Tinggi, Suhu, dan Stabilitas Api Pembakaran

c. Tinggi, Suhu, dan Stabilitas Api Pembakaran

Karakteristik lain yang diperoleh dari pengujian pembakaran gel bioetanol adalah api yang timbul dari pembakaran tersebut. Dalam Turns 2000, api merupakan penyebaran panas berkelanjutan yang dilakukan dengan sendirinya pada zona pembakaran yang terlokalisasi pada kecepatan sangat tinggi. Salah satu karakteristik dari pembakaran hidrokarbon adalah terlihat nyala biru yang timbul pada zona reaksi pembakaran cepat pada kondisi udara berlebih. Pembakaran gel bioetanol memiliki tiga karakteristik utama yang diamati yaitu tinggi api pembakaran, suhu api dan stabilitas api tersebut. Tinggi api dari pembakaran gel bioetanol dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tinggi api pembakaran gel bioetanol Konsentrasi Polimer Konsentrasi Bioetanol Asam Akrilat 60 70 80 90 0,25 8-12 cm 9-13 cm 10-14 cm 10-15 cm 0,50 8-11 cm 7-13 cm 10-15 cm 9-15 cm 0,75 8-12 cm 8-12 cm 10-15 cm 10-15 cm Dari Tabel 13, karakteristik tinggi api pembakaran gel bioetanol adalah antara 8-12 cm hingga 10-15 cm. Tinggi api pembakaran memberikan perkiraan ruang antara permukaan pembakaran gel bioetanol dengan peralatan memasak sebagai tujuan penggunaan gel bioetanol ini. Adanya ruang untuk proses pembakaran menyebabkan terjaganya sirkulasi udara yang baik untuk pembakaran. Pada pengujian suhu api pembakaran gel bioetanol, api yang dihasilkan merupakan api yang tidak stabil karena pada proses pembakarannya menghasilkan api yang panjang dan berkobar dan tidak memiliki bentuk yang tetap sehingga termometer inframerah yang digunakan tidak dapat mendeteksi suhu api yang sedang menyala di beberapa titik. Dalam Turns 2000, api yang panjang dan berkobar yang diakibatkan oleh kondisi pembakaran yang kaya akan bahan bakar atau ketersedian oksigen yang dibutuhkan tidak sesuai. Pada warna api yang terlihat, keseluruhan menghasilkan warna api biru hingga kemerahan yang terjadi karena adanya air yang teruapkan pada proses pembakaran dan akibat dari pembakaran yang tidak sempurna. Karakteristik pembakaran lain adalah meskipun pada beberapa pembakaran terjadi pembakaran yang tidak sempurna, akan tetapi tidak menghasilkan asap yang mengganggu serta tidak memiliki bau pada saat pembakarannya. Hasil pengamatan warna api yang ditimbulkan dapat dilihat di Lampiran 9. Pengukuran suhu dilakukan pada tiga titik berbeda dan diambil rerata dari ketiganya untuk menentukan perkiraan suhu api pembakaran gel bioetanol. Histogram yang menunjukkan suhu api pembakaran disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Histogram suhu api pembakaran gel bioetanol 290 295 300 305 310 315 320 60 70 80 90 Konsentrasi Bioetanol S u h u C e lc iu s 0.25 0.50 0.75 Dari Gambar 12, dapat dilihat bahwa penurunan konsentrasi bioetanol berpengaruh terhadap penurunan suhu api pembakaran. Hal ini terjadi karena kalori yang dihasilkan semakin rendah seiring dengan penurunan konsentrasi bioetanol sehingga panas hasil reaksi pembakaran juga berkurang. Panas hasil reaksi yang berkurang menyebabkan suhu api pembakaran juga ikut menurun. Suhu api pembakaran gel bioetanol yang dapat terukur berkisar antara 300 o C hingga 318 o C. Bila dibandingkan dengan minyak tanah dan minyak jarak, suhu api pembakaran gel bioetanol tidak berbeda jauh dengan suhu pembakaran bahan bakar nabati minyak jarak karena rantai hidrokarbonnya lebih pendek dibandingkan minyak bumi. Nilai kalori dan keberadaan air pada gel bioetanol memiliki peranan dalam suhu pembakaran bioetanol ini. Sebagai pembanding, suhu api pembakaran untuk minyak tanah dan minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Suhu api pembakaran minyak tanah dan minyak jarak Posisi Minyak Tanah Minyak Jarak Ujung api 420 O C 320 O C Tengah api 440 O C 420 O C Bawah api 320 O C 300 O C Mustaghfiri 2007

d. Uji Pendidihan Air