6.3. Pengordinasian Dan Pengintegrasian Program Pengembangan Masyarakat Dengan Program Lain
Dalam implementasi program pengembangan masyarakat perusahaan masih bersifat menunggu usulan dari masyarakat, serta masih kurang maksimal
dalam upaya mengembangkan dan menjaga keberlangsungan usaha masyarakat.
Pelaksanaan program
pengambangan masyarakat
yang dilaksanakan oleh perusahaan porsinya masih relatif kecil, dan cenderung
tumpang tindih dengan program yang sedang dilaksanakan oleh CHV sendiri atau dengan program yang di laksanakan pemerintah, misalnya tumpang tindih
antara program pengembangan masyarakat CHV dengan program PNPM program nasional pengembangan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah
Kecamatan Kabandungan. Padahal antara kedua program ini dapat di padukan antara satu dengan yang lain dan dapat saling menopang, karena bidang
garapan dari program ini relatif sama yaitu bidang pendidikan dan kesehatan. Padahal jika program yang memiliki bidang garapan yang sama itu di padukan
akan meningkatkan efektifitas program serta dapat lebih meningkatkan jumlah masyarakat yang dapat di bantu, hal ini pernah dilakukan oleh CHV dengan
Pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi dalam pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional PIN tahun 2006, dan berhasil meningkatkan keikutsertaan
masyarakat dalam program ini dan keberhasilannya mencapai 100,8 persen pada putaran keāenam, akan tetapi sayang program kolaborasi yang baik ini
tidak diukuti oleh program-program lainnya. Apabila dikaji pada tingkatan yang lebih makro, program yang dilakukan
terlihat tidak dirancang secara sistematis untuk jangka waktu yang panjang dengan goal yang jelas. Beberapa program terlihat diimplementasikan secara
parsial, terpisah satu sama lain. Beberapa program pengembangan masyarakat yang dilakukan CHV, dilaksanakan secara insidentil, menunggu pengajuan
masyarakat tanpa ada kerangka berpikir yang tersusun secara terencana. Pada kasus yang lain, suatu program terlihat didesain cukup sistematis seperti
program dalam bidang pertanian yang direalisasi oleh CHV misalnya, dalam prakteknya terlihat belum terintegrasi antara sub-program yang satu dengan
yang lain. Dalam tahapan peningkatan hasil produksi pertanian program tersebut mampu melakukannya dengan baik. Namun keberhasilan ini tidak diikuti dengan
penyiapan pasar untuk menjual hasil produksi sehingga yang terjadi adalah ketika terjadi produksi yang besar, pasar lokal tidak mampu menampung hasil
pertanian tersebut. Sementara Perusahaan belum menyiapakan alternatif tempat penjualan. Akibatnya merugikan petani. Pendekatan seperti ini tentu saja tidak
memberikan kontribusi secara signifikan bagi peningkatan ekonomi rumah tangga. Secara ekonomis masyarakat tidak mengalami peningkatan pendapatan
yang berarti. Secara politis mereka tidak terberdayakan. Mereka masih terlihat sebagai penerima program pasif. Mereka tidak memiliki ruangan yang cukup
untuk berpartisipasi dalam penentuan program dan mengelolanya. Mereka belum ditempatkan pada posisi sentral realisasi program.
Hal tersebut diatas menunjukan masih rendahnya pengoordinasian dan pengintegrasian pelaksanaan program pengembangan masyarakat dengan
program lain. Padahal pengintegrasian program pengembangan masyarakat perusahaan dengan program pemerintah akan menghindari inefesiensi dan
inefektif, tidak tepat sasaran atau bertabrakan dengan program lainnya., serta dapat mengisi kekosongan pembangunan, Sekalipun pada umumnya
pengucuran dana bantuan untuk pembangunan sarana dan prasarana berdasarkan pengajuan dan permohonan masyarakat, tetapi dengan dana yang
terbatas maka akan sulit bagi perusahaan untuk memenuhi seluruh pengajuan bantuan dari masyarakat yang tentu jumlahnya akan banyak, untuk menghindari
inefesiensi, tidak tepat sasaran atau bertabrakan dengan program lainnya seperti tersebut diatas, maka dalam mengalokasikan dana dan memilih program yang
akan dibantu perlu mempertimbangkan rasa keadilan dalam arti siapakah pihak yang paling membutuhkan dan cakupan manfaat yang akan ditimbulkannya
paling besar serta memperhatikan pula perencanaan makro pembangunan wilayah agar tidak bertabrakan dengan program lain yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Untuk meningkatkan efektifitas dari program, maka penentuan jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai pilihan program pengembangan masyarakat oleh perusahaan yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan,
alokasi dana untuk peningakatan pendidikan dan keterampilan serta upaya pengembangan usaha dan penciptaan prospek pasar sebaiknya dilakukan
melalui mekanisme perencanaan yang sistematis dan terpadu dengan melibatkan berbagai stakeholders yang ada dalam masyarakat sehingga dapat
memadukan potensi dan menciptakan sinergitas. Hal tersebut diatas perlu dilakukan karena pengembangan masyarakat
bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja, melainkan tanggung jawab
bersama stakeholders, maka keterpaduan dengan program-program lain yang dilaksanakan oleh stakeholders tersebut sangat diperlukan dalam rangka
memberikan penguatan terhadap aktivitas program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
mekanisme tidak hanya menciptakan keterpaduan proses mulai dari perencanaan program, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi terhadap
program tetapi juga dapat mengatur dan memberi kesejajaran tempat bagi stakeholders untuk turut berperan serta dalam program pengembangan
masyarakat, sehingga diperlukan pelembagaan pola hubungan antara stakeholder terkait masyarakat,Pemda,Perusahaan serta LSM baik dalam
perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi program. Jika dilihat dari sudut pengoordinasian dan pengintegrasian program, maka program pengembangan
masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan terlihat masih rendah. Dari hasil pengamatan dilapangan, Pelaksanaan program pengambangan
masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan belum dapat mengisi kekosongan pembangunan di wilayah Kecamatan Kabandungan, hal ini terlihat
dari rendahnya pengoordinasian program seperti di jelaskan sebelumnya. Pelaksanaa program pengembangan masyarakat cenderung terpusat pada
daerah-daerah atau kelompok-kelompok tertentu saja yang di pilih oleh perusahaan sendiri. Rendahnya tingkat koordinasi dengan pihak pemerintah
dalam hal ini Kecamatan Kabandungan mengakibatkan tumpang tindihnya program yang digarap, dan ada program-program tertentu yang pihak
Kecamatan Kabandungan tidak me-recognize, sehingga pihak Kecamatan Kabandungan Kabandungan cenderung tidak mendukung program yang sedang
dilaksanakan.
6.4. Jaringan Kelembagaan Lokal