Kadar Air Kayu dan Kaitannya dengan Proses Pengeringan

48 perdagangan dikenal dengan Ceylon cinnamon. C. burmanni yang asli Indonesia, dalam perdagangan diberi nama Padang kaneel atau cassiavera eks. Padang. C. sintok Blume banyak ditemukan di Jawa Barat dan Tengah, sedangkan C. culilawan Blume asli dari Ambon Rismunandar, 1989. 2.2 Struktur Anatomi Kayu Cinnamomum Pada jenis Cinnamomum iners, C. porrectum, C. sintoc dan C. verum yang telah diteliti disebutkan bahwa jenis-jenis ini memiliki ciri batas lingkar tumbuh tidak jelas hingga samar ditandai dengan dinding yang tebal dan pipih pada serat kayu akhir, juga terkadang dengan parenkim pita marjinal terputus; susunan pembuluh baur, frekuensi pembuluh 20-50mm 2 , pengelompokan pembuluh soliter dan ganda radial 2-3-4 ∗ terkadang dalam gerombol kecil, rata-rata diameter tangensial 80-170-200 mikron, bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang- seling, tilosis biasanya ada; parenkim jarang hingga banyak, vasisentrik hingga aliform; parenkim apotrakeal baur; jari-jari 2-3-5 seri, heteroseluler dengan 1-2 jalur sel tegak hingga sel bujur sangkar marjinal Lemmens et al, 1995. Menurut Metcalfe dan Chalk 1950, ciri anatomi kayu suku Lauraceae memiliki ukuran pembuluh sedang, jarang dengan gandaan pembuluh empat atau lebih, perporasi sederhana, noktah antar pembuluh selang- seling, bentuk parenkim paratrakea jarang sampai vasisentrik dan jarang aliform. Lebar jari-jari umumnya 2-3 sel, namun ada yang sampai delapan sel pada beberapa jenis.

2.3 Kadar Air Kayu dan Kaitannya dengan Proses Pengeringan

Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat melepaskan dan menghisap uap air sesuai perubahan dalam kelembaban relatif dan suhu udara di sekitarnya. Air dalam kayu terdapat di dalam rongga sel dan rongga noktah, serta di dalam dinding sel. Air yang terdapat di dalam rongga lumen sel maupun noktah disebut dengan air bebas, sedangkan yang berada pada dinding sel disebut dengan air terikat. Kondisi dimana rongga sel telah kosong namun dinding sel masih jenuh dengan air disebut dengan Titik Jenuh Serat TJS. Pada saat dimana air yang terkandung dalam kayu setimbang dengan suhu lingkungan dan kelembaban yang ∗ Jarang yang berganda radial 4 49 ada di sekitarnya disebut dengan Kadar Air Kesetimbangan KAK Bowyer et al, 2003. Dalam pengeringan alami, kayu akan mengalami penuruna n kadar air selama waktu tertentu hingga mencapai kadar air yang setimbang dengan kelembaban sekitarnya KAK. Proses penurunan kadar air kayu dapat berlangsung secara lambat ataupun cepat yang digambarkan melalui kecepatan pengeringan. Kecepatan pengeringan kayu secara alami dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin, serta jenis kayu. Kecepatan pengeringan kayu basah sampai keadaan kering udara bervariasi dari satu jenis dengan jenis lainnya Karnasudirdja dan Hidayat, 1985. Air dalam sel kayu yang pertama kali menguap adalah air bebas, selanjutnya diikuti dengan penguapan air terikat di bawah titik jenuh serat hingga kering udara. Laju pengeringan jauh lebih cepat pada periode awal dan melambat pada periode selanjutnya. Jika penguapan air bebas lebih cepat, maka penguapan air terikat memerlukan energi lebih besar yang dapat menimbulkan retakan-retakan pada permukaan kayu Karnasudirdja dan Hidayat, 1985. Menurut Basri dan Mandang 2002, retak dan pecah pada kayu selama proses pengeringan biasanya terjadi lewat jari-jari, apalagi bila kayunya berat dan sel jari-jarinya lebar. Pada sel parenkim bentuk pita dan rapat beraturan sangat memudahkan keluarnya air ke arah tebal atau lebar. 50

III. METODOLOGI