7 menetapkan berbagai instrumen untuk mengimplementasikannya. Salah satu
pengaturan yang dilakukan Provinsi DKI Jakarta adalah diberlakukannya kenaikan pajak air tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 37 Tahun 2009 tentang Nilai Perolehan Air Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Pergub
372009. Berkenaan dengan hal tersebut, perlu dilakukan analisis dan evaluasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengambilan dan pemanfaatan air tanah di
Provinsi DKI Jakarta untuk menjamin terwujudnya kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dye 1992 menyatakan bahwa analisis kebijakan dilakukan untuk mengetahui apa yang dilakukan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal
tersebut, dan perubahan-perubahan seperti apa yang dilakukan, sedangkan evaluasi kebijakan adalah mengukur konsekuensi atau dampak kebijakan publik.
Mengacu pada Dye 1992 dan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan apa saja yang telah dilakukan pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air tanah yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat? 2. Bagaimana dampak kebijakan tersebut bagi kelangsungan ketersediaan air
tanah menghindari terjadinya deplesi air tanah di Provinsi DKI Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menginventarisasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengambilan dan pemanfaatan air tanah yang telah dikeluarkan di Provinsi DKI Jakarta.
2. Mengevaluasi dampak implementasi instrumen ekonomi, yakni kenaikan pajak air tanah, terhadap deplesi air tanah di Provinsi DKI Jakarta.
3. Melakukan perbandingan harga perolehan air tanah dan air PAM DKI Jakarta setelah diberlakukannya kenaikan pajak air tanah.
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya pencegahan terjadinya deplesi air tanah yang pada gilirannya akan meningkatkan
8 instrusi air laut dan penurunan muka tanah di Provinsi DKI Jakarta. Secara khusus
penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademik dan praktis. Manfaat akademik adalah memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang analisis dan
evaluasi kebijakan pengelolaan sumber daya air tanah, khususnya dari sisi implementasi instrumen ekonomi. Manfaat praktis adalah memberikan masukan
dalam bentuk rekomendasi berdasarkan hasil analisis dan evaluasi kebijakan
pemanfaatan air tanah di Provinsi DKI Jakarta.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karateristik dan Kepentingan Air Tanah Perkotaan
Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bernilai dan menentukan kelangsungan hidup manusia. Menurut Pipkin dan Trent 2001,
sekitar 2,59 air yang tersedia di bumi merupakan air tawar dan 0,592 diantaranya merupakan air tanah, lebih banyak dibandingkan dengan air tawar
yang langsung bisa diakses, seperti air danau 0,007 dan air sungai 0,0001. Selanjutnya Pipkin dan Trent 2001 menyatakan bahwa 37 dari seluruh air
yang digunakan untuk kepentingan publik 153.000 juta liter per hari, tidak termasuk untuk kepentingan pertanian berasal dari air tanah, sisanya dipenuhi
dari air permukaan. Menurut UU 72004, air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Definisi tersebut menjadi rujukan peraturan perundangan lainnya, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2008 tentang Air Tanah PP 432008. Pergub 372009 menyatakan definisi yang sedikit berbeda, yakni air bawah tanah adalah air yang berada di perut bumi,
termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah. Definisi lain terkait air tanah dipaparkan dalam PP 432008, yakni: a akuifer adalah
lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah yang cukup dan ekonomis; b cekungan air tanah adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung; c daerah imbuhan air tanah adalah daerah resapan. Pada dasarnya air tanah merupakan sumber daya alam yang dapat pulih
karena adanya siklus hidrologi, tetapi sebagian besar literatur cenderung mengelompokkannya dalam sumber daya alam tidak pulih terutama untuk jenis
air tanah dalam. Tietenberg 2006 menyatakan air, termasuk air tanah, sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui tetapi juga dapat mengalami deplesi.
Koundouri 2004 menyatakan cadangan air tanah mengalami deplesi dan hanya kurang dari 5 yang dapat pulih melalui curah hujan dan mencairnya salju.
Hartwick dan Olewiler 1998 menyatakan air tanah merupakan sumber daya
10 alam yang tidak pulih jika laju pengambilan air tanah lebih besar dari laju
pengimbuhan alamiah. Air tanah perkotaan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti sumber
air untuk kebutuhan rumah tangga, niaga komersial, dan industri. Di Negeri Belanda, air tanah merupakan sumber utama untuk perusahaan air minum, seperti
ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Suplai Air Bersih dan Sumber Air Baku Untuk Kepentingan Publik di
Negeri Belanda Juta m
3
Tahun Sumber Air Baku
Suplai Air Tanah
Air Permukaan Air Infiltrasi
Lainnya 1990
810 258
212 16
1.280 1991
842 258
178 14
1.278 1992
834 266
173 15
1.273 1993
812 258
172 15
1.242 1994
829 261
175 14
1.266 1995
839 264
179 14
1.281 1996
814 266
188 14
1.267 1997
789 275
193 14
1.257 Sumber: Dietz dan van der Mark 2000
2.2. Kebijakan dan Instrumen Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Air Tanah