hidroalkohol dilakukan dengan menambahkan bahan pengental polimer asam akrilat ke dalam air deionisasi tanpa pengadukan agitasi. Secara perlahan - lahan
polimer asam akrilat akan menjadi basah dalam beberapa menit. Kemudian dilakukan pengadukan perlahan dan penambahan bioetanol. Jika penetral yang
digunakan adalah Triisopropanolamina, Triisopropanolamina dipanaskan hingga mencair dan ditambahkan ke dalam larutan dengan agitasi merata. Larutan akan
mengalami pengentalan secara perlahan pada tahapan ini dan peningkatan kecepatan aduk dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Karakteristik
dari produk yang diharapkan adalah tampilan yang bening clear, pH dengan kisaran 7,5 - 8,0 dan viskositas sebesar 15 000 - 20 000 cP.
D. PARAMETER KUALITAS GEL BIOETANOL
Pada formulasi gel bioetanol, perlu dilakukan penambahan air dan gelling agent yang mengakibatkan adanya perubahan secara fisik dan kimia dari bioetanol
cair yang digunakan. Sifat fisik dan kimia tersebut merupakan parameter – parameter kualitas gel bioetanol dalam fungsinya sebagai bahan bakar terutama
untuk aplikasi pada kompor rumah tangga. Parameter – parameter tersebut adalah viskositas dan nilai kalori heating value.
1. Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi yang biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan
untuk mengalir pada jarak tertentu. Jila viskositas semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir juga semakin tinggi. Viskositas suatu fluida merupakan ukuran
resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu Przybylski, 2006. Viskositas diukur dengan Stokes atau
Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood. Tiap jenis bahan bakar memiliki hubungan antara suhu viskositas
tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut Viskometer UNEP, 2006.
Dalam Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No 6 mengenai Pengentalan 2008, viskositas polimer asam akrilat akan meningkat bila mengalami netralisasi.
Polimer asam akrilat memiliki viskositas yang lebih tinggi dalam air daripada dalam pelarut, selain itu viskositas juga akan mengalami peningkatan jika
konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan meningkat. Grafik peningkatan viskositas pada polimer asam akrilat dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 . Viskositas beberapa jenis polimer asam akrilat dengan
peningkatan konsentrasi polimer
2. Nilai Kalor Pembakaran
Dalam Anonim 2006, nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu kilogram atau satu satuan berat bahan bakar padat atau
cair atau satu meter kubik satu satuan volume bahan bakar gas pada keadaan baku. Nilai kalor atas atau “gross heating value” atau “higher heating value” adalah
kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu
25 C dan apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah pembakaran
mengembun menjadi cair kembali. Nilai kalor bawah atau “net heating value” atau “lower heating value” adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor
atas dikurangi kalor yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 25
C dan tekanan tetap. Air dalam sistem setelah pembakaran berwujud uap air pada
25 C. Nilai kalori pembakaran gel bioetanol bila dibandingkan dengan bahan
bakar lain disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai kalori netto beberapa bahan bakar Bahan Bakar
Nilai Kalori Netto MJkg
Kayu bakar 17,0
Batu bara 27,0
Minyak tanah 43,5
LPG gas butane 45,3
Gel bioetanol 95 22,3
Visser 2005
E. PEMBAKARAN