a 48.4 ab a a m

mempengaruhi bobot biji per tanaman. Menurut Adie dan Krisnawati 2007, semakin kecil ukuran biji maka jumlah polong per tanaman akan semakin banyak. Penelitian Hakim 2012 menyebutkan bahwa genotipe kedelai yang berumur dalam berpotensi mempunyai ukuran biji kecil. Semua genotipe yang memiliki ukuran biji kecil pada penelitian ini merupakan genotipe dengan umur dalam. Beberapa genotipe berbiji besar pada penelitian ini juga tergolong pada tanaman kedelai dengan umur dalam. Hal ini menjelaskan bahwa ukuran biji kedelai tidak hanya dipengaruhi oleh umur tanaman. Suharno 2006 melaporkan bahwa ukuran biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji, seperti kondisi yang kering menyebabkan ukuran biji menjadi lebih kecil.Menurut Hakim 2012, v arietas kedelai yang mempunyai ukuran biji besar pada umumnya lebih disukai oleh petani, dan diperlukan untuk meningkatkan daya saing terhadap kedelai impor yang umumnya berbiji besar. Menurut Darmardjati et al. 2005, kedelai banyak dibutuhkan sebagai bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Kedelai hitam umumnya digunakan sebagai bahan kecap, sedangkan kedelai kuning selain untuk kecap juga dimanfaatkan untuk bahan baku industri tempe, tahu, dan susu. Kedelai untuk olahan industri tersebut umumnya dipanen saat fase R8. Beberapa konsumen juga sering memanen kedelai muda untuk diolah sebagai makanan yang direbus. Menurut Fehr dan Caviness 1977, u kuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji fase R7. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak. Data umur tanaman fase R6 biji penuh diperlukan untuk digunakan sebagai acuan untuk panen kedelai muda. Indek panen Indek panen adalah proporsi dari total biomasa untuk sesuatu yang dapat dipanen pada tanaman Dekker 1995. Pada penelitian ini indek panen dihitung berdasarkan rasio perbandingan antara bobot biji dengan bobot biomasa tanaman. Data nilai tengah indek panen dari 32 genotipe yang diuji pada penelitian ini disajikan pada Tabel 19. Data hasil menunjukkan bahwa nilai indek panen berkisar antara 0.18-0.59. Genotipe nomor 4 yaitu UA4805 dari Amerika Serikat merupakan genotipe dengan indek panen tertinggi. Genotipe dengan indek panen terendah adalah Miss 33 Dixi dari Filipina. Indek panen yang tinggi ditandai dengan jumlah polong yang banyak, ukuran biji besar, dan bobot biji per tanaman tinggi Hakim 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UA4805 bukan merupakan genotipe dengan jumlah polong banyak, ukuran biji yang besar, dan bobot biji per tanaman yang tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi indek panen suatu tanaman. Menurut Soedradjad dan Avivi 2005, indek panen merupakan salah satu komponen hasil yang dipengaruhi oleh lingkungan dan dibatasi oleh faktor karakter genetik kultivar. Faktor genetik diduga merupakan faktor yang paling menentukan indek panen pada penelitian ini.