3.4. Analisis Data 3.4.1. Hubungan panjang bobot
Hubungan antara panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan yang ada di alam. Rumus yang digunakan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan mengacu kepada Hile 1936 dalam Effendie 1979,yaitu: W = a L
b
Keterangan: W = Bobot g
L = Panjang mm
a dan b = Konstanta Rumus tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai b yang nantinya
digunakan untuk menentukan pola pertumbuhan ikan tersebut. Berdasarkan persamaan di atas, bila b = 3 maka bentuk pertumbuhan ikan tersebut adalah
isometrik yang artinya pertambahan panjang dan bobot seimbang; b 3 maka bentuk pertumbuhan ikan tersebut allometrik negatif yang artinya pertumbuhan
panjang ikan lebih cepat daripada pertumbuhan bobot; b 3 maka pola pertumbuhan ikan tersebut allometrik positif yang artinya pertumbuhan bobot lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan panjang Ricker 1975 dalam Effendie 1979.
3.4.2. Faktor kondisi
Perhitungan faktor kondisi K ikan bergantung dengan nilai b. Jika nilai b≠3, maka analisis faktor kondisi ikan mengikuti persamaan sebagai berikut Effendie
1979.
Jika b = 3, maka analisis faktor kondisi ikan mengikuti persamaan sebagai berikut.
Keterangan: K = Faktor kondisi relatif setiap ikan
W = Bobot ikan g
L = Panjang total ikan mm
a, b = Konstanta
3.4.3. Indeks kepenuhan lambung ISC
Indeks kepenuhan lambung dapat dihitung dengan persamaan menurut Spatura dan Gophen 1982 dalam Fitrinawati 2004, yaitu:
Keterangan: SCW = Bobot isi lambung g BW
= Bobot total ikan g ISC
= Indeks kepenuhan lambung
3.4.4. Indeks hepatosomatik IHS
Indeks hepatosomatik IHS didefinisikan sebagai rasio bobot hati dengan bobot badan. IHS memberikan indikasi mengenai status cadangan energi dalam
tubuh ikan. Dalam lingkungan yang buruk, biasanya ikan memiliki hati yang lebih kecil karena sedikit energi yang disimpan dalam hati www.epd.gov.hk. Indeks
hepasomatik dapat dihitung dengan rumus yang dikemukakan Htun-hun 1978 dalam Kingdom Allison 2011 yaitu:
3.4.5. Indeks bagian terbesar IBT
Indeks bagian terbesar IBT dihitung dengan menggunakan rumus gabungan antara metode volumetrik dengan frekuensi kejadian Natarajan Jhingran 1961,
yaitu:
Keterangan : = Persentase volume satu macam makanan
= Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan IBT
= Indeks bagian terbesar
3.4.6. Luas relung dan tumpang tindih relung makanan
Luas relung masing-masing spesies ikan dihitung dengan menggunakan persamaan Levins 1968 dalam Krebs 1989, yaitu:
Keterangan: = Luas relung kelompok ke-i
= Proporsi dari kelompok ke-i yang berhubungan dengan sumber daya makanan ke-j
n = Jumlah jenis makanan yang dimanfaatkan oleh spesies
m = Jumlah sumber daya makanan Luas relung dibakukan dalam skala 0-1 menurut persamaan Hulbert 1978
dalam Krebs 1989, yaitu:
Keterangan: = Luas relung yang dibakukan
B = Luas relung Levins n
= Jumlah status sumber daya yang tersedia semua Standarisasi luas relung ini menghasilkan nilai relung yang berkisar antara 0-1.
Tumpang tindih relung makanan antar spesies atau kelompok ukuran dapat dihitung
dengan persamaan Pianka 1973 dalam Krebs 1989, yaitu:
Keterangan: = Tumpang tindih relung antara spesies atau kelompok ukuran k
dan spesies atau kelompok ukuran j = Proporsi sumber daya ke i dari total sumber daya yang
diinginkan oleh spesies atau kelompok ukuran ke j = Proporsi sumber daya ke i dari total sumber daya yang
diinginkan oleh spesies atau kelompok ukuran ke k Nilai tumpang tindih relung makanan yang mendekati angka satu
menunjukkan adanya kompetisi yang tinggi antara dua spesies atau dua kelompok ukuran yang dianalisis.
4. HASIL
4.1. Komposisi Hasil Tangkapan dan Sebaran Ukuran Panjang Ikan Kuro
Jumlah ikan contoh yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor dan semua contoh ikan tersebut berjenis kelamin jantan. Kisaran panjang dan bobot ikan
yang tertangkap adalah 142-254 mm dan 16,88-105,79 g Tabel 2. Panjang rata- rata ikan kuro adalah 202,4 mm. Kisaran panjang ikan yang paling dominan
tertangkap adalah pada ukuran 207-219 mm Gambar 6. Tabel 2. Jumlah, kisaran panjang total dan bobot ikan kuro selama penelitian
Bulan Jantan
n L mm
L rata-rata mm W g
Mei 25
142-218 184,1
16,88-66,72 Juni
32 178-254
210,7 37,15-95,51
Juli 27
148-225 194,9
20,11-76,27 Agustus
21 189-234
214,3 47,82-91,69
September 17
160-228 205,7
37,75-96,56 Oktober
25 187-232
205,0 45,56-105,79
Total 147
142-254 16,88-105,79
Rata-rata 202,4
Keterangan: n = jumlah ekor; L = panjang total; W = bobot
Ikan contoh dikelompokan menjadi sembilan kelompok ukuran panjang yaitu kelompok A 142-154 mm; B 155-167 mm; C 168-180 mm; D 181-193 mm;
E 194-206 mm; F 207-219 mm; G 220-232 mm; H 233-245 mm; dan kelompok I 246-258 mm. Ikan contoh yang banyak tertangkap adalah kelompok
ukuran F sebanyak 38 ekor; sedangkan ikan contoh yang sedikit tertangkap adalah kelompok ukuran I sebanyak satu ekor Gambar 6.