Perubahan jenis makanan seiring dengan perubahan ukuran tubuh ikan ditemukan pada beberapa jenis ikan diantaranya Deuterodon langei di Selatan Brazil
Vitule et al. 2008, Agonostomus monticola dan Brycon behreae Ribeiro Urena 2009, Coris gaimard di Selatan Jepang Shibuno et al. 1994, ikan baji-baji
Grammoplites scaber di perairan Pantai Mayangan, Subang, Jawa Barat Simanjuntak Zahid 2009, dan Lophius americanus di Pantai Selatan Inggris
Armstrong et al. 1996.
2.4. Luas Relung dan Tumpang Tindih Relung Makanan
Luas relung habitat atau makanan mencerminkan adanya selektivitas suatu jenis ikan antar spesies maupun antar individu dalam suatu spesies yang sama
terhadap sumber daya makanan pada habitat tertentu Krebs 1989. Ikan yang memiliki luas relung makanan kecil atau sempit menunjukkan bahwa ikan tersebut
melakukan seleksi terhadap sumber daya yang tersedia di perairan. Luas relung akan tinggi jika suatu organisme memakan jenis makanan yang beragam dan
masing-masing jenis berjumlah sama. Sebaliknya luas relung akan rendah jika suatu organisme hanya memanfaatkan satu jenis makanan Levins 1968 dalam Krebs
1989. Menurut Effendie 1997, ikan yang kecil memiliki luas relung yang kecil dan semakin besar ukurannya maka pola makannya juga akan berubah serta akan
memiliki luas relung yang besar. Variasi makanan yang besar tidak menjamin akan memberikan kisaran luas relung yang besar karena nilai luas relung juga ditentukan
oleh seberapa besar ikan tersebut dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Tumpang tindih relung makanan adalah penggunaan bersama atas seluruh
sumber daya makanan oleh dua spesies atau lebih Colwell Futuyama 1971. Nilai tumpang tindih relung makanan dapat terjadi bila ada kesamaan jenis makanan
yang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kelompok ikan. Kesamaan pemanfaatan makanan atau habitat mencerminkan adanya penggunaan bersama sumber daya
habitat atau makanan yang ada oleh dua kelompok ukuran ikan atau lebih, interspesifik, atau intraspesifik Krebs 1989. Bila nilai tumpang tindih yang
diperoleh berkisar satu maka kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama. Sebaliknya, bila nilai tumpang tindih yang diperoleh sama
dengan nol maka tidak ada jenis makanan yang sama antara kedua kelompok yang dibandingkan. Besarnya nilai tumpang tindih relung makanan mengindikasikan
terjadinya kompetisi. Nilai tumpang tindih yang tinggi dapat diakibatkan oleh kelimpahan jenis organisme yang dominan di perairan Colwell Futuyama 1971.
Ikan karnivora di perairan sekitar mangrove misalnya ikan giligan Panna microdon Rambe 2004 dan ikan lundu Arius maculatus Fauziah 2004
memiliki nilai luas relung makanan yang cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh; sedangkan jika dilihat dari tumpang tindih makannya,
maka peluang terjadinya kompetisi antar kelompok ukuran dalam memanfaatkan makanan yang tersedia cukup tinggi.
3. METODE PENELITIAN