5
aksesibilitas masyarakatnya rendah karena berada jauh dari pusat Pemerintahan.
Letak yang jauh ini sering menjadi penyebab minimnya porsi pembangunan yang diterima masyarakat sehingga tidak hanya menyebabkan
ketertinggalan perkembangan fisik wilayah tetapi juga dapat menciptakan masyarakat marginal yang sulit untuk berkembang, serta semakin memperbesar
disparitas antara wilayah maju dengan wilayah yang belum maju sehingga dalam proses pembangunannya menimbulkan ketergantungan terhadap wilayah yang
sudah maju. Oleh karena itu, suatu rancangan strategi pengembangan masyarakat
yang dilakukan selayaknya adaptif terhadap pembangunan wilayah, sehingga perlu dibangun secara partisipatif dan berdasarkan inisiataif lokal. Diabaikannya
partisipasi warga dalam mekanisme perencanaan pembangunan, membuat sebagian besar anggaran digunakan untuk kepentingan pemerintah, sampai
saat ini, alokasi dana yang dikucurkan ke desa masih sangat kecil. Ini menyebabkan desa-desa sarat dengan berbagai persoalan kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi yang lamban. Program pengembangan masyarakat harus disesuaikan dengan
perkembangan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tahapan perkembangan masyarakat yang berbeda menuntut adanya upaya pendekatan pengembangan
yang berbeda pula. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan pengembangan masyarakat yang adaptif terhadap pembangunan wilayah dan
mendorong percepatan pembangunan wilayah menjadi penting.
1.2. Perumusan Masalah
Keberadaan industri panas bumi Gunung Salak yang dikelola oleh CHV akan menimbulkan dampak baik bersifat positif maupun negatif, secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak ini dapat terjadi pada aspek lingkungan, tata ruang, lahan dan tanah, aspek fisik-kimia-biologi maupun aspek sosial-ekonomi
dan budaya. Pengusahaan pertambangan di wilayah yang relatif terpencil atau wilayah
yang baru dibuka, seringkali masyarakat pendatang jauh lebih maju dan sejahtera serta memiliki semangat bersaing competition spirit yang tinggi
ketimbang masyarakat asli setempat. Perbedaan kesejahteraan dan semangat
6
bersaing ini pada akhirnya akan menjadi penyebab konflik sosial antara masyarakat asli dengan masyarakat pendatang. Ketidakadilan akses dan
ketidakmerataan pembagian keuntungan ekonomi wilayah yang diterima oleh lokalitas berpotensi memicu terjadinya konflik sosial. Saleng 2004 dalam
Hamzah 2005 . Keberadaan perusahaan pengelolaan sumberdaya alam di suatu wilayah
sering tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah. Padahal dalam Undang-undang nomor
27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi pasal 29 huruf f diamanatkan bahwa Pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP Panas Bumi wajib melaksanakan
program pengembangan
dan pemberdayaan
masyarakat setempat.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam program pengembangan masyarakat menggambarkan semakin menurunnya tingkat keberdayaan
masyarakat, hal tersebut diakibatkan oleh: 1 semua pihak stake holders yang melakukan program ini lebih memandang masyarakat sebagai obyek. Hal ini
diperlihatkan dengan banyaknya program yang dibuat tidak sesuai kebutuhan needs masyarakat tetapi lebih disesuaikan dengan keinginan wants pihak
pembuat program dalam hal ini perusahaan atau Pemda. 2 Para stakeholders dalam melaksanakan program-programnya seringkali tidak saling berkoordinasi
sehingga bisa terjadi di satu wilayah banyak dilakukan program pemberdayaan masyarakat, di wilayah lainnya tidak ada satu program pun yang dilakukan,
sehingga terjadi
ketimpangan wilayah,
juga sering
terjadi program
pengembangan masyarakat yang dijalankan tidak saling mengisi dan saling menguatkan akibatnya sering terjadi tumpang tindih program baik tempat
pelaksanaan maupun persoalan yang digarapnya, 3 program-program yang dilakukan lebih bersifat sentralistik, tidak memperhatikan karakteristik wilayah,
akibatnya tidak semua program dapat mencapai tujuannya karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, 4 banyaknya program pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan tidak berkesinambungan. Hal tersebut diatas menjadi masalah, karena persoalan-persoalan pemberdayaan masyarakat
seringkali membutuhkan waktu yang lama dan tidak selalu bisa terlihat hasilnya secara fisik, sementara disisi lain perusahaan berkeinginan hasil dari
pemberdayaan masyarakat yang mereka jalankan dapat segera dilihatdirasakan dalam waktu yang singkat, 5 berbagai kajian atau penelitian telah dilakukan,
7
namun pada kenyataannya tidak selalu menjadi acuan dalam membuat berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat.
Eksistensi keberadaan industri dan interaksinya ditengah masyarakat membawa perubahan-perubahan, industri mempengaruhi polapikir dan pola
kehidupan masyarakat dan sebaliknya masyarakat sekitar juga mempengaruhi pola-pola
kebijakan manajemen
sebuah perusahaan
industri. Dalam
perjalanannya, pola hidup bersama yang saling mempengaruhi tersebut juga menyimpan potensi konflik mengingat masing-masing pihak berangkat dari sisi
kepentingan dan persepsi yang berbeda. Oleh karena itu pola hubungan yang dibangun oleh industri dengan masyarakat sekitar harus dapat menciptakan
sinergitas, tidak hanya sebagai upaya meredam konflik tetapi yang terpenting adalah dalam spirit untuk mengembangkan masyarakat dan wilayah.
Dilihat dari perspektif positive social forces, kehadiran CHV dapat memberikan manfaat tidak hanya terhadap masyarakat yang berada di sekitar
lokasi perusahaan tetapi juga terhadap pembangunan wilayah. Namun sumberdaya alam yang melimpah tidaklah dengan sendirinya memberikan
kemakmuran bagi warga masyarakat, jika sumberdaya manusia yang ada tidak mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi guna memanfaatkan
sumberdaya alam tersebut. Sektor pertambangan memang memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan negara, namun kegiatan
pertambangan tersebut belum berpihak pada masyarkat. Hal ini ditandai dengan besarnya penerimaan yang diterima oleh negara pusat melalui royalti dan pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan pertambangan, tetapi hanya sedikit sekali dari jumlah dana yang diterima tersebut dikembalikan lagi kepada daerah
penghasilnya. Hubungan pengembangan masyarakat dengan insdustri juga
memberikan arti penting bagi pemerintah daerah mengingat adanya kecendrungan peningkatan perkembangan sektor industri merupakan potensi
peningkatan PAD serta peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan wilayah. Dalam konteks tersebut, pemerintah daerah tidak
hanya dituntut untuk dapat menciptakan iklim bagi kelangsungan dunia usaha, tetapi juga menciptakan ketentuan hukum yang dapat memayungi program
kemitraan antara pemerintah daerah, industri dan masyarakat sehingga dampak positif dari keberadaan perusahaan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar,
8
diantaranya melalui pesatnya pembangunan wilayah dimana perusahaan beroperasi.
Jika dilihat dari sisi negative social forces maka keberadaan CHV juga dapat memberikan dampak yang besar terhadap degradasi dan kerusakan
lingkungan yang terjadi, juga berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai budaya lokal
masyarakat sekitar lokasi pertambangan. Dampak negatif secara sosial yaitu adanya pergeseran nilai sosial dalam
masyarakat sebagai akibat dari adanya interaksi dengan masyarakat luar yang lebih modern seperti misalnya masyarakat menjadi lebih permisif terhadap hal-
hal negatif yang dulu sangat dilarang seperti perjudian, alkoholisme dan pergaulan bebas.
Keberadaan industri pertambangan disamping memberikan dampak terhadap degradasi dan kerusakan lingkungan juga berpotensi untuk tumbuh dan
berkembangnya permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai budaya lokal masyarakat sekitar lokasi pertambangan. Pada umumnya lokasi
industri pertambangan terletak di daerah-daerah terpencil dengan tingkat pendidikan masyarakat yang sangat rendah dan tidak memiliki keahlian skill
tentang industri pertambangan serta jauh dari sentuhan teknologi dan arus informasi
sehingga menyebebkan
masyarakat disekitar
perusahaan pertambangan kurang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut karena tidak mampu bersaing dengan pekerja-pekerja yang berasal dari luar daerah yang lebih memiliki kemampuan skill dan pengalaman
dalam bidang industri pertambangan. Ketidakmampuan masyarakat lokal untuk bersaing dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah akan menimbulkan
kecemburuan sosial. Akumulasi dari persoalan-persoalan diatas pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan beserta pendatang yang akan berujung pada resistensi dan penolakan masyarakat
terhadap keberadaan perusahaan pertambangan di wilayah mereka. Untuk menciptakan perubahan yang konstruktif dan tidak menimbulkan resistensi
masyarakat, diperlukan partisipasi dan inisiatif lokal untuk menciptakan kesesuaian dengan karakteristik lokal .
Peningkatan partisipasi aktif dan inisiatif lokal diperlukan dalam rangka mendekatkan masyarakat dengan sumberdaya sosial ekonomi yang menjadi hak
9
mereka. Masyarakat selayaknya mendapat bagian yang proporsional dari manfaat yang diperoleh dalam pengelolaan sumberdaya alam mereka oleh piha
lain diluar komunitas, memperoleh akses untuk menggali dan mengembangkan potensi sosial ekonominya serta mengelola beragam potensi tersebut untuk
berkembang secara mandiri dan berkelanjuan. Untuk menjembatani ketimpangan-ketimpangan tersebut maka program
pengembangan masyarakat menjadi suatu pilihan untuk meminimalisir dampak negatif dari kegiatan pertambangan dengan strategi pengembangan masyarakat
yang berorientasikan pada upaya reduksi intensitas dampak, strategi netralisasi dampak negatif, strategi remediasi atau kuratif pengobatan.
Salah satu upaya mengatasi dampak negatif tersebut serta untuk menjembatani ketimpangan-ketimpangan yang terjadi, maka CHV melaksanakan
program pengembangan masyarakat community development. Program ini dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan
dan keterampilan
melalui bantuan
teknis, pendampingan usaha atau bantuan modal dari industri yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka didalam penelitian ini penulis merumuskan dan mengkaji:
1. Bagaimana pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak?
2. Apakah terdapat kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap
pengembangan wilayah?.
1.3. Tujuan Penelitian