Retribusi Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta

55 dibandingkan pajak, perlu dielaborasi dan dipertimbangkan penerapannya untuk konteks pengelolaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta.

6.2. Retribusi Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta

Biaya perolehan air tanah di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari retribusi izin pemboran air tanah, retribusi izin pengambilan atau pemanfaatan air tanah, dan pajak air tanah. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pengambilan air tanah untuk kepentingan rumah tangga yang semata-mata diperuntukan memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga. Ketentuan biaya perolehan air tanah diatas hanya berlaku pada kelompok yang disebut sebagai subjek pemakai air tanah, yakni kelompok non-niaga, niaga, dan industri. Retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air tanah diatur melalui Perda 12006 tentang Retribusi Daerah. Istilah yang digunakan dalam peraturan daerah ini adalah air bawah tanah. Pengertian air bawah tanah yang dimaksudkan dalam peraturan daerah ini adalah air tanah, sebagaimana didefinisikan dalam UU 72004. Pasal 2 ayat 4 peraturan daerah diatas menyatakan retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air bawah tanah termasuk retribusi bidang ekonomi, golongan retribusi jenis tertentu, kelompok pelayanan pertambangan dan energi. Pasal 55 ayat 5 menyatakan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air bawah tanah adalah dengan memperhatikan biaya perencanaan, biaya sosialisasi, biaya pengumpulanpengolahan dan analisa data hidrogeologi, biaya analisa air, biaya pemeriksaan, biaya meter air, biaya segel, biaya konservasi, biaya penertiban, kemampuan masyarakat serta aspek keadilan. Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan izin pemboran dan pemanfaatan air bawah tanah diatur dalam pasal 56, seperti dipaparkan dalam Tabel 15. Retribusi daerah ini pernah dihapuskan melalui Ingub 1341998. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007 dan 2008 yang dilakukan oleh BPK menunjukkan bahwa pada tahun anggaran 2008 tercatat realisasi pendapatan retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air bawah tanah sebesar Rp. 488.700.000,00 realisasi 84,48 dari target. Retribusi ini merupakan bagian dari retribusi perizinan tertentu. Jika dibandingkan dengan realisasi penerimaan 56 seluruh retribusi perizinan tertentu Rp. 258.802.748.833,00 proporsi retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air tanah hanya sekitar 0,19, sedangkan jika dibandingkan dengan total realisasi penerimaan retribusi Provinsi DKI Jakarta tahun 2008 Rp.395.639.567.901,00 proporsinya hanya 0,12. Selanjutnya jika dibandingkan dengan penerimaan PAD tahun 2008 Rp. 10.455.565.540.756,03 proprosi penerimaan retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air tanah hanya sebesar 0,00467 saja. Data penerimaan retribusi izin pemboran dan pemanfaatan air tanah tahun 2007 tidak tercantum dalam laporan pemeriksaan diatas. Tabel 15. Struktur dan Tarif Izin Pemboran dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Provinsi DKI Jakarta Jenis Izin Biaya Rupiah Izin Pemboran Air Bawah Tanah 1. Instansi Pemerintah dan Sosial Rp. 0 2. Non Niaga Rp. 1.000.000,- 3 bulan 3. Niaga Kecil Rp. 2.500.000,- 3 bulan 4. Industri Kecil Rp. 3.000.000,- 3 bulan 5. Niaga Besar Rp. 4.000.000,- 3 bulan 6. Industri Besar Rp. 5.000.000,- 3 bulan Izin Pengambilan atau Pemanfaatan 1. SIPA Pantek Rp. 100.000,- 3 tahun 2. SIPA Bor Rp. 500.000,- 3 tahun Izin Perusahaan Pemboran Air Bawah Tanah SIPPAT Rp. 500.000,- 3 tahun Izin Juru Bor Air Bawah Tanah Rp. 100.000,- 3 tahun Izin Kartu Pengenal Instalasi Bor Rp. 500.000,- 3 tahun Sumber: Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah Keterangan : Jika periode izin telah berakhir, izin diperpanjang untuk periode dan biaya yang sama 57

6.3. Pajak Air Tanah