Metode dan Teknik Pengkajian Data

28 budaya. Metode simak merupakan cara pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993:133. Metode simak ini menggunakan bahan teks sebagai acuan maka penelitian ini disebut penelitian kepustakaan library research. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap karena peneliti tidak terlibat langsung dalam percakapan. Proses pengumpulan data menggunakan alat yang disebut dengan kartu data. Secara lengkap kartu data dapat dilihat sebagai berikut: No. Tuturan Pantun Fungsi Pantun Makna Pantun No. Tuturan Peribahasa Fungsi Peribahasa Makna Peribahasa Keterangan: Kartu data dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian pertama berisi nomor data, kedua berisi tuturan berupa pantun maupun peribahasa yang terjadi di dalam percakapan baik lisan maupun tulisan, kolom ketiga berisi makna pantun dan peribahasa itu sendiri, sedangkan kolom ketiga berisi tentang fungsi pantun dan peribahasa dalam masyarakat.

3.3 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep korelasi, yaitu dengan mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial budaya masyarakat. Sosiolinguistik mengkaji perbedaan bahasa sebagaimana adanya deskriptif dan bahasa 29 sebagaimana seharusnya preskriptifnormatif. Maka dari itu data-data linguistik harus bersifat alamiah naturally occuring language tidak boleh dibuat-buat contrived karena bidang sosiolinguistik meneliti bahasa sebagaimana adanya. Dalam mengkaji data, peneliti menggunakan metode padan. Metode ini berkaitan dengan pengkorelasian objek bahasa secara eksternal dengan unsur nonbahasa dengan cara menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks sosial budaya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui makna dan peran pantun atau peribahasa tersebut pada masyarakat dulu maupun sekarang. Adapun teknik yang digunakan yaitu teknik identifikasi menggunakan teori SPEAKING milik Dell Hymes. Teknik tersebut dilakukan dengan cara menetapkan unsur-unsur yang melatarbelakangi suatu tuturan pantun atau peribahasa baik berupa waktu, penutur dan petutur, tujuan, isi dsb. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu transkripsi data, klasifikasi data, dan analisis data. Berikut contoh pantun yang terdapat pada novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck: Kalau tidak ranggas di Tanjung Cumanak ampaian kain Kalau tidak emas dikandung Dunsanak jadi orang lain Hamka, 2002: 8 Pantun di atas mengandung pengertian bahwa jika seseorang merantau ke kota lain hendaklah membawa hasil ketika pulang ke kampung halaman, jika tidak maka bisa saja ia tidak dianggap bahkan dicemooh oleh masyarakat kampungnya. Hal tersebut berkorelasi dengan adat Minangkabau yang sangat terkenal dengan 30 budaya merantau. Bagi masyarakat Minangkabau, pantang pulang sebelum berhasil karena akan menanggung malu baik di keluarga maupun masyarakat sekitar. Ditilik dari teori Speaking milik Dell Hymes, pantun di atas memiliki komponen berikut: Konteks tuturan: Pendekar Sutan yang merupakan ayah Zainuddin menceritakan alasannya tak kembali ke tanah kelahirannya, Minangkabau selain disebabkan karena Ibunya telah meninggal juga karena ia tak memiliki pekerjaan begitu dibebaskan dari penjara. S Setting - P Participants Pendekar Sutan E Ends Pantun tersebut bermaksud untuk menyampaikan kekalutan yang dialami Pendekar Sutan karena takut tidak dianggap oleh saudara-saudaranya jika pulang ke kampung disebabkan karena ia tak punya penghasilan. A Act Sequences kalimat pantun yang baik K Key - I Instrumentalities menggunakan tulisan N Norms - G Genres berbentuk pantun Dari segi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun di atas berfungsi referensial karena membicarakan perihal yang akan terjadi jika kembali ke kampung halaman tanpa penghasilan maka penutur akan mengalami malu dan tak dianggap oleh saudara-saudaranya. 31 Contoh peribahasa yang terdapat pada novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck: Selebat-lebat hujan, akhirnya akan teduh jua. Hamka. 2002: 128 Peribahasa di atas dapat dikorelasikan dengan roda kehidupan yang mengalami pasang dan surut. Ibarat hujan lebat, suatu cobaan berat dalam hidup pasti akan reda pada masanya jika diselesaikan dan dimusyawarahkan bersama- sama. Jika dikaji dengan teori speaking milik Dell Hymes, peribahasa di atas memiliki komponen berikut: Konteks tuturan: Hayati sedang menulis balasan surat untuk Zainuddin. Hayati meminta agar Zainuddin melupakan hal-hal yang berkenaan dengan mereka berdua. Hayati juga meminta maaf atas keputusannya menikahi Aziz. Bagi Hayati segala sakit hati yang mereka berdua rasakan akan sembuh dengan sendirinya, seperti hujan lebat yang suatu saat akan teduh. S Setting Hayati membalas surat Zainuddin. P Participants Hayati dan Zainuddin. E Ends Hayati meminta Zainuddin agar melupakannya dan membiarkan luka hati tersebut sembuh dengan sendirinya. A Act Sequences Hayati mengibaratkan masalah tersebut sebagai hujan yang akan teduh pada waktunya. K Key Hayati menulis surat tersebut dengan perasaan sedih dan kecewa. I Instrumentalities melalui tulisan dalam sebuah surat N Norms surat ini dibuatnya sebagai balasan akhir akan surat-surat Zainuddin. G Genres berbentuk peribahasa 32 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membahas topik mengenai Hayati yang beranggapan bahwa permasalahan hatinya dengan Zainuddin akan sembuh pada waktunya.

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data