Nilai, Harga, dan Alokasi Air Tanah

16 Untuk situasi seperti ini, Weimer dan Vining 1990 menyebutkan perlunya kebijakan generik untuk melakukan koreksi terhadap kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah. Menurut mereka, kebijakan generik adalah berbagai tipe tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi problem kebijakan yang terjadi. Karena problem kebijakan biasanya kompleks dan kontekstual, maka kebijakan generik harus dibuat spesifik untuk menghasilkan kebijakan alternatif yang viable. Selanjutnya mereka mengelompokan kebijakan generik kedalam 5 kategori, yakni: 1 kebijakan yang membebaskan, memfasilitasi, dan menstimulasi pasar; 2 kebijakan berbasis pajak dan subsidi; 3 menegakkan peraturan; 4 menyediakan barang-barang tidak melalui mekanisme pasar; dan 5 menyediakan asuransi dan bantalan ekonomi providing insurance and cushions economic protection.

2.3. Nilai, Harga, dan Alokasi Air Tanah

Nilai dan harga suatu barang berbeda, nilai diukur dari persepsi dan preferensi sedangkan harga terjadi karena adanya pertukaran ataupun ditetapkan. Kemper et.al. 2006 menyatakan nilai ekonomi sumber daya alam tergantung pada apa yang seseorang bisa lakukan dengan sumber daya tersebut dan tergantunng juga pada kelangkaannya dibandingkan dengan sumber daya alternatif lainnya. Dengan demikian nilai air tanah didapatkan dengan mengidentifikasi berbagai penggunaan yang bisa dilakukan terhadap sumber daya tersebut dan tergantung pada kelangkaan dan kualitasnya jika dibandingkan dengan air permukaan pada wilayah yang sama. Selanjutnya Kemper et.al. 2006 menyebutkan nilai ekonomi air tanah, yakni: 1 nilai penggunaan use value, untuk keperluan air minum, industri, irigasi dan sebagainya; 2 diluar nilai penggunaan non-use value misalnya kemanfaatan untuk generasi yang akan datang; 3 nilai ekosistem, misalnya manfaat keberadaan air tanah untuk ekosistem, sungai, dan danau. Secara praktis nilai air tanah diukur dari kesediaan pemakaipelanggan untuk membayar pengambilan dan pemanfaatan air tanah WTP atau willingness to pay. Beberapa cara untuk mengukur WTP air tanah adalah residual value method dan hedonic pricing. Hensher 2005 melakukan penelitian untuk mengukur kesediaan 17 menbayar konsumen rumah tangga untuk layanan air minum dan air limbah rumah tangga di Canberra pada tahun 2002. Berbeda dengan penetapan nilai suatu barang, penetapan harga suatu barang seringkali ditentukan oleh banyak faktor untuk memenuhi dan memuaskan berbagai tujuan yang bisa berbeda-beda. Dalam hal penentuan harga air tanah pertimbangannya bisa bermacam-macam, seperti dipaparkan dalam Tabel 4 dan 5 misalnya efisiensi, keadilan, dan penerimaan masyarakat. Penetapan harga juga terkait dengan biaya. Kemper et.al. 2006 menyatakan biaya yang dikeluarkan pemakaipelanggan air tanah lebih rendah dari total biaya ekonomi penggunaan air tanah yang meliputi biaya modal, biaya operasi dan pemeliharaan, pajak dan retribusi, biaya oportunitas social social opportunity costs, dan biaya eksternal in-situ value. Pemakaipelanggan hanya mengeluarkan biaya modal, biaya operasi dan pemeliharaan, pajak dan retribusi, bahkan dalam beberapa kesempatan pengeluaran lebih rendah karena disubsidi atau tidak harus membayar retribusi dan pajak. Berbagai literatur menyatakan efisiensi konsumsi sumber daya alam terjadi jika harga sama dengan biaya marjinal ekstrasi sumber daya alam ditambah dengan scarcity rent Moncur dan Pollock, 1988; Howe, 1979 atau E MC p , dimana p, MC E , dan Ф, masing-masing menyatakan harga, biaya marjinal ekstrasi dan scarcity rent. Grafton et.al. 2004 mengemukakan hal yang sama dengan menyatakan alokasi dinamik yang optimal akan menghasilkan persamaan dimana , , dan masing-masing menyatakan manfaat marjinal, biaya marjinal, dan shadow price. Dalam teori ekonomi, transaksi terjadi pada saat harga yang dibayarkan sama dengan manfaat marjinal yang diterima, sedangkan shadow price pada dasarnya adalah harga yang harus diinternalisasi dalam kaitan dengan kelangkaan sumber daya alam. Scarcity rent dan shadow price diatas pada dasarnya tidak berbeda dan dapat disebut user cost. Komponen biaya inilah yang seharusnya dijadikan acuan untuk menentukan besarnya harga dasar air tanah. Alokasi sumber daya alam dibedakan menjadi alokasi statik dan alokasi dinamik. Alokasi statik artinya pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam pada masa sekarang tidak memiliki implikasi pada pengambilan dan pemanfaatan 18 sumber daya alam pada masa yang akan datang. Alokasi statik diterapkan untuk air permukaan, misalnya pengambilan dan pemanfaatan air di sungai dan danau. Siklus hidrologi menjamin sungai dan danau akan menyediakan air dalam jumlah yang relatif stabil pada masa yang akan datang. Sebaliknya alokasi dinamik artinya pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam pada masa sekarang memiliki implikasi pada pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam pada masa yang akan datang. Alokasi dinamik sesuai diterapkan untuk sumber daya air tanah karena pengambilan yang dilakukan oleh pihak ke-i pada saat sekarang akan mempengaruhi pengambilan pihak lain di masa yang akan datang. Model alokasi ini dipilih karena laju pengimbuhan air tanah selalu lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pengambilan dan pemanfaatan air tanah, sehingga cadangan air tanah menurun dari tahun ke tahun. Selain itu kualitas air yang masuk kembali ke dalam tanah biasanya lebih rendah dibandingkan air tanah yang diekstrasi, sehingga selain terjadi penurunan cadangan air tanah juga terjadi penurunan kualitas air tanah. Grafton et.al. 2004 menguraikan tahapan analisis dinamik alokasi air tanah, yang didasarkan pada model alokasi perencanaan sosial social planner alocation yakni: 1 Asumsikan volume cadangan air tanah pada satu waktu tertentu adalah dan laju pengimbuhan diasumsikan konstan adalah . 2 Pengambilan dan pemanfaatan air tanah oleh pemakaipelanggan ke- pada waktu adalah dan pengambilan dan pemanfaatan secara agregat adalah . 3 Cadangan air tanah dinamik tergantung besaran agregat relatif selisih antara pengambilanpemanfaatan dan pengimbuhan, yakni . 4 Setiap pemakaipelanggan air tanah menikmati manfaat sebesar sedangkan manfaat agregat adalah . 5 Setiap pemakaipelanggan harus mengeluarkan biaya pemompaan air tanah sebesar sedangkan biaya pemompaan agregat adalah . 6 Diasumsikan bahwa biaya pemompaan meningkat jika jumlah cadangan air tanah menurun, secara matematis dinyatakan dan , dengan demikian pengambilan dan pemanfaatan air tanah oleh seorang 19 pemakaipelanggan menyebabkan naiknya biaya pemompaan pihak pemakaipelanggan lainnya untuk waktu sekarang ataupun waktu yang akan datang. 7 Diasumsikan semua pemakaipelanggan menggunakan discount rate yang sama sebesar dan jangka waktu . 8 Berdasarkan asumsi yang dipaparkan diatas, alokasi optimal air tanah secara sosial adalah menentukan rentang waktu untuk pengambilan dan pemanfaatan agrgegat air tanah sehingga memaksimumkan nilai sekarang dari setiap pengambilan dan pemanfaatan dengan mempertimbangkan kendala hidrologi. Secara matematis, kebijakan perencanaan sosial alokasi dinamik air tanah tersebut adalah: dengan kendala a b 9 Optimalisasi model diatas dilakukan dengan melakukan turunan pertama, dengan terlebih dahulu membentuk nilai sekarang present value persamaan Hamiltonian sebagai berikut: λ t dimana λ t adalah pengganda multiplier Lagrange. Untuk menyelesaikan persamaan tersebut persamaan Hamiltonian diubah dalam bentuk nilai yang berlaku current value Hamiltonian sebagai berikut: dimana . Syarat perlu necessary condition yang dibutuhkan untuk optimisasi adalah: a b c 20 d e menyatakan bahwa pada akhir jangka waktu analisis cadangan atau nilai shadow price sama dengan nol 10 Syarat perlu diatas bagian a dan b dapat ditulis ulang dalam bentuk mengeliminasi indeks waktu dan notasi subscript, sehingga didapatkan: a’ Persamaan ini mengindikasikan bahwa ekstrasi air tanah sepanjang waktu harus mempertimbangkan situasi dimana manfaat marjinal sama dengan biaya marjinal. Biaya marjinal yang terletak pada sisi kanan terdiri dari dua komponen, yaitu biaya marjinal privat yang dikeluarkan oleh tiap-tiap pemakaipelanggan air tanah dan shadow price cadangan air tanah yang menjelaskan bahwa kenaikan biaya pemompaan ekstrasi air tanah pada masa yang akan datang disebabkan berkurangnya ukuran akuifer akibat ekstrasi air tanah pada waktu yang sedang berjalan current period. b’ Masing-masing ruas persaman b dibagi dengan dan indeks waktu dieliminasi, maka akan dihasilkan persamaan . Ruas kiri menyatakan perubahan shadow price, sedangkan ruas kanan masing- masing menyatakan social discount rate dan perubahan relatif biaya pemompaan terhadap shadow price. Jika komponen kedua ruas kanan sama dengan nol, artinya pemompaan saat ini tidak mempengaruhi atau menaikkan biaya pemompaan pihak lain, maka dapat dinyatakkan artinya perubahan shadow price sama dengan social discount rate. Sebaliknya jika biaya pemompaan satu pihak mempengaruhi atau tepatnya menaikkan biaya pemompaan pihak lain, maka perubahan shadow price harus lebih besar dibandingkan dengan social discount rate. 21 Koundouri 2004 memberikan ilustrasi tentang penetapan harga air tanah yang ideal dengan menunjukkan secara jelas besarnya nilai kelangkaan air tanah scarcity rent yakni jarak cλ pada Gambar 1. Gambar 1. Model Penetapan Harga Air Tanah Moncur and Pollock 1988 membahas valuasi dan penetapan harga pricing yang berkaitan dengan kelangkaan air. Olmstead dan Stavins 2008 menyatakan pendekatan harga price-based approaches memiliki kelebihan dalam hal pemantauan dan penerapannya enforcement. Berkenaan dengan metode penetapan harga air water pricing, Tietenberg 2006 memaparkan berbagai metode penetapan harga dan karateristiknya, seperti dipaparkan dalam Tabel 6. Ia juga melakukan ulasan terhadap berbagai struktur penetapan tarif dengan mempertimbangkan variabel biaya per unit dan pemakaian. Struktur tarif yang dievaluasi adalah: uniform rate structure, declining block rate structure, inverted block rate structure, seasonal rate structure. Mengacu pada paparan yang disampaikannya, skema penetapan pajak air tanah di Jakarta menganut model volumetric, sedangkan struktur tarifnya inverted block rate structure atau bisa disebut sebagai increasing block rate. Harga air tanah t Harga efisien Backstop cost Steady-state user cost Kuantitas air tanah t Biaya marjinal ekstrasi p c λ q Gt q Dk 22 Tabel 6. Metode Penetapan Harga Air dan Karateritiknya Skema Penetapan Harga Implementasi Efisiensi Jangkauan Waktu Efisiensi Kontrol terhadap permintaan Volumetric Complicated First-best Jangka pendek Mudah Output Relatif mudah Second-best Jangka pendek Relatif mudah Input Mudah Second-best Jangka pendek Relatif mudah Per-area Paling mudah None n.a. Sulit Block-rate tiered Relatif complicated First-best Jangka pendek Relatif mudah Two-part Relatif complicated First-best Jangka panjang Relatif mudah Water market Difficult without preestablished institutions First-best Jangka pendek n.a. Sumber : Tietenberg 2006

2.4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah