23
Karena manajer memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang
ditujuan ke arah sasaran. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang secara jelas membawa kita ke arah tujuan yang diinginkan. Pada intinya manajemen
memutuskan apa yang harus dilakukan kemudian melaksanakannya melalui orang-orang. Dari faktor kebijakan dan praktek manajemen ini, sedikitnya
diindentifikasikan menjadi enam variabel yang menyumbang efektivitas yaitu: a penyusunan tujuan strategis, b pencarian dan pemanfaatan sumber
daya, c menciptakan lingkungan prestasi, d proses komunikasi, e kepemimpinan dan pengambilan keputusan dan f inovasi dan adaptasi.
Dari keempat faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yang dinyatakan oleh Steers tersebut dapat dijelaskan secara ringkas bahwa: 1 struktur
yang dibangun dan teknologi yang digunakan dalam organisasi akan sangat berpengaruh terhadap proses dan pencapaian tujuan, 2 organisasi sebagai
organisasi yang terbuka, kelangsungan hidupnya akan sangat tergantung kepada lingkungan sekitarnya baik yang berada di dalam organisasi maupun diluar
organisasi, 3 bahwa manusia sebagai unsur penting dari organisasi memiliki kemampuan, pandangan motivasi dan budaya yang berbeda, dan 4 kebijakan dan
manajemen yang ditetapkan oleh pimpinan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi sangat berpengaruh bagi organisasi dan pencapaian tujuan.
2. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
24
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pendewasaan manusia menjadi manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya
meliputi keseluruhan dimensi kehidupan manusia: fisik, psikis, mentalmoral, spiritual dan religius. Pendidikan dapat berlangsung secara formal di sekolah,
informal di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan dan nonformal dalam keluarga. Pendidikan agama di sekolah sebagai salah satu upaya pendewasaan
manusia pada dimensi spiritual-religius. Adanya pelajaran agama di sekolah di satu pihak sebagai upaya
pemenuhan hakekat manusia sebagai makhluk religius, sekaligus di lain pihak pemenuhan apa yang objektif dari para siswa akan kebutuhan pelayanan hidup
keagamaan. Agama dan hidup beriman merupakan suatu yang objektif menjadi kebutuhan setiap manusia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, Ayat 1 Huruf a, mengamanatkan: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.” Kemudian dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa “Pendidikan agama
25
adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajarankuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan”. Oleh karena itu setiap siswa
sekolah negeri maupun siswa sekolah swasta, berhak mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan agamanya dan harus dipenuhi, maka pemerintah
berkewajiban menyediakanmengangkat tenaga pengajar agama untuk semua siswa sesuai dengan agamanya baik sekolah negeri maupun swasta.
Pelaksanaan pelajaran agama di sekolah selama ini sudah berjalan dan sekolah-sekolah di Indonesia memberlakukanmemasukkan pelajaran agama
dalam kurikulum. Pelajaran Pendidikan Agama merupakan salah satu pelajaran wajib, harus ada dan diterima oleh para siswa. Di Indonesia persekolahan-
persekolahan swasta umum dengan ciri keagamaan tertentu menerapkan pelajaran agama sesuai dengan ciri khas keagamaannya dan Pelajaran Pendidikan Agama
Islam merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama di sekolah. Dimana dalam Depdiknas 2003: 7, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
26
Kemudian dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengembangan Standar Nasional Pendidikan
Agama Islam Pada Sekolah, Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk
sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada
semua jenjang pendidikan”. Menurut Daradjat 1996: 25-26 Pendidikan Agama Islam dipahami
sebagai usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi Muslim.
Majid dan Andayani 2004: 130 mengatakan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Zuharini 2004: 152 menjelaskan Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran
Islam atau suatu upaya, memikir, memutuskan, berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam.
Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri,
27
sehingga dalam menjalankan kehidupan manusia selalu dilandasi dengan ajaran Islam yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai wadah untuk menginternalisasi dan mengembangkan ajaran Islam tersebut dalam kehidupan manusia secara
individu maupun kelompok masyarakat yang lebih luas. Kemudian karena Islam mengkaji dan memandang manusia secara utuh maka pendidikan Islam pun
berupaya untuk mengembangkan potensi manusia secara utuh baik jasmani maupun rohani, sehingga melahirkan Muslim yang kaffah, yaitu seorang muslim
yang mengamalkan ajaran Islam secara utuh sesuai dengan kadar kemampuannya. Dengan demikian jelaslah bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan
kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa berbagai potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu
menjadi khalifah di bumi. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam juga merupakan proses yang ideal untuk mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki oleh manusia yang akan nilai full values sesuai dengan tuntunan atau ajaran Islam sehingga ia mampu menjalani hidupnya sesuai dengan hakikat
kehidupan yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT yang senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya dan pada akhirnya memperoleh kehidupan yang selamat di
dunia dan akhirat.
b. Dasar Hukum Pendidikan Agama Islam