20
4.1.3 Keadaan Geologi dan Geomorfologi
Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992  yang dikeluarkan  oleh  Direktorat  Geologi  Departemen  Pertambangan  dan  Energi,  kondisi  geologi
Kota Tangerang Selatan pada umumnya terbentuk oleh dua formasi batuan yaitu : a.  Batuan  Aluvium Qa  yang terdiri dari aluvial  ungai dan rawa  yang berbentuk pasir,
lempung,  lanau,  kerikil,  kerakal  dan  sisa  tumbuhan.  Jenis  tanah  ini  pada  dasarnya merupakan lapisan yang subur bagi tanaman pertanian.
b.  Batuan  Gunung  Api  yang  berupa  material  lepas  yang  terdiri  dari  lava  andesit,  dasit, breksi  tuf  dan  tuf.  Secara  fisik  Lava  Andesit  berwarna  kelabu-hitam  dengan  ukuran
sangat halus, afanitik dan menunjukkan struktur aliran, dan Breksi Tuf dan Tuf pada umumnya  telah  lapuk,  mengandung  komponen  Andesit  dan  Desit.  Pada  umumnya
tanah jenis ini digunakan sebagai kebun campuran, permukiman dan tegalan.
Kota  Tangerang  Selatan  merupakan  daerah  yang    relatif  datar.  Adapun  pada  beberapa Kecamatan terdapat lahan yang bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu dan
kecamatan  Pamulang  serta  sebagian  di  kecamatan  Ciputat  Timur.  Kondisi  geologi  Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau,
pasir, kerikil, kerakal dan bongkah.
Berdasarkan  klasifikasi  dari  United  Soil  Classification  System,  batuan  ini  mempunyai kemudahan  dikerjakan  atau  workability  yang  baik  sampai  sedang,  unsur  ketahanan  terhadap
erosi  cukup  baik  oleh  karena  itu  wilayah  Kota  Tangerang  Selatan  masih  cukup  layak  untuk kegiatan perkotaan.
Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 maka Kota  Tangerang  Selatan  termasuk  satuan  morfologi  dataran  pantai  dan  kipas  gunung  api
Bogor.  Dataran pantai yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar drngan ketinggian antara  0
–  15  m  di  atas  permukaan  laut.    Dataran  ini  termasuk  dataran  rendah  Jakarta Bemmelen,  1949.    Sedangkan  kipas  gunung  api  bogor  yang  menyebar  dari  selatan  ke  utara
dengan Bogor sebagai puncaknya. Satuan ini ditempati oleh rempah-rempah gunung api berupa tuf,  konglomerat  dan  breksi  yang  sebagian  telah  mengalami  pelapukan  kuat,  berwarna  merah
kecoklatan.
4.1.4 Hidrogeologi
4.1.6.1 Mandala Airtanah
Di  daerah  pemetaan  air  dapat  air  tanah  dapat  dikelompokkan  menjadi  2  Mandala berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh seperti yang telar disebutkan di atas, yaitu:
1. Mandala Air tanah Perbukitan Bergelombang Lemah
Litologi  penyusunan  dari  mandala  air  tanah  perbukitanbergelombang  lemah  terdiri endapan Tersier dan endapan Kuarter. Endapan Tersier berupa batu lempung, tufa dan sisipan
batu  gamping.  Endapan  kuarter  terdiri  dari  batuan  volkanik  muda  dan  batuan  volkanik  tua terdiri  dari  breksi,  lahar,  tufa  batu  apung  di  daerah  landai.  Penyebaran  mata  air  mandala  ini
sedikit dijumpai dengan debit umum kurang dari 10 Literdetik.
Akuifer pada satuan mandala ini umumnya dikelompokkan dalam akuifer produktifitas rendah terutama pada daerah-daerah dengan lereng tajam yang merupakan pencerminan tingkat
kelulusan  batuan  yang  rendah,  sehingga  aliran  permukaan  semakin  menonjol  dibandingkan dengan  tingkat  peresapannya.  tata  guna  lahan  di  mandala  ini  berupa  ladang,  belukar,  sawah,
pemukiman, kebun karet.
21 2.
Mandala Air Tanah Dataran Litologi  penyusun  satuan  mandala  air  tanah  dataran    adalah  adalah  material  bersifat
lepas  berupa  endapan  aluvial  pantai  dan  rawa    topografinya    berupa  dataran  pantai  yang tersusun  oleh  material,  pasir,  lanau,  lempung  dan  lumpur.  Sistem  akuifer  pada  mandala  air
tanah dataran ini adalah sistem aliran antar butir  tipologi akuifer batuan sedimen dan endapan aluvial.    Tipologi  air  tanah  ini  dijumpai  di  P.  Adijaya,  Distrik  Karas,  Desa  Nusa  Ulan,  dan
Kaimana. Pada umumnya masyarakat mendapatkan air bersih dengan membuat sumur dangkal pada mandala air tanah dataran tersebut.
4.1.6.2 Tipologi Akuifer
Tipologi    akuifer  di  wilayah  studi  merupakan  sistem  akuifer    endapan  aluvial  atau endapan  permukaan,  dan  endapan  sedimen,  dengan  sistem  aliran  air  tanah  pada  akuifer  ini
adalah  melalui  ruang  antar  butir,  aliran  air  tanah  dangkal  mengikuti  bentuk  umum  topografi yaitu mengalir ke arah utara.
Menurut  peta  hidrogeologi    regional  lembar  Jakarta,  Pusat  Geologi  Lingkungan  tahun 1993,  memetakan  hidrogeologi  berdasarkan    lapisan  akuifer  endapan  permukaan  dan  lapisan
akuifer    batuan  dasar.  Sistem  akuifer  endapan  permukaan  didasarkan  pada  telaah  penyebaran aluvial  sungai,  kipas  alivial,  ketebalan  endpan  permukaan  diperoleh  dari  pengamatan  pada
sumur  gali  dengan  kedalaman  mencapai  sekitar  15m.  Pada  umumnya  sistem  akuifer  endapan permukaan  dijumpai  pada  endapan  kuarter  dan  dibeberapa  bagian  dijumpai  di  daerah
pelapukan  batuan  Tersier.  Dari  peta  geohidrogeologi  regional  Jakarta  untuk  endapan permukaan di wilayah studi kisarannya antara 15-20 m.
4.1.6.3 Akuifer Endapan Permukaan