Jenis-jenis Cinnamomum TINJAUAN PUSTAKA

47

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis Cinnamomum

Indonesia memiliki ± 30.000 jenis tumbuhan, namun hanya 1000 jenis yang diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku obat Hamid et al, 1990. Sebanyak 87 jenis tumbuhan berkhasiat obat adalah jenis pohon hutan Jafarsidik, 1986. Ciri morfologi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat dapat ditelusuri dalam berbagai pustaka taksonomi tumbuhan, tetapi pertelaan diskripsi anatomi bagian pohon tertentu seperti kayu, pepagankulit dan akar belum banyak diketahui. Cinnamomum termasuk dalam suku Lauraceae. Secara hirarki taksonomi berturut-turut jenis ini termasuk ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Klas Magnoliopsida, Ordo Laurales, Sukufamili Lauraceae dan Genus Cinnamomum. Menurut Rismunandar 1989, suku Lauraceae memiliki ciri: pohon dengan kulit batang hingga ranting yang mengandung minyak atsiri, daunnya tunggal, berseling dan berwarna hijau. Pucuk daun ada yang berwarna kemerah- merahan. Bunga kecil berkelamin dua sempurna berwarna hijau atau kuning. Bentuk buah buni, berbiji satu, berdaging bulat memanjang. Menurut Kostermans 1957, suku Lauraceae terdiri dari 31 marga di antaranya adalah Cinnamommum, Sassafras, Litsea, Eusideroxylon, Cryptocarya dan Cassytha. Marga Cinnamomum terdiri dari 8 jenis yaitu C. burmanii Bl., C. camphora Nees Eberm., C. cassia Bl., C. culilawan Bl., C. javanicum Bl., C. parthenoxylon Meissn., C. sintok Bl., dan C. zeylanicum Breyn. Heyne, 1987. Menurut Heisner dalam Nurdjannah 1992, 12 jenis diantara 54 jenis pohon kayu manis terdapat di Indonesia. Kayu dari marga Cinnamomum memiliki berat jenis rata-rata antara 0,36 hingga 0,65 Oey, 1990. Cinnamomum merupakan genus pohon yang selalu menghijau evergreen, dan selalu memiliki kandungan minyak aromatik pada daun dan kulit. Cinnamomum terdiri dari lebih 300 species jenis yang tersebar pada daerah tropis dan subtropis seperti Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia, Osenia dan Australia. Di Indonesia jenis-jenis ini secara ektensif tumbuh di Sumatera, Jawa, dan Jambi Hasanah et al, 2004. C. zeylanicum dalam dunia 48 perdagangan dikenal dengan Ceylon cinnamon. C. burmanni yang asli Indonesia, dalam perdagangan diberi nama Padang kaneel atau cassiavera eks. Padang. C. sintok Blume banyak ditemukan di Jawa Barat dan Tengah, sedangkan C. culilawan Blume asli dari Ambon Rismunandar, 1989. 2.2 Struktur Anatomi Kayu Cinnamomum Pada jenis Cinnamomum iners, C. porrectum, C. sintoc dan C. verum yang telah diteliti disebutkan bahwa jenis-jenis ini memiliki ciri batas lingkar tumbuh tidak jelas hingga samar ditandai dengan dinding yang tebal dan pipih pada serat kayu akhir, juga terkadang dengan parenkim pita marjinal terputus; susunan pembuluh baur, frekuensi pembuluh 20-50mm 2 , pengelompokan pembuluh soliter dan ganda radial 2-3-4 ∗ terkadang dalam gerombol kecil, rata-rata diameter tangensial 80-170-200 mikron, bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang- seling, tilosis biasanya ada; parenkim jarang hingga banyak, vasisentrik hingga aliform; parenkim apotrakeal baur; jari-jari 2-3-5 seri, heteroseluler dengan 1-2 jalur sel tegak hingga sel bujur sangkar marjinal Lemmens et al, 1995. Menurut Metcalfe dan Chalk 1950, ciri anatomi kayu suku Lauraceae memiliki ukuran pembuluh sedang, jarang dengan gandaan pembuluh empat atau lebih, perporasi sederhana, noktah antar pembuluh selang- seling, bentuk parenkim paratrakea jarang sampai vasisentrik dan jarang aliform. Lebar jari-jari umumnya 2-3 sel, namun ada yang sampai delapan sel pada beberapa jenis.

2.3 Kadar Air Kayu dan Kaitannya dengan Proses Pengeringan