0.19 Respon Pertumbuhan Dan Produksi 32 Genotipe Kedelai Di Tanah Latosol Dramaga Bogor
polong terendah paling tinggi dan genotipe nomor 31 yaitu Himeshirazu dari Jepang memiliki tinggi polong terendah paling rendah. Data tinggi tanaman
menunjukkan bahwa Miss 33 Dixi adalah genotipe dengan tinggi tanaman paling tinggi dan Himeshirazu adalah genotipe dengan tinggi tanaman paling rendah. Hal
ini menjelaskan bahwa tanaman yang tinggi juga memiliki tinggi polong yang tinggi, sebaliknya tanaman yang pendek memiliki tinggi polong yang pendek juga.
Jumlah Buku per Tanaman
Jumlah buku tanaman kedelai yang diuji pada penelitian ini sangat beragam, yaitu berkisar antara 15 sampai 110 pada akhir pertumbuhan. Data hasil
pengamatan jumlah buku ditunjukkan oleh Tabel 9. Data hasil pengamatan jumlah buku menjelaskan bahwa Tachinagaha adalah genotipe dengan jumlah buku yang
terendah hingga masa pengisian polong dan Enrei adalah genotipe dengan jumlah buku terendah saat panen. Genotipe nomor 17 yaitu M625 dari India adalah
genotipe yang memiliki jumlah buku tertinggi pada semua fase pertumbuhan.
Tachinagaha tergolong dalam tanaman yang memiliki tinggi tanaman yang rendah yaitu 30.5 cm saat panen. Genotipe M625 merupakan genotipe yang
tergolong pada tanaman kedelai dengan tinggi tanaman sedang yaitu 63.4 cm saat panen. Hal ini berbeda dengan pernyataan Rusiva 2012 yang menyatakan bahwa
tanaman kedelai yang memiliki tinggi tanaman tinggi cenderung memiliki jumlah buku yang banyak. Menurut Somaatmadja 1985, tinggi tanaman kedelai yang
cukup adalah 75 cm, karena jika lebih dari itu maka jumlah buku tidak begitu bertambah akibat panjang ruas antar buku yang semakin meningkat pada ujung
batang.
Jumlah buku genotipe Tachinagaha pada fase R1 dan panen adalah 8 dan 17, jumlah buku genotipe Enrei pada fase R1 dan panen adalah 10 dan 15. Genotipe
dengan jumlah buku tertinggi memiliki jumlah buku 36 pada fase R1 dan 110 pada saat panen. Menurut Butar Butar 2014, jumlah buku Genotipe Enrei,
Tachinagaha, dan M625 berturut-turut adalah 11, 9, dan 67 pada fase R1, serta 17, 17, dan 72 pada fase R8. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antar
hasil pengamatan jumlah buku pada genotipe M625. Hal ini diduga disebabkan karena perbedaan waktu tanam yang menyebabkan perbedaan intensitas penyinaran
matahari. Menurut Sumarno dan Manshuri 2007, intensitas penyinaran yang kurang dilaporkan dapat menekan pertumbuhan, mengurangi jumlah cabang,
jumlah buku, dan jumlah polong. Ditinjau dari kelimpahan penyinaran matahari, tanaman kedelai lebih optimal ditanam di Indonesia pada akhir musim hujan
Maret-April atau musim kemarau Juli-Agustus jika air tersedia. Percobaan ini dimulai pada bulan Maret, sedangkan percobaan Butar Butar 2014 dimulai pada
bulan Februari.
Jumlah Cabang per Tanaman
Jumlah cabang tanaman kedelai yang diuji pada penelitian ini sangat beragam, yaitu berkisar antara 1 sampai 7 pada fase berbunga dan 3 sampai 16 pada
akhir pertumbuhan. Data hasil pengamatan jumlah cabang yang ditunjukkan oleh