SAMPAH PASAR TINJAUAN PUSTAKA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SAMPAH PASAR

Limbah atau sampah menurut Kristanto 2002 adalah buangan yang kehadirannya pada suatu waktu dan tempat tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut Anonim 2010, sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah waster adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat. 2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia. 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi. Menurut Suprihatin 1999 di dalam Nisandi 2007, berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik, termasuk sampah organik misalnya : sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. 2. Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya: botol kaca, botol plastik, tas plastik dan kaleng. Menurut Apriadji 1998, sampah bisa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Sampah Lapuk Garbage Sampah golongan ini mmerupakan sisa-sisa pengolahan atau sisa-sisa makanan dari rumahtangga atau merupakan hasil samping kegiatan pasar bahan makanan, seperti pasar sayur-mayur. Contoh sampah lapuk adalah potongan-potongan sayuran yang merupakan sisa-sisa sortasi sayur-mayur di pasar, makanan sisa, kulit pisang, daun pembungkus, dan lain sebagainya. 2. Sampah Tak Lapuk dan Sampah Tak Mudah Lapuk Rubbish Sampah golongan ini dikelompokkan menjadi dua jenis. Golongan pertama, sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun. Contoh sampah tak lapuk adalah plastik, kaca, dan mika. Golongan kedua, sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sangat sulit lapuk, sampah jenis ini akan bisa lapuk perahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih 4 dipisahkan lagi atas sampah tak mudah lapuk yang bisa terbakar, seperti kertas dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat. Gambar 1 menjelaskan skema sederhana pembagian sampah menurut Apriadji 1998. Gambar 1. Skema pembagian sampah padat Anonim 2010 menjelaskan sampah padat berdasarkan beberapa kriteria dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : 1. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam atau besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya. 2. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar : 1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya. 2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi atau logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. c. Berdasarkan karakteristik sampah : 1. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya. 2. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas,dsb. 3. Ashes abu yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. Sampah refuse Sampah lapuk garbage. Contoh : sisa sayuran, makanan sisa Sampah tak lapuk dan sampah tak mudah lapuk Rubbish Sampah tak lapuk. Contoh : palstik, kaca, mika Sampah tak mudah lapuk Sampah tak mudah lapuk yang bisa terbakar. Contoh : kertas, kayu Sampah tak mudah lapuk yang tak bisa terbakar. Contoh : kaleng, kawat 5 4. Sampah jalanan street sweeping yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. 5. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik. 6. Bangkai binatang dead animal yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang. 7. Bangkai kendaraan abandoned vehicle adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya. 8. Sampah pembangunan construction waste yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya. Terkait dengan sampah, Anonim 2010 menjelaskan beberapa dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan. a. Dampak Terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai pembuangan sampah yang tidak terkontrol merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah haemorhagic fever dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 2. Penyakit jamur juga dapat menyebar misalnya jamur kulit. 3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita taenia. Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah. 4. Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa Hg. Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. b. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial Dan Ekonomi 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. 2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. 3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung untuk mengobati orang sakit dan pembiayaan secara tidak langsung tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas. 6 4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. 5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Menurut Hartono 2009, limbah pertanian memiliki 2 potensi yang bertolak belakang, yaitu potensi yang menguntungkan dan potensi yang merugikan bagi manusia. Limbah tersebut berpotensi memberikan nilai tambah ekonomi pada masyarakat jika dikelola dengan baik. Namun limbah tersebut juga akan menjadi masalah jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik atau bahkan tidak dikelola. Menurut Anonim 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah organik seperti sisa daun, sisa sayuran, kulit buah lunak, dan sisa makanan. Hambali et al. 2007 menjelaskan secara garis besar sampah dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu anorganik, organik, dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga dan kegiatan lainnya. Hambali et al. 2007 melanjutkan penjelasannya, penanganan dan pengelolaan sampah di perkotaan baru 11.25 sampah diangkut oleh petugas, 63.35 sampah ditimbun atau dibakar, 6.35 sampah dibuat kompos, dan 19.05 sampah dibuang ke sungai atau sembarang tempat. Penanganan di pedesaan sekitar 19 sampah diangkut oleh petugas, 54 sampah ditimbun dan dibakar, 7 sampah dibuat kompos dan 20 dibuang ke sungai dan sembarang tempat. Gambar 2 menunjukkan grafik pengelolaan sampah di perkotaan maupun di pedesaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. 7 Gambar 2. Grafik pengelolaan sampah di perkotaan dan pedesaan Jika dilihat cara pengelolaan sampah saat ini, baik itu di perkotaan atau di pedesaan keduanya masih belum memberikan manfaat yang banyak, hanya sekitar 7.00-6.34 saja penggunaannya digunakan untuk kompos. Sebagian besar sampah ditimbun dan dibakar, hal ini berpotensi memberikan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan baik itu akibat lindi ataupun emisi gas akibat pembakaran sampah. Padahal menurut Hardyanti dan Sutrisno 2007, biomassa adalah energi alternatif paling siap untuk diolah menjadi sumber energi yang jumahnya banyak dan berada di sekitar kita dan ramah lingkungan. Tumbuh-tumbuhan, sampah organik, dan kotoran hewan dapat menghasilkan biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti minyak, gas, kayu bakar, dan batu bara. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup 2008, jika dilihat dari komposisinya, sampah di Indonesia didominasi oleh bahan organik sebesar 65, kertas 13, plastik 11, dan kayu 3, sisanya adalah tekstil, karet, logam, gelas, dan keramik masing-masing sebesar 1. Berbeda dengan Alvarez dan Liden 2007, menjelaskan bahwa karakteristik sampah buah-buahan dan sayuran didominasi oleh kadar air yang tinggi. Penjelasan mengenai karakeristik dan komposisi kandungan dari sampah buah-buahan dan sayuran lebih lengkapnya disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Karaktristik sampah buah dan sayuran 8 Karakteristik Nilai Kadar Air Kadar Abu TS VS Phosphorous of TS Potasium of TS pH 87.30 0.80 12.70 11.90 0.20 1.60 4.9 Sumber : Alvarez dan Liden 2007

2.2 FERMENTASI MEDIA PADAT