f 32.6 i Respon Pertumbuhan Dan Produksi 32 Genotipe Kedelai Di Tanah Latosol Dramaga Bogor

mempengaruhi bobot biji per tanaman. Menurut Adie dan Krisnawati 2007, semakin kecil ukuran biji maka jumlah polong per tanaman akan semakin banyak. Penelitian Hakim 2012 menyebutkan bahwa genotipe kedelai yang berumur dalam berpotensi mempunyai ukuran biji kecil. Semua genotipe yang memiliki ukuran biji kecil pada penelitian ini merupakan genotipe dengan umur dalam. Beberapa genotipe berbiji besar pada penelitian ini juga tergolong pada tanaman kedelai dengan umur dalam. Hal ini menjelaskan bahwa ukuran biji kedelai tidak hanya dipengaruhi oleh umur tanaman. Suharno 2006 melaporkan bahwa ukuran biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji, seperti kondisi yang kering menyebabkan ukuran biji menjadi lebih kecil.Menurut Hakim 2012, v arietas kedelai yang mempunyai ukuran biji besar pada umumnya lebih disukai oleh petani, dan diperlukan untuk meningkatkan daya saing terhadap kedelai impor yang umumnya berbiji besar. Menurut Darmardjati et al. 2005, kedelai banyak dibutuhkan sebagai bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Kedelai hitam umumnya digunakan sebagai bahan kecap, sedangkan kedelai kuning selain untuk kecap juga dimanfaatkan untuk bahan baku industri tempe, tahu, dan susu. Kedelai untuk olahan industri tersebut umumnya dipanen saat fase R8. Beberapa konsumen juga sering memanen kedelai muda untuk diolah sebagai makanan yang direbus. Menurut Fehr dan Caviness 1977, u kuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji fase R7. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak. Data umur tanaman fase R6 biji penuh diperlukan untuk digunakan sebagai acuan untuk panen kedelai muda. Indek panen Indek panen adalah proporsi dari total biomasa untuk sesuatu yang dapat dipanen pada tanaman Dekker 1995. Pada penelitian ini indek panen dihitung berdasarkan rasio perbandingan antara bobot biji dengan bobot biomasa tanaman. Data nilai tengah indek panen dari 32 genotipe yang diuji pada penelitian ini disajikan pada Tabel 19. Data hasil menunjukkan bahwa nilai indek panen berkisar antara 0.18-0.59. Genotipe nomor 4 yaitu UA4805 dari Amerika Serikat merupakan genotipe dengan indek panen tertinggi. Genotipe dengan indek panen terendah adalah Miss 33 Dixi dari Filipina. Indek panen yang tinggi ditandai dengan jumlah polong yang banyak, ukuran biji besar, dan bobot biji per tanaman tinggi Hakim 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UA4805 bukan merupakan genotipe dengan jumlah polong banyak, ukuran biji yang besar, dan bobot biji per tanaman yang tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi indek panen suatu tanaman. Menurut Soedradjad dan Avivi 2005, indek panen merupakan salah satu komponen hasil yang dipengaruhi oleh lingkungan dan dibatasi oleh faktor karakter genetik kultivar. Faktor genetik diduga merupakan faktor yang paling menentukan indek panen pada penelitian ini. Tabel 19 Nilai tengah indek panen dari 32 genotipe yang diuji Nama genotipe NKL Indek panen a Nama genotipe NKL Indek panen a UA4805 4

0.59 a

Merapi 18 0.45 bcdefghi Tachinagaha 5 0.54 ab Akisengoku 32 0.44 cdefghijk DS34-3 11 0.52 abc SC-1-8 23 0.42 defghijkl DS25-1 12 0.52 abc Tanggamus 19 0.42 efghijkl DS24-2 20 0.51 abcd Wilis 25 0.41 fghijkl PI416937 2 0.51 abcde SJ4 26 0.41 fghijkl DS65-4 13 0.50 abcdef Tegineneng 27 0.41 fghijkl M150-7B-41-10 16 0.50 abcdef Dering 1 10 0.40 ghijkl M100-47-52-13 15 0.50 abcdef U 1290-i 9 0.38 hijkl Himeshirazu 31 0.50 abcdef San Sai 21 0.37 ijklm Ichiguuhou 7 0.49 bcdefg EC 112828 29 0.36 jklm Enrei 1 0.49 bcdefg M 652 17 0.35 klm 317 Ringgit 24 0.48 bcdefg N 2491 14 0.35 lm Manshuu M. 6 0.47 bcdefgh Tanbaguro 3 0.34 lm Fukuyutaka 8 0.47 bcdefghi Sandek S. 28 0.29 m Tidar 22 0.46 bcdefghi Miss 33 Dixi 30

0.18 n

a angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada peubah yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji selang berganda Duncan, NKL = nomor kode lapang, data diurutkan dari indek panen tertinggi hingga terendah. Analisis Korelasi dan Regrasi Antarkarakter Uji korelasi merupakan pengujian untuk mengetahui derajat keeratan hubungan satu peubah dengan peubah lainnya. Menurut Gomez dan Gomez 2007, nilai korelasi berada pada selang -1 sampai 1, apabila nilai r mendekati -1 atau 1 maka kedua peubah tersebut memiliki hubungan yang negatif maupun positif yang sangat kuat. Nilai korelasi positif maupun negatif berada pada taraf sangat nyata P 0.01, taraf nyata 0.01 P 0.05 maupun taraf tidak nyata P 0.05. Data hasil analisis korelasi antarkarakter genotipe yang diuji pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Data analisis korelasi menunjukkan bahwa bobot kering tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hal ini mengidikasikan bahwa tanaman yang memiliki bobot kering tanaman yang berat cenderung memiliki jumlah polong dan jumlah biji yang banyak, ukuran biji besar, dan bobot biji per tanaman yang berat. Bobot kering tanaman berpengaruh negatif sangat nyata dengan persentase jumlah biji penuh. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar bobot kering tanaman tanaman kedelai, maka persentase jumlah biji penuh tanaman tersebut semakin rendah. Jumlah polong per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot 100 biji, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman, serta berpengaruh negatif sangat nyata dengan indek panen. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman yang memiliki jumlah polong banyak cenderung memiliki hasil yang tinggi, namun memiliki indek panen yang rendah. Bobot 100 biji berpengaruh positif sangat nyata dengan jumlah biji per tanaman dan berkorelasi negatif dengan bobot biji per