Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Variasi Makanan dan Kebiasaan Makan

2.2. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi

Hubungan panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Hubungan panjang bobot dapat menduga pola pertumbuhan yang dialami oleh ikan tersebut apakah montok atau tidak Effendie 1997. Hubungan panjang bobot ikan kuro yang ditemukan di daerah Muara Sungai Musi Djamali et al. 1988 dan di Perairan Utara Australia Ballagh et al. 2012 bersifat allometrik positif yang artinya pertumbuhan bobotnya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya. Faktor kondisi atau sering juga disebut sebagai faktor K adalah kondisi yang menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Ditinjau dari sudut pandang komersial, faktor kondisi adalah kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dikonsumsi Effendie 1997.

2.3. Variasi Makanan dan Kebiasaan Makan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan Effendie 1997. Ketersedian makanan di alam seperti jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya makanan ditemukan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan akan berpengaruh kepada besarnya populasi ikan di dalam suatu perairan. Kebiasaan makanan juga sering dikaitkan dengan bentuk tubuh tertentu dan morfologi fungsional dari tengkorak, rahang, dan saluran pencernaan Barrington et al. 1957 dalam Weatherley 1987. Pada masa larva tingkat mortalitas ikan sangat tinggi karena sulitnya ikan untuk dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya sehingga terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang berujung pada kematian ikan tersebut. Sebaliknya, bagi ikan yang telah menemukan makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya maka ikan itu akan bertahan hidup dan jika telah dewasa akan merubah makanannya, baik dalam ukuran maupun kualitasnya mengikuti pola kebiasaan makan induknya Effendie 1997. Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu pemakan plankton planktivora, pemakan tanaman herbivora, pemakan dasar, pemakan detritus detritivora, pemakan ikan piscivora, dan pemakan campuran. Namun, berdasarkan jumlah variasi makanannya, ikan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu euryphagic, stenophagic, dan monophagic. Euryphagic adalah ikan yang memakan berbagai jenis makanan; Stenophagic adalah ikan yang memakan sedikit jenis makanan; dan Monophagic adalah ikan yang hanya memakan satu jenis makan saja Effendie 1997. Persentase bagian terbesar makanan dalam urutan kebiasaan makanan ikan dibagi menjadi empat kategori yang terdiri atas makanan utama yaitu makanan yang biasanya dimakan dalam jumlah yang besar, makanan sekunder yaitu makanan yang sering ditemukan dalam saluran pencernaan ikan dalam jumlah yang sedikit, makanan insidental yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat sedikit, dan makanan pengganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak ada Nikolsky 1963 dalam Simanjuntak 2002. Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu jenis ikan biasanya bergantung kepada umur ikan, ketersediaan makanan dan waktu Effendie 1979, sehingga walaupun ikan tersebut satu spesies,namun jika umurnya berbeda maka makanannya pun akan berbeda. Selain itu, perbedaan ketersedian dan kelimpahan organisme makanan akan bervariasi berdasarkan musim dan akhirnya akan mengakibatkan perbedaan komposisi makanan suatu jenis ikan antara musim yang satu dengan musim yang lain Rahadjo 2007 dalam Rahadjo et al. 2011. Komposisi makanan jenis ikan berukuran kecil akan berbeda dengan ikan yang berukuran lebih besar. Beberapa penyebab perbedaan ini terkait dengan adanya perbedaan dalam lebar bukaan mulut dan juga perbedaan dalam kemampuan ikan mendapatkan makanan Rahardjo et al. 2011. Ikan kuro pada umumnya adalah pemakan krustasea kecil dan juga ikan. Saat kecil ikan ini memakan plankton, namun seiring dengan bertambahnya ukuran tubuhnya, makanan ikan kuro pun berubah menjadi krustasea kecil dan ikan. Selain itu, ikan kuro juga termasuk ikan demersal yang hidup di dasar perairan yang dangkal dan berlumpur, di daerah pantai, dan terkadang masuk ke perairan tawar Motomura 2004. Ikan kuro merupakan ikan yang aktif pada kondisi gelap atau pada malam hari nokturnal karena ikan ini memiliki ciri khusus yaitu memiliki sungut yang berfungsi untuk meraba makanan pada kondisi gelap. Perubahan jenis makanan seiring dengan perubahan ukuran tubuh ikan ditemukan pada beberapa jenis ikan diantaranya Deuterodon langei di Selatan Brazil Vitule et al. 2008, Agonostomus monticola dan Brycon behreae Ribeiro Urena 2009, Coris gaimard di Selatan Jepang Shibuno et al. 1994, ikan baji-baji Grammoplites scaber di perairan Pantai Mayangan, Subang, Jawa Barat Simanjuntak Zahid 2009, dan Lophius americanus di Pantai Selatan Inggris Armstrong et al. 1996.

2.4. Luas Relung dan Tumpang Tindih Relung Makanan