Kitosan mempunyai bentuk kristal rombik dengan struktur saling silang antar bentuk alfa, beta dan gamma, membentuk suatu matriks sebagai resin
sehingga cocok untuk digunakan sebagai absorben. Kitosan mampu mengikat logam berat karena kitosan polielektrolit bermuatan negatif sedangkan logam
bermuatan positif. Kitosan bersifat polikatonik karena dapat mengikat lemak dan logam berat pencemar. Kitosan memiliki gugus amina yaitu unsur N yang sangat
reaktif dan bersifat basa. Pada penelitian ini kitosan dimanfaatkan sebagai absorban untuk memurnikan karagenan Rumapea 2009. Logam Cu dan Zn pada
asal bibit Kota Baru dan pulau Karimun mendapat nilai yang berbeda. Logam berat pada karagenan disebabkan oleh pencemaran air yang berasal dari perairan.
Beberapa logam berat yang sering di jumpai pada perairan antara lain Timbal Pb, Merkuri Hg, Seng Zn dan Tembaga Cu dalam bentuk senyawa toksik.
4.6. Produksi Karagenan
Sebelum tahun 90-an rumput laut masih diekspor dalam bentuk kering, akan tetapi saat ini telah diekspor bentuk hasil olahan misalnya karagenan setengah jadi
yang dikenal dengan semi-refined karagenan SRC dan kappa refined-karagenan SC. Kappa dan iota adalah dua tipe karagenan yang berhasil dibudidayakan
sebagai bahan untuk membuat karagenan SRC dan RC. Produsen karagenan di dalam negeri lebih banyak memproduksi SRC food grade dibanding RC karena
memiliki harga cukup tinggi. Produksi karagenan kini telah banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa
daerah terbukti telah mencoba memproduksi karagenan dari rumput laut kering. Beberapa PT dan CV dalam negeri yang melakukan kegiatan industri karagenan
yaitu PT Bantimurung Indah, CV Cahaya Cemerlang, PT Giwang Citra Laut di Sulawesi; PT Centram, PT Surya Indo Algas, PT Algalindo, PT Seamatec, PT
Amarta Carrageenan di Surabaya, PT Khalis di Madura, PT Phoenix Mas di Mataram; PT Michelindo di Jawa Tengah, PT Galic Artha Bahari di Bekasi, PT
Gumindo Perkasa Indonesia PT Lautan Luas di Banten, PT Indoking Aneka Agar-agar di Medan. Produk karagenan yang diproduksi dalam bentuk SRC chips
dan powder dimanfaatkan sebagai food dan non-food grade. Karagenan yang berasal dari rumput laut asal bibit Kota Baru dan pulau
Karimun menghasilkan tepung berwarna agak kecoklatan dan proses pengolahan
karagenan dilakukan pada skala laboratorium. Sebelum masuk ke skala besar diperlukan perincian biaya produksi dalam skala laboratorium. Karagenan yang
berkembang sekarang ini menggunakan proses perlakuan dengan alkali untuk memperoleh bentuk gel yang lebih baik dari karagenan. Penambahan alkali ini
umum digunakan di industri pembuatan karagenan sebagai nilai tambah dari karagenan. Kalium hidroksida merupakan bahan alkali yang umum digunakan
pada proses pembuatan karagenan. Akan tetapi pada penelitian ini bahan alkali diganti dengan kitosan. Kitosan merupakan bahan alami yang berasal dari kulit
udang dan kepiting sehingga aman untuk dikonsumsi dan menekan penggunaan bahan kimia pada pengolahan karagenan. Biaya poduksi karagenan sebagai bahan
pemurni dapat dilihat pada Lampiran 3.