21
fermentasi selama 45 hari pada penelitian pendahuluan-1 menggunakan beberapa jenis bahan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Produksi gas spesifik dari setiap bahan Bahan Biomasa
Produksi Gas Spesifik mLkg Biomassa
Kulit pisang 2480
Kol 1520 Sampah Pasar-1
4500 Sampah Pasar-2
2320 Kulit nenas
1720 Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa jenis bahan sampah pasar-1
merupakan bahan yang bisa menghasilkan biogas tetinggi. Sehingga untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian pendahuluan-2 dan penelitian utama, jenis bahan ini yang digunakan. Adapun
penelitian pendahuluan-2 merupakan proses identifikasi korelasi penurunan bahan organik dengan jumlah biogas yang terbentuk dan penelitian utama adalah uji coba kinerja kondisi
optimum pada skala 10 l dengan penambahan feed baru.
4.3. KORELASI ANTARA PEMBENTUKAN BIOGAS DAN PENURUNAN PADATAN ORGANIK
Penelitian pendahuluan-1 memberi kesimpulan bahwa jenis sampah pasar-1 merupakan jenis bahan yang bisa memproduksi biogas terbanyak dibandingkan dengan jenis
bahan lainnya yang diujikan. Dari kesimpulan ini maka jenis bahan yang digunakan untuk penelitian pendahuluan-2 dan penelitian utama adalah jenis bahan sampah pasar-1. Tabel 8
menjelaskan komposisi sampah pasar-1 yang akan digunakan pada penelitian pendahuluan-2, dan penelitian utama.
Tabel 8. Komposisi sampah pasar-1
KomposisiSampah Pasar-1 bobot:bobot
o Daun pisang
o Kulit jagung
o Pare
o Kol
o Sosin
o Kangkung
o Sawi
o Wortel
7.5 24.2
14.8 19.9
6.2 8.0
8.0 11.5
Selanjutnya bahan pada penelitian pendahuluan-2 dan penelitian utama adalah bahan yang dibuat menyerupai komposisinya dengan sampah pasar-1. Hal ini dilakukan karena jika
bahan diambil dari pasar yang sama yaitu pasar Gunung Batu, Bogor dengan waktu pengambilan bahan yang berbeda maka bisa dipastikan komposisi dari sampah tersebut berbeda dengan
sampah yang diambil untuk penelitian pendahuluan-1. Jika dilihat dari komposisi sampah pasar-1 yang digunakan, terdapat 7.5 daun
pisang, 24.2 kulit jagung, dan sisanya sebesar 68.4 b:b adalah sampah yang tergolong dalam sampah sayuran. Unus 1976 di dalam Hamzah 1980 menjelaskan bahwa
22
mikroorganisme sangat menyukai sayuran karena kandungan airnya 68.5-96.1, karbohidrat 2.7-27.9, protein 6.5-6.7, lemak 0.1-1.2 dan abu 0.3-1.5. Dengan demikian media
fermentasi sampah pasar-1 ini merupakan media yang termasuk cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Adapun sistem yang digunakan dalam penguraian bahan pada
penelitian ini adalah sistem fermentasi anaerobik. Penelitian pendahulan-2 ini merupakan evaluasi dari penelitian pendahuluan-1.
Beberapa hal yang menjadi poin penting pada penelitian pendahuluan-1 adalah dari kurva akumulasi biogas penelitian pendahuluan-1, kondisi steady state tercapai pada hari ke-17. Selain
itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa produksi biogas pada siang hari lebih banyak di banding malam hari, hal ini berkaitan dengan kondisi suhu ruang yang berbeda saat siang hari
dan malam hari. Temperatur siang hari 25-30
o
C lebih panas daripada malam hari 20-25
o
C. Dari hasil temuan ini maka ada beberapa kondisi pada penelitian pendahuluan-2 yang berbeda
dengan penelitian pendahuluan-1. Temperatur fermentasi anaerobik pada penelitian pendahuluan-2 dibuat konstan yaitu pada suhu 32
o
C. Selain itu fermentasi dilakukan selama 17 hari dengan pertimbangan kondisi steady state sudah tercapai dalam rentang waktu tersebut.
Selama proses fermentasi anaerobik berlangsung dilakukan pengamatan mengenai jumlah biogas yang terbentuk dan penurunan padatan organik bahan.
Dari hasil pengamatan selama 17 hari diperoleh data akumulasi gas yang terbentuk adalah 837 ml biogas dengan penurunan VS sebesar 22.24 g. Dengan demikian dari informasi
tersebut bisa ditentukan keterkaitan antara volume gas yang terbentuk dengan penurunan VS bahan pada penelitian pendahuluan-2 ini. Tabel 9 menyajikan keterkaitan antara produksi biogas
dan penurunan padatan organik bahan. Tabel 9. Hubungan Produksi Biogas dengan Penurunan Padatan Organik Bahan
Penurunan VS g
Volume Biogas ml Laju Pembentukan
biogas mlg VS
22.24 837 37.63
4.4. PENGARUH PENAMBAHAN FEED TERHADAP KINERJA KONDISI