a Respon Pertumbuhan Dan Produksi 32 Genotipe Kedelai Di Tanah Latosol Dramaga Bogor

oleh jumlah biji per tanaman dan ukuran biji. Sulastiningsih 2013 menyebutkan bahwa selain jumlah biji per tanaman, ukuran biji juga menentukan produksi biji. Tidar memiliki jumlah biji per tanaman yang tinggi tetapi memiliki ukuran biji yang kecil. Tabel 20 Peringkat respon pertumbuhan lima genotipe dengan bobot biji per tanaman yang tinggi Manshuu Mashokutou Tanggamus Sansai Tidar Sandek Sieng Umur tanaman fase R1 18 3 1 11 5 Umur tanaman panen 16 12 5 23 3 Tinggi tanaman saat panen 14 10 8 7 9 Jumlah buku saat panen 9 11 2 7 3 Jumlah cabang saat panen 15 10 4 6 2 Jumlah polong per tanaman 10 7 2 1 3 Bobot kering tanaman 11 5 4 14 3 Bobot 100 biji 12 27 14 28 13 Persentase biji penuh 11 12 22 4 28 Jumlah biji per tanaman 8 4 3 1 5 Indek panen 14 20 26 16 31 Keterangan : peringkat 1 menunjukkan bahwa genotipe tersebut memiliki respon pertumbuhan terbaik atau tertinggi dibandingkan genotipe lain pada penelitian ini Genotipe dengan bobot biji per tanaman tertinggi adalah Tanggamus dari Indonesia. Bobot biji per tanaman yang tinggi pada Tanggamus didukung dengan jumlah polong dan jumlah biji yang banyak serta bobot kering tanaman yang tinggi. Manshuu Masshokutou dari China merupakan genotipe dengan respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan empat genotipe lainnya dilihat dari karakter tinggi tanaman yang rendah, jumlah buku, jumlah cabang, dan jumlah polong yang lebih rendah dibanding empat genotipe lainnya, namun genotipe tersebut merupakan genotipe dengan bobot biji per tanaman tertinggi kedua. Bobot biji per tanaman yang tinggi pada genotipe ini dipengaruhi oleh ukuran biji yang besar. Data peringkat respon pertumbuhan menunjukkan bahwa Manshuu Masshokutou merupakan genotipe yang memiliki ukuran biji terbesar dibandingkan dengan empat genotipe yang lain. Data hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa karakter vegetatif yang sangat mempengaruhi hasil biji antara lain yaitu umur tanaman, tinggi tanaman, jumlah buku, dan jumlah cabang. Genotipe dengan umur yang genjah adalah DS24- 2 HT 1 dari Jepang yang memiliki tinggi tanaman rendah serta jumlah buku dan jumlah cabang yang relatif sedikit.Tanbaguro dari Jepang adalah genotipe dengan persentase jumlah biji penuh yang terendah. Persentase jumlah biji penuh mempengaruhi bobot biji per tanaman. Persentase jumlah biji penuh yang rendahpada genotipe ini diduga karena faktor agroklimat. Menurut Sumarno dan Manshuri 2007, perbedaan agroklimat menjadi faktor pembeda produktivitas kedelai di daerah tropis dengan subtropis.