi sampah jika dibanding digestat. Tabel 14. Perbandingan mutu kompos menurut SNI dengan digestat Parameter Satuan Standar mutu kompos Digestat Batch ke-1 Digestat Batch ke-2 Digestat Batch ke-3 Warna - Kehitaman - - - Bau - Berbau tanah - - - Bahan asing 1.5 - - - Bahan organik 27-58 10.00 11.02 9.08 Karbon 9.8-32 28.43 49.08 38.22 Total N 0.4 0.72 1.23 1.67 Nisbah CN - 10-20 39 40 23 Kadar air ≤50 89.21 87.99 90.15 pH - 6.8-7.5 4.7 4.3 4.1 P 2 O 5 0.1 0.16 0.36 0.27 K 2 O 0.2 - - - KTK Meq -- - - - Fecal Coli MPNg 1000 - - - Salmonella sp. MPN4 g 3 - - - 35 Untuk mengubah digestat menjadi kompos, digestat harus mengalami dekomposisi lanjutan. Misalnya dengan pemberian aerasi pada digestat yang dihasilkan. Proses dekomposisi lanjutan ini tentunya tidak membutuhkan waktu yang sama dengan proses dekomposisi bahan sampah segar. Waktu dekomposisi untuk digestat akan lebih cepat jika dibandingkan dengan proses dekomposisi sampah pasar organik segar. Salah satu parameter yang bisa digunakan dalam proses dekomposisi digestat menjadi kompos ini adalah nisbah CN. Jika setelah dekomposisi nilai nisbah CN digestat ada pada range antara 10-20 maka bisa dikatakan digestat tersebut telah menjadi kompos yang siap digunakan untuk menyuburkan tanah, tentunya dengan tidak meninggalkan parameter-parameter lainnya yang disyaratkan untuk kompos.

4.4. RANCANGAN BIOREAKTOR