32 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi
referensial karena membahas topik mengenai Hayati yang beranggapan bahwa permasalahan hatinya dengan Zainuddin akan sembuh pada waktunya.
3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal. Metode informal tampak pada penggunaan kalimat-kalimat perumpamaan
penjelas sedangkan metode formal menggunakan tanda, gambar dan diagram untuk menerangkan contoh data Sudaryanto, 1993:144.
33
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Fungsi Peristiwa Tutur Sastra Lisan: Pantun dan Peribahasa
4.1.1 Fungsi Peristiwa Tutur Pantun
Bukit putus, Rimba Keluang direndam jagung dihangusi
Hukum putus badan terbuang terkenang kampung kutangisi
TKVW, 2002: 5
Konteks tuturan:
Zainuddin termenung di tepi jendela rumahnya yang menghadap ke tepi pantai kala senja datang. Ia mengenang perkataan ayahnya mengenai kampung
halamannya yang ternyata bukan Makassar melainkan Minangkabau. Ayahnya juga kerap melantunkan pantun-pantun yang dinyanyikan dengan nyanyian
serantih yang kini ia hafal.
S Setting
Senja hari di rumah Zainuddin di Makassar
P Participants
Zainuddin
E Ends
pantun tersebut sebagai pengingat akan kampung halaman para perantau
A Act Sequences
Baik
K Key
- I
Instrumentalities melalui nyanyian serantih yang dihafalkan
Zainuddin
N Norms
- G
Genres berbentuk pantun
34 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun tersebut mengandung fungsi
referensial karena pantun tersebut menceritakan tentang perantau yang merindukan kampung halamannya.
Batang kapas nan rimbun daun urat terentang masuk padi
Jika lepas laut Ketahun merantau panjang hanya lagi
TKVW, 2002: 5
Konteks tuturan:
Zainuddin termenung di tepi jendela rumahnya yang menghadap ke tepi pantai kala senja datang. Ia mengenang perkataan ayahnya mengenai kampung
halamannya yang ternyata bukan Makassar melainkan Minangkabau. Ayahnya juga kerap melantunkan pantun-pantun yang dinyanyikan dengan nyanyian
serantih yang kini ia hafal.
S Setting
Senja hari di rumah Zainuddin di Makassar
P Participants
Zainuddin
E Ends
pantun tersebut menceritakan pengalaman para perantau yang tak bisa kembali pulang sebelum
berhasil
A Act Sequences
Bagus
K Key
- I
Instrumentalities melalui nyanyian serantih yang dihafalkan
Zainuddin
N Norms
-
35
G Genres
berbentuk pantun
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun tersebut mengandung fungsi referensial karena pantun tersebut menceritakan tentang nasib para perantau yang
hanya bisa merantau dan merantau lebih jauh lagi karena belum memperoleh penghasilan untuk dibawa ke kampung.
Kalau tidak ranggas di Tanjung cumanak ampaian kain
Kalau tidak emas dikandung dunsanak jadi rang lain
TKVW, 2002: 8
Konteks tuturan:
Pendekar Sutan yang merupakan ayah Zainuddin menceritakan alasannya tak kembali ke tanah kelahirannya, Minangkabau selain disebabkan karena Ibunya
telah meninggal juga karena ia tak memiliki pekerjaan begitu dibebaskan dari penjara.
S Setting
- P
Participants Pendekar Sutan
E Ends
pantun tersebut bermaksud untuk menyampaikan kekalutan yang dialami Pendekar Sutan karena
takut tidak dianggap oleh saudara-saudaranya jika pulang ke kampung disebabkan karena ia tak
punya penghasilan.
A Act Sequences
kalimat pantun yang baik
K Key
-
36
I Instrumentalities
menggunakan tulisan
N Norms
- G
Genres berbentuk pantun
Dari segi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun di atas berfungsi referensial karena membicarakan perihal yang akan terjadi jika kembali ke kampung halaman
tanpa penghasilan maka penutur akan mengalami malu dan tak dianggap oleh saudara-saudaranya.
Pulau Pandan jauh di tengah di balik Pulau Angsa Dua
Hancur adik dikandung tanah rupa adik terkenang jua
TKVW, 2002: 14
Konteks tuturan:
Pendekar Sutan bercerita kepada Mak Base tentang dua hal yang dapat mengobati hati. Pertama, membaca Al-Quran tengah malam. Kedua, membuaikan
Zainuddin dengan nyanyian negeri Padang berisi pantun yang mengingatkannya pada almarhumah Habibah, Ibu Zainuddin.
S Setting
Malam hari
P Participants
ayah Zainuddin Pendekar Sutan dengan pengasuh Zainuddin Mak Base
E Ends
sepeninggalan manusia adalah wajah dan perilaku yang terngiang dan teringat sehingga
baiknya kita saling berbuat kebaikan terhadap sesama adalah tujuan pantun diatas.
A Act Sequences
dengan baik dan sopan
37
K Key
Pendekar Sutan menyanyi dengan tenang namun sedikit iba.
I Instrumentalities
melalui percakapan lisan antara Pendekar Sutan dan Mak Base
N Norms
Pendekar Sutan setiap menyebut pantun itu selalu teringat akan mendiang Habibah ibu
Zainuddin
G Genres
berbentuk pantun
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun tersebut mengandung fungsi referensial karena pantun diatas menceritakan tentang keadaan ketika ditinggal
orang yang dikasihi, sedangkan sampiran pantun tersebut menyatakan tentang letak pulau Pandan yang memang benar dibalik pulau Angsa Dua.
Ombak putih-putih Ombak datang dari laut
Kipas lenso putih Tanah Mengkasar sudah jauh
TKVW, 2002: 19
Konteks tuturan:
Pukul lima sore di pelabuhan, kapal akan berlayar menuju Padang. Suasana mendadak haru tatkala Zainuddin berpamitan kepada Mak Base yang
sedari tadi menangis. Zainuddin pun meyakinkan Mak Base bahwa semuanya akan baik-baik saja karena niatnya ke Padang juga baik. Sepeninggalan kapal
yang ditumpangi Zainuddin, Mak Base masih berdiri di tepi pelabuhan sambil mengibaskan sapu tangan putih ke arah kapal Zainuddin yang terus menjauh.
S Setting
Pukul lima sore di pelabuhan
38
P Participants
Zainuddin dan Mak Base
E Ends
pantun tersebut identik dengan perpisahan para perantau dengan keluarganya. Makassar sudah
jauh bagi yang merantau ditandai dengan adanya lenso sapu tangan putih yang dikibarkan orang-
orang di pelabuhan.
A Act Sequences
dengan baik dan sopan
K Key
- I
Instrumentalities melalui tulisan
N Norms
- G
Genres berbentuk pantun
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, pantun tersebut mengandung fungsi referensial karena menyatakan tanah Makassar yang sudah jauh ditinggal oleh
para perantau.
4.1.2 Fungsi Peristiwa Tutur Peribahasa
Nan sehasta, nan sejengkal, dan setampok sebuah jari. TKVW, 2002: 6
Konteks tuturan:
Terjadi perselisihan antara Pendekar Sutan dengan Datuk Mantari Labih. Hal tersebut disebabkan oleh harta. Pendekar Sutan meminta izin untuk
menggadai guna biaya berumah tangga, tetapi dihalangi oleh ninik mamaknya termasuk Datuk Mantari Labih. Pihak perempuan juga tidak setuju, karena
seharusnya harta pusaka tersebut jatuh ke tangan mereka sesuai dengan adat Minangkabau.
S Setting
- P
Participants Pendekar Sutan dan Datuk Mantari Labih
39
E Ends
Semua keputusan harus mendapat persetujuan dari musyawarah mufakat.
A Act Sequences
peribahasa ini menjadi hukum adat di Minangkabau
K Key
- I
Instrumentalities
melalui tulisan
N Norms
-
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena menggunakan kata-kata perumpamaan dalam menyampaikan makna
peribahasa itu sendiri.
Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang. TKVW, 2002: 18
Konteks tuturan:
Sore hari di pelabuhan Makassar, Mak Base berat melepas kepergian Zainuddin ke Padang. Dengan mengucapkan pepatah orang Makassar, Zainuddin
berusaha meyakinkan Mak Base bahwa anak laki-laki memang ditakdirkan untuk berjuang dalam hidup dan tak boleh putus asa.
S Setting
sore hari di pelabuhan Makassar
P Participants
Zainuddin dan Mak Base
E Ends
Jangan pantang menyerah sebelum mencoba.
A Act Sequences
merupakan pepatah orang Makassar
K Key
diucapkan Zainuddin dengan lantang dan tegas
I Instrumentalities
melalui lisan
N Norms
Zainuddin menyebutkan pepatah tersebut tatkala
40 Mak Base ragu melepaskannya berangkat ke
Padang
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena peribahasa tersebut memotivasi pembaca agar selalu bekerja keras
dan pantang menyerah dalam hidup.
Sirih nan secabik, pinang nan segetap. TKVW, 2002: 94
Konteks tuturan:
Di rumah keluarga besar Khadijah, telah terdapat kesepakatan meminang Hayati untuk Aziz, abang Khadijah. Maka diutuslah seseorang yang bijak untuk
menyampaikan maksud baik ini.
S Setting
di rumah keluarga besar Aziz dan Khadijah
P Participants
Seluruh keluarga besar Aziz dan Khadijah
E Ends
sirih sebagai tanda hendak meminang.
A Act Sequences
membawa sedikit sirih sebagai syarat untuk meminang dalam adat Minangkabau
K Key
- I
Instrumentalities
diwariskan turun-temurun
N Norms
- G
Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena peribahasanya bersifat imajinatif dengan pesan yang mengatur tata
cara peminangan dalam budaya Minangkabau.
41 Mengebat tidak erat, memancung tidak putus, lengau di ekor kerbau, debu di atas
tunggul, lecah lekat di kaki. TKVW, 2002: 101
Konteks tuturan:
Ninik mamak berkumpul di rumah gadang untuk bermusyawarah mengenai peminangan Hayati. Kaum semanda, yakni suami-suami dari
kemenakan-kemenakan tidak diperkenankan mengikuti mufakat, mereka hanya diberi tahu keputusan akhir. Bagi masyarakat Minangkabau, kaum semanda tidak
termasuk dalam suku mereka sehingga tidak dapat menentukan atau memutuskan suatu perkara, walaupun anak mereka sendiri yang akan dipertunangkan.
S Setting
di rumah gadang
P Participants
Ninik mamak
E Ends
peribahasa tersebut menunjukkan bahwa dalam adat Minangkabau, kaum semanda tidak ikut
andil dalam mufakat karena dianggap ‘diluar’ suku Minangkabau.
A Act Sequences
Menggunakan kata yang sedikit sarkasme dengan topik kedudukan kaum semanda bagi
kaum Minangkabau.
K Key
Ninik mamak menyampaikan dengan intonasi datar dan tenang.
I Instrumentalities
Melalui lisan
N Norms
Berhubungan dengan cara menjelaskan makna kaum semanda bagi kaum Minangkabau.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena peribahasanya mengatur tingkah laku kaum semanda dalam
kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.
42 Hereng dengan gendeng, ribut nan mendingin, renggas nan melanting, dikaji adat
dan lembaga, yang tidak lapuk dihujan, nan tidak lekang dipanas, jalan raya titian batu, nan sebaris tidak hilang nan sehuruf tidak lupa. TKVW, 2002: 102
Konteks tuturan:
Seluruh keluarga besar Hayati mengadakan mufakat untuk memutuskan pinangan Aziz atau Zainuddin yang akan diterima. Datuk Garang membuka
percakapan dengan menguraikan hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan untuk menerima pinangan, hal ini disebabkan karena kaum Minangkabau terkenal
dengan adat istiadat yang kental dan kekal.
S Setting
di rumah gadang milik keluarga besar Hayati
P Participants
Datuk Garang
E Ends
peribahasa tersebut bertujuan untuk
menunjukkan adat istiadat yang kekal tak berubah masa demi masa
A Act Sequences
Minangkabau terkenal dengan adatnya yang kokoh dan pantang dilanggar.
K Key
Datuk Garang menyampaikan dengan serius, tegas dan lugas.
I Instrumentalities
diwariskan turun-temurun baik lisan maupun tulisan.
N Norms
peribahasa tersebut digunakan sebagai landasan permusyawaratan dalam menentukan keputusan
peminangan perempuan di keluarga Minangkabau.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena secara langsung memerintahkan masyarakat Minangkabau untuk
menaati adat istiadat seperti yang tercantum dalam peribahasa tersebut.
43 Pinang di bawah sirih di atas. TKVW, 2002: 102
Konteks tuturan:
Datuk Garang mengutarakan bahwa pinangan Aziz telah memenuhi syarat dan ketentuan. Mulai dari asal usulnya, sukunya, hartanya dan ternyata Aziz
termasuk orang terpandang di Padang Panjang.
S Setting
rumah gadang
P Participants
Datuk Garang
E Ends
menandakan peminangan yang sah dan disetujui
A Act Sequences
Bentuk ujaran yang baik dan pas dengan isi ujaran mengenai tata cara peminangan yang
telah diwariskan turun-temurun
K Key
melalui lisan
I Instrumentalities
sebagai penanda lamaran.
N Norms
peribahasa tersebut digunakan sebagai bentuk umum peminangan dalam adat Minangkabau.
G Genres
berbentuk peribahasa Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi
konatif karena mengatur tata cara pertunangan yang sah dalam budaya Minangkabau.
Ruas telah bertemu dengan buku, bagai janggut pulang ke dagu, sama berbangsa keduanya, satu bulan satu matahari. TKVW, 2002: 103
Konteks tuturan:
Setelah dibicarakan panjang lebar, seluruh peserta musyawarah hampir sepakat menerima Aziz daripada Zainuddin, karena setelah ditilik latar belakang
kehidupannya ternyata ditemukan keserasian antara Aziz dan Hayati yang dilambangkan dengan pepatah tersebut.
44
S Setting
Saat musyawarah di rumah gadang
P Participants
- E
Ends
peribahasa diatas menyatakan keselarasan, kesetaraan, keseimbangan antara satu dengan
lainnya. Peran peribahasa pada konteks tersebut adalah menerima pinangan Aziz kepada Hayati
karena keduanya sama-sama berbangsa dan bersuku yang setara atau setingkat.
A Act Sequences
penggunaan kata-kata perbandingan seperti ruas dengan buku, janggut dengan dagu, bulan
dengan matahari memperkuat kedudukan yang satu dengan yang lain.
K Key
- I
Instrumentalities sebagai penanda kecocokan.
N Norms
-
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial yaitu membicarakan objek berupa keserasian dan keselarasan antara
Hayati dan Aziz.
Mengubah cupak nan usali. TKVW, 2002: 103
Konteks tuturan:
Mak Tengah Limah bersitegang dengan Datuk Garang. Mak Tengah Limah mengetahui bahwa cinta Hayati hanya untuk Zainuddin, sedangkan hampir
seluruh ninik mamak lebih memilih menjodohkan Hayati dengan Aziz. Datuk Garang akhirnya berkata, “Lebih baik dia mati, senang kita, daripada dia memberi
malu ninik mamak, merusak adat dan lembaga, mengubah cupak nan usali. Apa
45 guna dia hidup kalau akan mencorengkan arang di kening dan menggoreskan
malu di muka kita?”
S Setting
saat musyawarah mufakat di rumah gadang.
P Participants
Datuk Garang dan Mak Tengah Limah
E Ends
tujuan dari peribahasa tersebut adalah untuk memperingati untuk tidak melanggar adat yang
sudah ada sejak dahulu kala dan diwarisi turun- temurun.
A Act Sequences
menggunakan kata “usali” yang berarti usang atau tua menyatakan adat yang sudah tua dan
usang tetapi masih kuat berlaku.
K Key
datuk Garang mengucapkannya dengan penuh amarah dan nada serta intonasi yang tinggi.
I Instrumentalities
diucapkan secara lisan.
N Norms
sebagai bentuk bantahan perkataan Limah
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi emotif karena partisipan menunjukkan kemarahannya saat menyampaikan
peribahasa tersebut.
Sudah ke laut, sudah ke darat, bukan saja sembarang orang. Kalau memang demikian bertemu dalam penglihatan, patut dibalas kita balas, patut dibalik kita
balik. TKVW, 2002: 105
Konteks tuturan:
Mak Tengah Limah mengkhawatirkan jika Hayati dipelet oleh Zainuddin karena setiap hari Hayati hanya memikirkan pemuda itu. Datuk Garang merasa
tertantang. Beliau berjanji akan membalas perbuatan Zainuddin jika memang terbukti ia telah mengguna-guna Hayati.
46
S Setting
saat musyawarah mufakat di rumah gadang.
P Participants
Datuk Garang dan Mak Tengah Limah
E Ends
peribahasa ini berisi tentang balas dendam
A Act Sequences
penggunaan kata “patut” menandakan kesiapsiagaan partisipan untuk membalas
perbuatan yang tidak baik.
K Key
datuk Garang mengucapkannya dengan nada tinggi dan menantang.
I Instrumentalities
diucapkan secara lisan.
N Norms
sebagai jawaban atas pertanyaan Limah
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi emotif karena partisipan menunjukkan egonya saat menyampaikan peribahasa
tersebut.
Yang mengebat erat memancung putus. Memperkatakan baik dan buruk, hina dan mulia dari pagi, telah berkering tempat duduk, telah berhabis pinang sirih.
Mencari yang akan elok. TKVW, 2002: 105
Konteks tuturan:
Datuk Garang memanggil Hayati untuk menyampaikan hasil akhir musyawarah mufakat dengan seluruh keluarga besar. Beliau menyatakan bahwa
mereka telah rela berlama-lama duduk, mempertimbangkan baik dan buruk kedua pinangan, hingga akhirnya sepakat menerima Aziz.
S Setting
saat musyawarah mufakat di rumah gadang.
P Participants
Datuk Garang dan Hayati
E Ends
peribahasa ini menjelaskan tentang peran ninik mamak dalam masyarakat Minangkabau,
47 menilai, menimbang baik buruk dan
memutuskan siapa yang berhak menjadi pendamping Hayati.
A Act Sequences
menggunakan metafora yang dominan yaitu antara baik dan buruk, hina dan mulia.
K Key
datuk Garang melontarkan peribahasa tersebut dengan penuh hati-hati dan berwibawa.
I Instrumentalities
diucapkan secara lisan.
N Norms
sebagai pembuka pembicaraan kepada Hayati atas keputusan yang diambil oleh ninik
mamaknya.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai hasil musyawarah yang dilakukan
oleh ninik mamak dan pemangku adat lainnya.
Rupanya bulat belum segolong, picak belum setapik di antara kami semuanya. TKVW, 2002: 108
Konteks tuturan:
Zainuddin membaca surat dari Datuk Garang yang berisi keputusan diterima atau tidaknya pinangan atas Hayati. Ternyata lamaran Zainuddin tidak
dapat dikabulkan.
S Setting
Zainuddin membuka surat dari Datuk Garang.
P Participants
Datuk Garang dan Zainuddin.
E Ends
peribahasa diatas menunjukkan adanya ketidaksepakatan diantara mereka yang
bermusyawarah.
A Act Sequences
penggunaan kalimat yang sopan dan baik.
K Key
datuk Garang menulis peribahasa tersebut sebagai balasan atas pinangan Zainuddin kepada
Hayati
48
I Instrumentalities
secara tertulis.
N Norms
sebagai jawaban penolakan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai hasil musyawarah yang dilakukan
oleh ninik mamak dan pemangku adat lainnya.
Kayu yang bercabang tidak boleh dihentakkan. TKVW, 2002: 108
Konteks tuturan:
Zainuddin masih membaca surat Datuk Garang tentang penolakan pinangannya kepada Hayati dengan alasan banyak yang tidak sepakat jika Hayati
dijodohkan dengannya lantaran ia tidak memenuhi syarat yang berlaku.
S Setting
Zainuddin membuka surat dari Datuk Garang.
P Participants
Datuk Garang dan Zainuddin.
E Ends
peribahasa diatas menyatakan bahwa ada pro dan kontra terhadap pinangan Zainuddin sehingga
penolakan dianggap lebih baik daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menurut ninik
mamak Hayati.
A Act Sequences
penggunaan kalimat yang sopan dan baik.
K Key
datuk Garang menulis peribahasa tersebut sebagai penolakan atas pinangan Zainuddin
kepada Hayati
I Instrumentalities
secara tertulis.
N Norms
sebagai penolakan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati.
G Genres
berbentuk peribahasa
49 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi
referensial karena membicarakan mengenai penolakan pinangan Zainuddin kepada Hayati.
Tiba tampak muka, berjalan tampak punggung. TKVW, 2002: 109
Konteks tuturan:
Perasaan Zainuddin campur aduk ketika tahu lamarannya ditolak. Ia juga heran mengapa ia tidak diterima padahal ia telah meminta baik-baik kepada
keluarga Hayati, bukan melalui jalur pelet atau guna-guna.
S Setting
Zainuddin membaca surat Datuk Garang
P Participants
Zainuddin
E Ends
peribahasa tersebut membicarakan tentang adab sopan santun dalam kehidupan, datang dan
pulang dengan berpamitan, begitu juga jika hendak meminang perempuan.
A Act Sequences
penggunaan analogi yang baik.
K Key
dengan pilu Zainuddin mengumpat dalam hati
I Instrumentalities
secara lisan dalam benak Zainuddin.
N Norms
sebagai bentuk adab yang baik.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai kesantunan dalam bermasyarakat
termasuk meminang perempuan.
50 Mengharapkan kejatuhan bintang di langit, umur habis badan pun payah, laba
hilang rugi bertemu, melarat diangan-angan, sengsara dikira-kira. TKVW, 2002: 113
Konteks tuturan:
Khadijah lewat surat yang ia kirimkan kepada Zainuddin mengusulkan untuk menjauhi Hayati karena Hayati telah bertunangan dengan Aziz. Kalaupun
Zainuddin hendak tetap menunggu, itu hanyalah kegiatan yang sia-sia karena Hayati sudah bersuamikan orang.
S Setting
Zainuddin membaca surat yang dikirim Khadijah untuknya.
P Participants
Khadijah dan Zainuddin
E Ends
Khadijah berusaha menjelaskan bahwa Hayati telah menjadi milik orang lain sehingga sia-sia
saja mengharapkannya kembali.
A Act Sequences
penggunaan analogi yang sangat bagus
K Key
Khadijah menulisnya dengan bijak.
I Instrumentalities
melalui tulisan.
N Norms
menyatakan perbuatan yang sia-sia.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena menyampaikan gagasan agar jangan berharap terlalu banyak untuk
memiliki perempuan yang telah disunting orang.
51 Tidak boleh menohok kawan seiring, menggunting dalam lipatan, apalagi
terhadap orang yang telah meminum air ayah bunda kita, dan kita pun begitu pula kepadanya. TKVW, 2002: 116
Konteks tuturan:
Zainuddin menceritakan semua yang dialaminya selama merantau di tanah Minangkabau, mulai dari perkenalannya dengan Hayati hingga patah hatinya pula
karena Hayati yang telah direbut orang. Muluk dengan senang hati mendengarkan dan membantu semampunya, karena ia berprinsip tidak akan mengkhianati orang
yang telah dianggap keluarganya sendiri termasuk Zainuddin.
S Setting
Zainuddin meminta Muluk untuk membantunya, mereka berbicara di rumah Muluk.
P Participants
Zainuddin dan Muluk.
E Ends
Muluk berusaha meyakinkan Zainuddin bahwa ia dapat dipercaya, ia pun mengutarakan adat
istiadat yang dipegangnya yaitu tak boleh berkhianat terutama kepada orang yang telah
tinggal seatap dengannya.
A Act Sequences
penggunaan kalimat orang yang telah meminum air ayah bunda kita mengacu pada tamu yang
tinggal atau menumpang di rumah dan disajikan makanan yang sama rupanya antara pemilik dan
pendatang ke rumah tersebut.
K Key
Muluk melafalkannya dengan lantang dihadapan Zainuddin.
I Instrumentalities
melalui percakapan lisan.
N Norms
menyatakan prinsip yang kuat dan tegas dalam memegang amanah.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi retorikal karena melarang mengkhianati seseorang yang telah dianggap sebagai
saudara sendiri.
52 Makan hati berulam jantung. TKVW, 2002: 117
Konteks tuturan:
Zainuddin khawatir akan tabiat Aziz yang akan menyakiti Hayati dan membuat wanita yang ia cintai harus hidup dalam kesedihan, maka dari itu
Zainuddin meminta Muluk agar menyelidiki Aziz lebih rinci.
S Setting
Zainuddin meminta Muluk untuk membantunya menyelidiki Aziz, mereka berbicara di rumah
Muluk.
P Participants
Zainuddin dan Muluk.
E Ends
Zainuddin tidak ingin Hayati sakit hati lantaran perbuatan Aziz yang terkenal berperangai kasar.
A Act Sequences
ujarannya berbentuk percakapan biasa.
K Key
Zainuddin melontarkan peribahasa tersebut dengan nada dan intonasi datar.
I Instrumentalities
melalui percakapan lisan.
N Norms
begitu mendengar jawaban Muluk bahwa Aziz adalah seorang penjudi dan pengganggu rumah
tangga orang, timbulah kekhawatiran Zainuddin kalau Hayati tidak bahagia dan akan sengsara
hidup bersama Aziz.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena menyampaikan rasa khawatir Zainuddin akan kelangsungan
hidup Hayati yang tidak akan bahagia karena bersuamikan Aziz.
Selebat-lebatnya hujan, akhirnya akan teduh jua. TKVW, 2002: 128
Konteks tuturan:
Hayati sedang menulis balasan surat untuk Zainuddin. Hayati meminta agar Zainuddin melupakan hal-hal yang berkenaan dengan mereka berdua. Hayati
53 juga meminta maaf atas keputusannya menikahi Aziz. Bagi Hayati segala sakit
hati yang mereka berdua rasakan akan sembuh dengan sendirinya, seperti hujan lebat yang suatu saat akan teduh.
S Setting
Hayati membalas surat Zainuddin.
P Participants
Hayati dan Zainuddin.
E Ends
Hayati meminta Zainuddin agar melupakannya dan membiarkan luka hati tersebut sembuh
dengan sendirinya.
A Act Sequences
Hayati mengibaratkan masalah tersebut sebagai hujan yang akan teduh pada waktunya.
K Key
Hayati menulis surat tersebut dengan perasaan sedih dan kecewa.
I Instrumentalities
melalui tulisan dalam sebuah surat
N Norms
surat ini dibuatnya sebagai balasan akhir akan surat-surat Zainuddin.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membahas topik mengenai Hayati yang beranggapan bahwa
permasalahan hatinya dengan Zainuddin akan sembuh pada waktunya.
Rumah gedang ketirisan, adat pusaka tak berdiri, mayat terbujur tengah rumah, gadis gedang belum terlaki. TKVW, 2002: 131
Konteks tuturan:
Menguraikan hal-hal apa saja yang dapat dijadikan alasan menggunakan harta warisan keluarga dalam budaya Minangkabau.
S Setting
- P
Participants -
54
E Ends
peribahasa tersebut menyatakan adat Minangkabau yang melarang memperebutkan
warisan kecuali 4 hal yaitu rumah yang rusak, tidak beradat pusaka, ada kemalangan, dan
perempuan yang belum menikah.
A Act Sequences
bentuk ujaran yang biasa dan isi ujaran mengenai 4 poin.
K Key
- I
Instrumentalities merupakan adat yang tak tertulis tapi sudah
dihafal oleh semua masyarakat Minangkabau
N Norms
- G
Genres berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung adat istiadat yang mau tak mau harus dipatuhi oleh
masyarakat Minangkabau.
Tak kayu jenjang dikeping, tak emas bungkal diasah. TKVW, 2002: 132
Konteks tuturan:
Menyatakan agar menggunakan harta warisan dengan benar sesuai dengan adat istiadat Minangkabau.
S Setting
- P
Participants -
E Ends
peribahasa tersebut menyatakan adat Minangkabau yang mengatakan bahwa jika
terdapat 4 poin yaitu rumah rusak, tak berpusaka, ada kemalangan, dan perempuan yang tak juga
bersuami maka apalah guna warisan dipertahankan maka hendaklah harta tersebut
digunakan untuk kepentingan hal-hal tadi.
A Act Sequences
bentuk ujaran yang biasa dan isi ujaran mengenai anjuran untuk menggunakan harta warisan jika
memang dibutuhkan sesuai dengan adat yang berlaku.
55
K Key
- I
Instrumentalities merupakan adat yang tak tertulis tapi sudah
dihafal oleh semua masyarakat Minangkabau.
N Norms
- G
Genres berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung adat istiadat yang mau tak mau harus dipatuhi oleh
masyarakat Minangkabau.
Laksana roda pedati, turun naik silih berganti. TKVW, 2002: 182
Konteks tuturan:
Aziz mengirim surat kepada Zainuddin yang isinya meminta maaf dan menyerahkan Hayati ke tangan Zainuddin karena ia sendiri tidak bisa menjadi
suami yang baik. Aziz telah sadar bahwa keadaan bisa berbalik kapan saja seperti roda yang selalu berputar.
S Setting
pada sebuah surat yang ditulisan Aziz untuk Zainuddin.
P Participants
Aziz dan Zainuddin.
E Ends
peribahasa tersebut diasosiasikan seperti kehidupan yang akan silih berganti dari susah ke
senang begitu juga sebaliknya.
A Act Sequences
bentuk ujaran yang sopan dan baik.
K Key
dengan datar.
I Instrumentalities
melalui jalur tulisan Aziz meminta maaf kepada Zainuddin yang telah ia kecewakan dan
dirampas pengharapannya yaitu Hayati.
N Norms
cara Aziz meminta maaf melalui surat karena malu telah ditolong Zainuddin padahal dahulu ia
pernah menzaliminya.
56
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung nasihat agar tidak sombong dan serakah dengan apa
yang dimiliki sekarang karena mungkin akan diganti dengan kebalikannya.
Pinang akan disurutkannya ke tampuk, sirih akan dipulangkannya ke gagang. TKVW, 2002: 184
Konteks tuturan:
Aziz melalui suratnya meminta maaf kepada Hayati atas perbuatannya yang tidak pantas sebagai suami, ia juga menjatuhkan talaknya kepada Hayati dan
menyarankan Hayati agar kembali ke pelukan Zainuddin, cinta sejatinya. Aziz menikahi Hayati secara sah menurut agama, maka ia pun akan menceraikan
Hayati dengan cara yang sah pula menurut agama.
S Setting
pada sebuah surat yang ditulisan Aziz untuk Hayati.
P Participants
Aziz dan Hayati.
E Ends
mengingatkan agar mengembalikan sesuatu ke asalnya semula, menikah secara agama maka
harus bercerai secara agama juga.
A Act Sequences
ujaran berorientasi pada perangkat tunangan yaitu pinang dan sirih
K Key
Aziz menuliskannya dengan perasaan menyesal dan memelas.
I Instrumentalities
melalui tulisan pada sebuah surat.
N Norms
peribahasa tersebut sebagai jalur Aziz menceraikan Hayati dengan bercerai secara baik-
baik sebagaimana ia menikahinya dahulu.
G Genres
berbentuk peribahasa
57 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi
konatif karena secara tidak langsung Aziz menjatuhkan talak kepada Hayati.
Segenap daun kehidupanku kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan TKVW, 2002: 187
Konteks tuturan:
Hayati mendatangi kamar tulis Zainuddin. Amarah mendadak menguasai Zainuddin, ketika Hayati meminta maaf atas segala kesalahannya dan berkata
akan kembali menjadi Hayati dahulu yang mencintainya. Zainuddin membentak Hayati. Ia teringat perlakuan keluarga Hayati kepadanya dan pilihan Hayati untuk
menikahi Aziz padahal ia sangat menaruh harapan yang penuh cinta kepada Hayati.
S Setting
di kamar tulis Zainuddin.
P Participants
Zainuddin dan Hayati.
E Ends
Zainuddin meluapkan emosinya kepada Hayati yang telah mengkhianati janjinya mereka berdua.
A Act Sequences
kata-kata yang digunakan dalam ujaran tersebut menggunakan perumpamaan yang cukup tinggi.
K Key
Zainuddin mengucapkan dengan penuh amarah, nada tinggi dan intonasi cepat.
I Instrumentalities
melalui lisan.
N Norms
peribahasa tersebut sebagai balasan Zainuddin terhadap permintaan maaf Hayati yang telah
menyakiti hati Zainuddin
G Genres
berbentuk peribahasa
58 Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi
emotif karena dapat dilihat bagaimana Zainuddin menunjukkan emosinya kepada Hayati melalui kata-kata yang diucapkannya.
Tak tersudu diitik, tak termakan diayam. TKVW, 2002: 187
Konteks tuturan:
Masih di kamar tulis, Zainuddin dan Hayati terus beradu argumen. Zainuddin teringat akan jawaban Hayati yang tidak diduga-duga ketika lebih
memilih Aziz sebagai suaminya yakni karena ia melarat sedangkan Aziz konglomerat. Kenyataannya Hayati menjawab demikian hanya karena ia tidak
bisa menolak keputusan ninik mamaknya yang berpihak pada Aziz.
S Setting
di kamar tulis Zainuddin.
P Participants
Zainuddin dan Hayati.
E Ends
peribahasa tersebut menyatakan tentang sesuatu yang tak diduga tak disangka.
A Act Sequences
kata yang digunakan berupa perumpamaan dengan isi ujaran yang berhubungan erat dengan
topik pembicaraan.
K Key
Zainuddin amarah, nada tinggi, dan intonasi cepat.
I Instrumentalities
melalui lisan.
N Norms
dengan peribahasa tersebut Zainuddin melakukan interupsi terhadap permintaan maaf
Hayati.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi emotif karena dapat dilihat bagaimana Zainuddin menunjukkan emosinya kepada
Hayati melalui peribahasa tersebut.
59 Berenang di dalam mas, bersayap uang kertas. TKVW, 2002: 188
Konteks tuturan:
Zainuddin terus-menerus mengungkit peristiwa yang menimpanya. Termasuk ketika Hayati lebih memilih menikahi Aziz. Pastilah harta salah satu
alasan yang kuat. Bersama Aziz, Hayati bisa hidup mewah dan bergelimang harta.
S Setting
di kamar tulis Zainuddin.
P Participants
Zainuddin dan Hayati.
E Ends
peribahasa bermakna hidup dengan kaya raya
A Act Sequences
isi ujaran berkorelasi dengan makna yang ingin disampaikan.
K Key
diucapkan dengan datar namun penuh penekanan dan tanpa jeda.
I Instrumentalities
melalui lisan.
N Norms
sebagai norma sindiran atas keadaan Aziz.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi emotif karena dapat dilihat bagaimana Zainuddin menunjukkan emosinya kepada
Hayati melalui peribahasa tersebut.
Tak lapuk dihujan, tak lekang dipanas. TKVW, 2002: 188
Konteks tuturan:
Zainuddin dikuasai amarah sehingga menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya, ranah Minangkabau, negeri beradat lembaga, yang kuat kekal abadi
selamanya.
S Setting
di kamar tulis Zainuddin.
60
P Participants
Zainuddin dan Hayati.
E Ends
peristiwa tutur tersebut bermaksud untuk mempertegas adat istiadat Minangkabau yang
kekal dan berlaku turun-temurun
A Act Sequences
percakapan biasa ini berlangsung tegang sarena kedua partisipan berusaha membela dirinya
masing-masing
K Key
diucapkan dengan datar namun penuh penekanan dan tanpa jeda
I Instrumentalities
melalui lisan.
N Norms
merupakan norma penjelas mengenai adat istiadat Minangkabau yang kekal abadi
selamanya
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena peribahasa tersebut merupakan simbolis tentang adat istiadat
Minangkabau yang kekal, kuat dan tak pudar oleh waktu.
Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa. TKVW, 2002: 189
Konteks tuturan:
Hayati memohon kepada Zainuddin agar tetap diizinkan tinggal mendampinginya. Dengan lantang Zainuddin menolak seakan berprinsip tidak
akan mau menerima wanita bekas suami orang.
S Setting
di kamar tulis Zainuddin.
P Participants
Zainuddin dan Hayati.
E Ends
peristiwa tutur ini bermaksud untuk menolak Hayati yang merupakan mantan istri sahabatnya,
Aziz
A Act Sequences
isi ujaran adalah tentang pemuda yang
61 bermarwah tinggi sehingga pantang baginya
menikahi bekas istri orang
K Key
diucapkan dengan nada tegas dan intonasi lantang
I Instrumentalities
melalui lisan.
N Norms
merupakan norma penolakan yang diutarakan melalui peribahasa.
G Genres
berbentuk peribahasa
Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena bercerita tentang pemuda yang merasa hina jika menikahi
bekas istri orang walaupun ia mencintai wanita itu.
4.2 Makna Sastra Lisan: Pantun dan Peribahasa