PEMBAHASAN Variasi Makanan Ikan Kuro (Eleutheronema tetradactylum) Terkait Perubahan Ukuran Panjang dan Musim di Pantai Mayangan, Jawa Barat

5. PEMBAHASAN

Semua ikan kuro yang ditemukan selama penelitian berjenis kelamin jantan dengan ukuran panjang yang relatif kecil. Fenomena ini dapat dipahami karena wilayah penangkapan ikan merupakan habitat ikan kuro saat berjenis kelamin jantan dan berukuran kecil. Fakta ini diperkuat oleh Motomura 2004 yang menyatakan bahwa ikan kuro merupakan ikan hermafrodit protandri yang artinya saat ikan kuro kecil atau remaja berjenis kelamin jantan dan hidup di daerah payau; sedangkan saat dewasa ikan kuro berkelamin betina dan hidup di perairan laut. Department of Fisheries, Western Australia 2010 membagi kelompok umur ikan kuro berdasarkan panjang yaitu umur satu tahun memiliki panjang sekitar 245 mm, dua tahun memiliki panjang 400 mm, dan umur tiga tahun memiliki panjang sekitar 635 mm. Lebih lanjut dikemukakan bahwa ikan kuro sendiri mengalami perubahan jenis kelamin menjadi betina ketika ikan kuro memiliki panjang lebih dari 400 mm dan berumur sekitar dua tahun. Ikan kuro yang tertangkap di perairan Pantai Mayangan relatif lebih kecil 142-254 mm dibandingkan dengan ikan kuro yang tertangkap di daerah muara Sungai Musi, Sumatera Selatan yang berukuran 113-380 mm Djamali et al. 1988 dan di daerah perairan Utara Australia yang berukuran 203-815 mm Ballagh et al. 2011. Umur ikan kuro yang tertangkap di perairan Pantai Mayangan pun relatif lebih muda jika dibandingkan dengan ikan kuro yang tertangkap di kedua wilayah tersebut di atas. Ikan kuro jantan di perairan Pantai Mayangan mengalami pertumbuhan allometrik positif yaitu pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan panjangnya karena memiliki nilai b 3 yaitu sebesar 3,0196. Nilai b yang didapat pada ikan kuro di perairan Pantai Mayangan tidak jauh berbeda dengan nilai b yang pada ikan kuro di daerah muara Sungai Musi Sumatera Selatan dan di perairan Utara Australia yaitu masing-masing sebesar 3,0832 Djamali et al. 1988 dan 3,009 Ballagh et al. 2011. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kuro yang berada di perairan Pantai Mayangan, muara Sungai Musi Sumatera Selatan, dan di perairan Utara Australia bersifat allometrik positif. Kondisi baik tidaknya ikan dapat dilihat dari nilai faktor kondisi Effendie 1997. Nilai faktor kondisi ikan kuro di perairan Pantai Mayangan secara umum berfluktuasi setiap bulan. Nilai faktor kondisi ikan kuro pada Juni dengan Oktober, dan Juli dengan Oktober tidak berbeda nyata; sedangkan pada Mei, Agustus, dan September menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan ini dapat disebabkan karena pada Juni, Juli, dan Oktober jenis makanan yang ditemukan lebih banyak dan relatif sama jenisnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor kondisi dapat dipengaruhi oleh ketersedian makanan dan kemampuan ikan untuk mempertahankan diri Royce 1973. Faktor kondisi ikan kuro berdasarkan kelompok ukuran panjang berfluktuasi dan cenderung meningkat seiring dengan pertambahan ukuran panjang. Diduga hal ini terjadi karena perubahan jenis makanan yang dikonsumsi dan umur Effendie 1979. Jenis makanan ikan kuro yang ditemukan selama penelitian terdiri atas tiga kelompok yaitu Crustacea, Cephalopoda, dan Pisces. Jenis makanan yang paling banyak ditemukan berasal dari kelompok Crustacea. Besarnya dominasi Crustacea yang dikonsumsi oleh ikan kuro menunjukkan bahwa ikan ini tergolong dalam kelompok ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah Crustacea Motomura 2004; Djamali et al. 1988; Simanjuntak 2002. Ditinjau dari waktu pengambilan contoh setiap bulan terjadi perubahan jenis makanan ikan kuro, akan tetapi makanan utama ikan kuro yaitu Crustacea tidak mengalami perubahan, hanya spektrum komposisi makanan yang dikonsumsinya yang berubah. Pada dua bulan pertama yaitu Mei dan Juni musim peralihan, jenis makanan ikan kuro didominasi oleh Crustacea dan Cephalopoda yang termasuk dalam kategori makanan non ikan. Pada Juli-Oktober musim kemarau, jenis makanan ikan kuro mulai bervariasi dengan ditemukannya ikan-ikan kecil seperti Leiognathus sp. dan Trhyssa sp.. Tingginya curah hujan pada musim peralihan Mei-Juni diduga dapat menyebabkan kekeruhan air di perairan Pantai Mayangan meningkat sehingga sumber daya makanan ikan kuro tidak terlalu bervariasi. Kondisi seperti ini dapat diakibatkan karena adanya perbedaan ketersedian makanan pada musim yang berbeda Saikia et al. 2012. Selain itu, diperkirakan pada Mei- Juni, ikan kuro lebih aktif mencari makan di daerah mangrove karena tingginya dominasi udang; selanjutnya memasuki Juli, ikan kuro sudah mulai beruaya ke arah pesisir karena ikan-ikan kecil seperti Leiognathus sp. dan Trhyssa sp. sudah ditemukan di dalam lambung ikan kuro. Fenomena yang sama juga ditemukan di Danau Chilka, Pantai Timur India oleh Malhotra 1953 dalam Kagwade 1970 bahwa antara November-Mei makanan yang ditemukan didalam lambung ikan kuro umumnya berasal dari daerah estuari seperti Crustacea; sedangkan ikan mulai ditemukan di dalam lambung ikan kuro sekitar Juli-Oktober. Kondisi seperti ini sesuai dengan pernyataan Rahadjo 2007 dalam Rahadjo et al. 2011 bahwa terjadinya perubahan jenis makanan ikan kuro seiring dengan perubahan waktu dapat disebabkan oleh faktor musim dan ketersedian makanan di perairan. Perubahan jenis makanan seiring dengan perubahan waktu juga terjadi pada ikan baji-baji Grammoplites scaber Simanjuntak Zahid 2009; Lophius americanus Armstrong et al. 1996; Deuterodon langei Vitule et al. 2008; Agonostomus monticola Mugilidae dan Brycon behreae Characidae Ribeiro Urena 2009. Perubahan jenis makanan ikan kuro juga dapat dilihat dari pertambahan ukuran panjang tubuh ikan tersebut. Ikan kuro yang berukuran kecil cenderung memakan udang-udangan. Memasuki ukuran yang lebih panjang, makanan yang dimakan oleh ikan kuro semakin bervariasi dengan ditemukannya udang, kepiting, cumi-cumi, dan ikan-ikan kecil seperti Leiognathus sp., Trhyssa sp., serta ikan-ikan yang tidak teridentifikasi. Perubahan seperti ini juga terjadi pada ikan kuro di Teluk Mannar Chacko 1949 dalam Kagwade 1970 dan di daerah Pantai Calicut Venkataraman 1960 dalam Kagwade 1970. Penaeus sp. ditemukan di dalam lambung ikan kuro pada ukuran sekitar 120- 180 mm Chacko 1949 dalam Kagwade 1970; sedangkan udang dan ikan ditemukan di dalam lambung ikan kuro pada ukuran sekitar 100-285 mm Venkataraman 1960 dalam Kagwade 1970. Peristiwa ini memperlihatkan bahwa ikan yang lebih besar biasanya memakan mangsa yang bergerak lebih cepat misalnya ikan pepetek Leiognathus sp.; sedangkan ikan yang lebih kecil cenderung mencari makanan yang mudah ditangkap Elliott Hemingway 2002 serta seiring bertambahnya ukuran tubuh ikan kuro maka variasi makanananya pun mengalami perubahan. Ikan kuro pada ukuran sekitar 245 mm umumnya mengkonsumsi jenis makananyang lebih besar yakni kepiting dan ikan Department of Fisheries, Western Australia, 2010 Perubahan jenis makanan yang dimakan oleh ikan akan berhubungan erat dengan lebar bukaan mulutnya karena jika ukuran makanan tidak sesuai dengan lebar bukaan mulutnya maka akan terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang mengakibatkan kematian Effendie 1997. Semakin bertambahnya ukuran tubuh ikan maka lebar bukaan mulutnya akan semakin membesar. Hal ini juga terlihat pada jenis makanannya, dimana ikan akan memakan satu jenis makanan jika ukuran atau tinggi makanan ikan tersebut sesuai dengan lebar bukaan mulutnya. Pada penelitian ini, ikan kuro telah berhasil menemukan makanan yang cocok dengan lebar bukaan mulutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie 1997 bahwa setelah bertambah besar, ikan akan merubah makanan baik dalam ukuran maupun kualitasnya sesuai dengan ukuran mulutnya. Keaktifan ikan makan dapat dilihat dari nilai indeks kepenuhan lambung ISC. Secara umum nilai ISC ikan kuro yang didapat mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Pada penelitian ini, ikan kuro cenderung lebih banyak makan pada Mei, terlihat dari nilai ISC yang cukup tinggi dan terendah terjadi pada Agustus. Rendahnya nilai ISC pada Agustus karena pada bulan tersebut ukuran tubuh ikan kuro cenderung lebih panjang serta dalam masa persiapan pematangan gonadnya Saikia 2012. Pendapat ini dipertegas Kagwade 1970 yang menyatakan bahwa pada Juli-September, ikan kuro akan memasuki musim pemijahan. Ditinjau dari kelompok ukuran panjang tubuhnya, ikan yang lebih aktif mencari makan adalah ikan pada kelompok ukuran A 142-154 mm dan yang terendah terjadi pada kelompok ukuran H 233-245 mm. Ikan dengan kelompok ukuran kecil cenderung lebih banyak makan diduga guna memenuhi kebutuhannya untuk proses pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Affandi Tang 2004 bahwa ikan muda yang sedang tumbuh membutuhkan energi per satuan bobot badannya lebih banyak dibandingkan ikan dewasa sehingga aktivitas makan ikan akan lebih tinggi. Nilai indeks hepatosomatik IHS berkaitan dengan hati sebagai tempat cadangan energi dan aktivitas metabolik Pyle et al. 2005 dalam Lenhardt et al. 2009. Nilai IHS ikan kuro tertinggi terjadi pada Juli dan yang terendah terjadi pada September. Perubahan IHS ini dapat terlihat dari aktivitas makan ikan kuro pada bulan sebelumnya karena hati merupakan organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan glikogen sebagai cadangan energi yang dibutuhkan oleh ikan Affandi Tang 2004. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa cadangan energi yang dimiliki ikan kuro pada Juli lebih tinggi dibandingkan bulan yang lainnya. Lebih lanjut pada Juli jenis makanan yang dimakan jauh lebih beragam sehingga gizi dan energi yang diperoleh oleh ikan jauh lebih banyak. Tingginya nilai IHS pada Juli juga bisa disebabkan karena pada bulan tersebut rata-rata ukuran panjang ikan kuro yang ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan bulan yang lain yang mengindikasikan bahwa pada bulan tersebut energi yang besar disimpan sebagai energi untuk pembentukan gonad Rajaguru 1992. Ditinjau dari kelompok ukuran panjangnya, nilai IHS tertinggi terjadi pada kelompok ukuran panjang 168-180 mm dan terendah pada kelompok ukuran panjang 246-258 mm. Nilai IHS yang paling rendah ditemukan pada kelompok ukuran panjang 246-258 mm karena hanya ditemukan satu ekor ikan saja sehingga tidak terlalu terlihat perubahannya. Hal ini dapat dilihat juga dari makanannya, karena saat Penaeus sp. mendominasi jenis makanan ikan kuro maka nilai IHS ikan kuro cenderung tinggi. Jika melihat aktivitas makan ikan kuro pada ukuran panjang yang sama yaitu pada kelompok ukuran F 207-219 mm terlihat bahwa aktivitas makan tersebut dipengaruhi oleh panjang tubuhnya dan akan berpengaruh pada nilai faktor kondisi dan indeks hepatosomatik IHS serta dapat menggambarkan kondisi lingkungan di perairan tersebut Lampiran 10. Saat ikan kuro berukuran lebih panjang maka aktivitas makan ikan cenderung menurun; sebaliknya pada saat ukuran panjang ikan kuro lebih kecil maka aktivitas makan cenderung meningkat. Faktor kondisi dan IHS ikan kuro akan cenderung menurun seiring bertambahnya ukuran panjang tubuhnya. Hal ini membuktikan bahwa ikan kuro yang lebih kecil membutuhkan energi yang lebih besar untuk pertumbuhannya Affandi Tang 2004. Selain itu, rendahnya nilai faktor kondisi dan ISC pada Mei, Juni, dan Oktober dapat dipengaruhi oleh curah hujan cukup tinggi yang mengakibatkan kekeruhan meningkat sehingga sumber daya makanan yang tersedia tidak terlalu banyak karena kekeruhan merupakan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi aktivitas makan ikan Wijeyaratne Costa 1990. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Elliott Hemingway 2002 bahwa buruknya kondisi ikan dapat disebabkan oleh pemijahan, kondisi sumber daya makanan yang buruk, perubahan musim serta adanya kegiatan antropogenik. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wibisana 2000 dalam Sulistiono et al. 2001 bahwa perubahan lingkungan dan ketersedian makanan merupakan faktor eksternal yang dapat memengaruhi aktivitas ikan dalam mencari makan selain dari faktor internal fisiologis ikan kuro. Ketersediaan makanan di perairan sendiri dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti suhu, cahaya, nutrien dan ruang. Nilai luas relung makanan ikan kuro per bulan selama penelitian mengalami fluktuasi. Nilai luas relung makanan tertinggi ditemukan pada Juni; sedangkan nilai luas relung makanan terendah diperoleh pada Mei. Tingginya nilai luas relung makanan ikan kuro pada Juni karena jenis makanan yang ditemukan pada bulan tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan lainnya; sebaliknya pada bulan Mei jenis makanan yang ditemukan cenderung lebih sedikit. Berdasarkan kelompok ukuran panjangnya, terlihat bahwa semakin bertambah ukuran panjang ikan maka luas relung akan semakin tinggi yang ditandai dengan semakin bervariasinya jenis makanan ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie 1997 yang menyatakan bahwa ikan yang berukuran kecil memiliki luas relung yang lebih sempit dan ikan yang berukuran lebih besar cenderung merubah pola makanannya dan memiliki luas relung yang lebih besar. Namun pada kelompok ukuran panjang 233-258 mm nilai luas relung tergolong kecil yang mengindikasikan bahwa tidak terlalu banyak jenis makanan yang dimakan atau dengan kata lain terjadi selektivitas jenis makanan. Secara umum tumpang tindih relung makanan yang dialami oleh ikan kuro di perairan Pantai Mayangan cukup tinggi. Tumpang tindih relung makanan yang terjadi antara kelompok ukuran B dan D mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi relatif sama sehingga memungkinkan terjadi persaingan yang besar antara kedua kelompok ukuran tersebut. Sebaliknya, tumpang tindih yang bernilai 0 mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi tidak sama sehingga kemungkinan terjadinya persaingan cenderung lebih kecil antara kedua kelompok ukuran tersebut. Nilai tumpang tindih relung makanan yang tinggi bisa terjadi jika terjadi kelangkaan makanan di perairan Colwell Futuyama 1971. Tingginya persaingan makanan tidak saja terjadi pada sesama ikan kuro atau intraspesies, melainkan juga terjadi dengan jenis ikan lainnya atau interspesies. Ikan yang memakan udang di perairan Pantai Mayangan tidak hanya ikan kuro, namun beberapa jenis ikan lainnya seperti ikan tetet Johnius belangerii Simanjuntak Rahardjo 2001, ikan rejung Sillago sihama Fitrinawati 2004, ikan lundu Arius maculatus Fauziah 2004, ikan giligan Panna microdon Rambe 2004, ikan balak Saurida tumbil Rahardjo et al. 2009, ikan tiga waja Otolithes ruber Rahardjo 2007, ikan blama Otolithoides brunneus, ikan kerong-kerong Therapon jarbua, dan ikan gerot-gerot Pomadasys hasta Simanjuntak 2002. Melihat banyaknya ikan yang memanfaatkan sumber daya udang, maka jelas jika luas kawasan mangrove yang merupakan habitat udang semakin berkurang maka sumber daya udang pun akan menurun dan tingkat persaingan antara ikan akan semakin tinggi. Jika hal ini terus terjadi maka dikhawatirkan populasi ikan kuro stadia juwana dan remaja di perairan Pantai Mayangan akan semakin terancam.

6. KESIMPULAN DAN SARAN