23 intensif untuk berbagai keperluan industri, perkantoran, hotel, rumah sakit, apartemen dan
pusat-pusat perbelanjaan, dengan dengan volume yang cukup besar. 3.
Air Tanah Dalam Air tanah dalam mempunyai kedalaman 140 meter dan bersifat tertekan, terletak
pada akuifer yang tertekan confined aquifer. Air tanah ini berasal dari daerah Bogor dan areal di upstreamnya, juga telah dieksploitasi secara intensif untuk keperluan industri,
perkantoran, hotel, rumah sakit dan pusat-pusat perbelanjaan, dengan dengan volume yang besar. Air tanah kedalaman sedang dan dalam, selain kualitasnya memenuhi kriteria
kualitas air bersih, potensinya memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam jumlah besar.
4.1.6 Jenis Tanah
Secara umum penyebaran dan sifat-sifat tanah berkaitan erat dengan keadaan landformnya. Hal ini terjadi karena hubungannya dengan proses genetis dan sifat batuan atau
bahan induk serta pengaruh sifat fisik lingkungan. Landform sebagai komponen lahan dan tanah sebagai elemennya sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis batuan
kipas aluvium dan aluviumaluvial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat
kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok untuk pertanianperkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin lama makin berubah
penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk sebagian wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang
mengandung pasir khususnya untuk daerah yang dekat dengan Sungai Cisadane.
4.2 Pengukuran Geolistrik
4.2.1. Data dari bahan pustaka
Data yang diperlukan dalam perhitungan menggunakan rumus darcy salah satunya adalah nilai konduktivitas hidrolik tanah. Dalam penelitian kali ini, diasumsikan lapisan
yang paling mendominasi pada akuifer dangkal dan akuifer dalam adalah lapisan pasir medium sand medium. Berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik yang ditampilkan
dalam Tabel 2, lapisan pasir memiliki konduktivitas hidrolik sebesar 12 mhari. Oleh sebab itu, digunakan nilai konduktivitas hidrolik sebesar 12 mhari.
4.2.2. Data yang diperoleh dari pengolahan geolistrik
1. Jenis Akuifer
Berdasarkan Peta Hidrogeologi, Kota Tangerang Selatan mempunyai 2 jenis akuifer, yaitu:
a. Akuifer dengan aliran ruang antar butir, setempat melalui rekahan, umumnya terdapat batuan sedimen kuarter terdiri dari beberapa akuifer batu pasir dengan
ketebalan 3 – 18 m, keterusan 125 – 260 m2hari, kapasitas jenis 0.5 – 1.5
literdetm, muka airtanah statis 3 – 21 m.
b. Akuifer dengan aliran ruang antar butir setempat melalui rekahan, umumnya terdapat batuan sedimen kuarter terdiri dari beberapa akuifer batu pasir dengan
ketebalan 3 – 18 m, keterusan 125 – 260 m2hari, kapasitas jenis 0.5 – 1.5
literdetm, muka airtanah statis 3
– 21 m.
24
2. Sebaran Akuifer
Akuifer yang berkembang di daerah penelitian kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten berlitologi lempung, lempung pasiran, pasir tufaan ,pasir
konglomeratan dan dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya menjadi akuifer dangkal dan akuifer dalam. Akuifer dangkal di sini dibatasi hanya untuk akuifer
– akuifer yang terdapat hingga kedalaman sampai 50 m di bawah permukaan tanah bmt,
dan akuifer dalam adalah akuifer yang terdapat pada kedalaman lebih dari 50 m bmt. Kedalaman akuifer di kota Tanggerang Selatan Provinsi Banten ini beragam
mulai dari 8 m – 50 m untuk akuifer dangkal, hingga kedalaman 65 m – 130 m untuk
akuifer dangkal. Akuifer dangkal adalah akuifer tak tertekan dan pada tempat yang semakin dalam berubah menjadi akuifer semitertekan. Akuifer dalam merupakan
akuifer tetekan yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air impermeable layer pada bagian atas bawahnya. Penampang Vertikal pada gambar 10 merupakan suatu contoh
sebaran vertikal dalam kaitannya dengan sifat dan ketebalan akuifer di daerah kota Tanggerang Selatan provinsi Banten.
3. Penampang melintang akuifer
Gambar 7. Penampang melintang akuifer dari Selatan ke Utara
Elevasi m
25 Akuifer yang berkembang di titik GL.1 berupa litologi lempung pasiran dan
pasir tufaan. Adapun ketebalan akuifer dangkal kedalaman kurang dari 50 m memiliki ketebalan 19 m dan akuifer dalam kedalaman lebih dari 50 m memiliki ketebalan 47
m. Akuifer dangkal adalah akifer bebas tak tertekan dan pada tempat yang semakin dalam berubah menjadi akuifer semitertekan. Sedangkan akuifer dalam merupakan
akuifer tertekan yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air impermeable layer pada bagian atas dan bawahnya.
Akuifer yang berkembang di titik GL.2 berupa litologi lempung pasiran, pasir tufaan dan pasir konlomeratan. Adapun ketebalan akuifer dangkal kedalaman kurang
dari 50 m memiliki ketebalan 19 m dan akuifer dalam kedalaman lebih dari 50 m memiliki ketebalan 47 m. Akuifer dangkal adalah akifer bebas tak tertekan dan pada
tempat yang semakin dalam berubah menjadi akuifer semitertekan. Sedangkan akuifer dalam merupakan akuifer tertekan.
Penampang melintang akuifer dari Selatan ke Utara dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan penampang melintang akuifer dari Barat ke Timur dapat dilihat pada Gambar
8.
Gambar 8.
Penampang melintang akuifer dari Barat ke Timur
4.3 Pengolahan Data