22
4.1.6.4 Akuifer Batuan Dasar
Berdasarkan pembagian lapisan akuifer endapan batuan dasar, wilayah Jakarta terbagi menjadi 3 satuan dengan luah sumur yaitu 1 luah sumur lebih dari 25 ltdetik, 2 luah sumur 5-
25 ltdet, 3 luah sumur 5 ltdet, persebaran masing-masing satuan seperti pada Lampiran 8 peta hidrogeologi batuan dasar. Wilayah luah sumur 25 ltdet persebarannya tidak luas
setempat-setempat, berada di wilayah Utara Jakarta sepanjang pantai, yaitu antara muara Ancol dan muara Angke, dan dari pantai Dadap sampai Kosambi wilayah Barat Pantai Jakarta
berbatasan dengan Tangerang. Batuan penyusun wilayah tersebut adalah dengan batuan berupa batu gamping koral dan batu gamping pasiran. Tipe akuifernya adalah akuifer bebas
unconfined, sistem akuifer aliran melalui celah, rekahan dan saluran pelarutan persebarannya setempat melalui ruang antar butir, dengan debit mencapai 10 ltdetik
Wilayah luah sumur 5-25 ltdet persebarannya sangat luas hampir seluruh wilayah berada pada wilayah dengan luah sumur 5
–25 ldet. Batuan penyusun wilayah tersebut adalah batuan sedimen kuarter belum termampatkan sehingga sangat poros, berupa batu pasir dengan
ketebalan antara 3-18 m, dijumpai sisipan lempung sehingga di beberapa tempat bisa ditemukan sumur artesis pada kedalaman antara 3-21 m di bawah muka tanah. Tipe akuifernya
adalah akuifer bebas unconfined, dan akuifer tertekan confined sistem akuifer aliran melalui ruang antar butir, dan setempat dijumpai melalui rekahan.
Berdasarkan pembagian lapisan akuifer endapan batuan dasar, wilayah studi yaitu daerah Serpong dan sekitarnya sebesar hanya terdiri dari 1 kelompok luah sumur yaitu luah
sumur 5 ltdet, persebaran masing-masing satuan seperti pada Lampiran 8. Batuan penyusun wilayah tersebut adalah sebagian kecil batuan sedimen kuarter belum termampatkan sehingga
sangat poros, berupa batu pasir dan breksi, dan sebagian berupa batuan tersier berupa breksi, batu gamping pasiran dengan ketebalan antara 3-20 m, kedalaman antara 60-250 m di bawah
muka tanah. Tipe akuifernya adalah akuifer bebas unconfined, dan akuifer tertekan confined sistem akuifer aliran melalui ruang antar butir, dan setempat dijumpai melalui
rekahan dan saluran pelarutan.
4.1.5 Kondisi Airtanah
Secara umum kondisi airtanah di wilayah studi atau di wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi 3 jenis Sukardi dkk, 1986, yaitu:
1. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal mempunyai kedalaman 40 meter, bersifat tidak tertekan dan terdapat pada lapisan akuifer terbuka unconfined aquifer, preatik air tanah kurang lebih
mengikuti bentuk permukaan tanah setempat. Air tanah dangkal ini berasal dari daerah Parung, Depok dan sekitarnya, serta telah dieksploitasi secara intensif untuk keperluan
domestik dengan menggunakan sumur pompa, baik listrik maupun tangan, dan sumur gali biasa.
Pada musim kemarau panjang terjadi penurunan muka preatik air tanah dangkal yang cukup besar, dan akan kembali naik setelah musim hujan tiba. Dari pengamatan
lapangan diperoleh data bahwa di daerah Serpong pada musim hujan kedalaman air tanah dangkal mencapai 5
– 10 meter, namun pada musim kemarau dapat mencapai 10 – 12 meter.
2. Air Tanah Kedalaman Sedang
Air tanah kedalaman sedang mempunyai kedalaman antara 40-140 meter dan bersifat tertekan, terletak pada lapisan akuifer yang tertekan confined aquifer. Air tanah
ini berasal dari daerah Bogor dan areal di upstreamnya, dan telah dieksploitasi secara
23 intensif untuk berbagai keperluan industri, perkantoran, hotel, rumah sakit, apartemen dan
pusat-pusat perbelanjaan, dengan dengan volume yang cukup besar. 3.
Air Tanah Dalam Air tanah dalam mempunyai kedalaman 140 meter dan bersifat tertekan, terletak
pada akuifer yang tertekan confined aquifer. Air tanah ini berasal dari daerah Bogor dan areal di upstreamnya, juga telah dieksploitasi secara intensif untuk keperluan industri,
perkantoran, hotel, rumah sakit dan pusat-pusat perbelanjaan, dengan dengan volume yang besar. Air tanah kedalaman sedang dan dalam, selain kualitasnya memenuhi kriteria
kualitas air bersih, potensinya memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam jumlah besar.
4.1.6 Jenis Tanah