13 Tabel 5 Karakteristik awal air limbah domestik
No Parameter
Satuan Hasil Uji
Metode 1
Total Suspended Solid TSS
mg L
-1
78 SNI 06-6989. 3:2004
2 pH
- 7,81
SNI 06 - 6989. 11- 2004 3
Biochemical Oxygen Demand BOD
mg L
-1
506 SNI 06-2503-1991
4 Chemical Oxygen
Demand COD mg L
-1
920 SNI 06 - 6989. 15-2004
5 Total Fosfor TP
mg L
-1
0,0570 SNI 06-6989. 31:2005
6 Total Nitrogen TN mg L
-1
8,450 SNI 2004:06-6989. 31-2004
Sumber : Hasil analisis laboratorium
Berdasarkan Tabel 5 diatas diketahui bahwa kondisi pH pada awal penelitian sebesar 7.81. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi pH pada air
limbah domestik masih dibawah ambang batas maksimum yang ditentukan. Kondisi pH yang cenderung basa dapat diakibatkan karena adanya sumber air
limbah itu sendiri. Karena kandungan dalam air limbah tersebut sebagian besar berasal dari buangan dapur dan kamar mandi, termasuk didalamnya detergen dan
sabun maupun shampoo, maka hal ini berpengaruh pada tingginya nilai pH dalam limbah cair yang masuk ke dalam reaktor. Berdasarkan lampiran Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik diketahui bahwa kandungan BOD sebelum penelitian sudah
jauh melebihi batas maksimum yang ditoleransi dalam air limbah domestik, karena itu perlu adanya pengolahan air limbah untuk mengurangi kadar BOD
dalam air limbah sebelum dibuang ke perairan.
3.2 Efektivitas Lahan Basah Buatan Sistem Aliran Bawah Permukaan
Efektivitas lahan basah buatan dapat dilihat dari kemampuan teknologi tersebut dalam menurunkan konsentrasi bahan pencemar dalam air limbah
domestik. Penurunan bahan pencemar dalam air limbah domestik berkaitan dengan penurunan konsentrasi parameter yang diukur dalam penelitian ini
meliputi COD, BOD dan TSS serta kondisi pH selama penelitian.
3.2.1 Chemical Oxygen Demand COD Nilai COD dalam air limbah menunjukkan besarnya oksigen total yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah secara kimia, sehingga zat-zat organik yang teroksidasi tidak hanya yang bersifat
biodegradable atau mudah terurai secara biologis namun juga yang bersifat non- biodegradable atau sulit terurai secara biologis Supradata 2005. Berdasarkan
karakteristik awal air limbah domestik Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai COD pada air limbah domestik sebelum mengalami pengolahan adalah sebesar 920 mg
L
-1
. Secara keseluruhan, nilai COD pada semua perlakuan menurun selama penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan sistem aliran
bawah permukaan berhasil mengolah air limbah domestik yang ada. Penurunan COD pada hari ke-2 adalah sebesar 27-40, hari ke-14 sebesar 82-92, hari ke-
14 28 sebesar 82-93 dan hari ke-42 sebesar 64-69. Berikut adalah tabel nilai
COD selama penelitian Tabel 6.
Tabel 6 Nilai COD selama penelitian Perlakuan
Nilai COD mg L
-1
Inlet Hari ke-0
Outlet Hari ke-2
Outlet Hari ke-14
Outlet Hari ke-28
Outlet Hari ke-42
K1B1 920
640.8 120
160.56 280
A1B1 920
616.81 72
56.05 276.11
A2B1 920
640.23 78
67.45 328.67
K2B2 920
670 104
138 310.3
A1B2 920
544.91 74.66
62.96 292.76
A2B2 920
620.68 162.66
133.51 310.88
Keterangan : K1B1 : Kontrol dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 : C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1 : H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
K2B2 : Kontrol dengan debit air limbah 30L d
-1
A1B2 : C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A2B2 : H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d
-1
Berdasarkan analisis ragam terhadap nilai COD pada hari ke-2 diketahui bahwa secara umum, perlakuan penggunaan jenis tanaman atau debit air limbah
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dilihat dari nilai F-hit P F-tabel 1 Lampiran 1. Hasil uji lanjut Tukey BNJ 5 terhadap nilai COD pada masing-
masing perlakuan pada hari ke-2 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji lanjut Tukey nilai COD pada hari ke-2
Perlakuan Rata-rata mg L
-1
C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 616.81b
C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 544.91a
H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1 640.23b
H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d
-1
A2B2 620.68b
Tukey 5 52.96
Keterangan : Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
pengaruhnya menurut Tukey 5.
Dari hasil pengujian diatas, dapat diketahui bahwa perlakuan menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 berbeda secara nyata dengan perlakuan C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1, H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1, dan H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d
-1
A2B2. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penurunan polutan terjadi pada semua perlakuan, namun hanya perlakuan
menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 yang berbeda nyata menurut uji lanjut Tukey BNJ 5.
Tabel 6 juga menunjukkan bahwa penurunan paling signifikan terjadi pada hari ke-14. Tingginya penurunan polutan pada hari ke-14 terutama pada perlakuan
menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 dengan nilai COD sebesar 72 mg L
-1
. Hal ini menunjukkan bahwa proses bioremediasi
15 dalam teknologi lahan basah buatan berjalan dengan baik. Selain itu, penurunan
polutan pada reaktor kontrol menunjukkan terjadinya proses filtrasi yang dilakukan oleh media yaitu pasir.
Supradata 2005 menyatakan bahwa media berperan dalam membantu terjadinya proses sedimentasi serta membantu penyerapan adsorbsi bau dari gas
hasil biodegradasi, serta tempat berkembangbiaknya mikroorganisme. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa pada reaktor kontrol dimana didalamnya tidak
terdapat tanaman masih mampu menurunkan polutan dalam air limbah domestik. Proses yang terjadi pada reaktor kontrol berupa reaksi fisik oleh adanya media
pasir yang terdapat pada kedua reaktor baik pada kontrol dengan debit air limbah 15 L d
-1
K1B1 maupun pada kontrol dengan debit air limbah 30 L d
-1
K2B2. Analisis sidik ragam nilai COD pada hari ke-14 menunjukkan bahwa
perlakuan menggunakan tanaman dan debit air limbah berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan polutan Lampiran 1. Berikut hasil uji lanjut Tukey yang
dilakukan untuk menentukan perbedaan pengaruh antar perlakuan.
Tabel 8 Hasil uji lanjut Tukey nilai COD pada hari ke-14 Perlakuan
Rata-rata mg L
-1
C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 72.00 a
C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 74.66 ab
H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1 78.00 abc
H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d
-1
A2B2 162.66d
BNJ 5 57.16
Keterangan : Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
pengaruhnya menurut BNJ 5.
Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui bahwa perlakuan menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan menggunakan C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 dan perlakuan menggunakan H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1 dalam menurunkan polutan dalam limbah domestik. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan tanaman H. psittacorum dengan
debit air limbah 30 L d
-1
A2B2 berbeda dengan ketiga perlakuan lainnya. Perbedaan ini karena adanya perolehan nilai COD pada reaktor A2B2 yang
tertinggi 162.66 mg L
-1
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Analisis sidik ragam nilai COD pada hari ke-28 menunjukkan bahwa
perlakuan penggunaan jenis tanaman dan debit air limbah menunjukkan pengaruh yang sangat nyata p0.01 Lampiran 1. Dengan kata lain baik tanaman maupun
debit air limbah, kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap nilai COD pada air limbah. Hasil uji lanjut Tukey terhadap nilai COD pada hari ke-28 disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 15 L d
-1
A1B1 menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan perlakuan menggunakan C. indica dengan debit air limbah 30 L d
-1
A1B2 dan perlakuan menggunakan H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d
-1
A2B1. Dengan kata lain, meskipun berdasarkan rata-rata nilai COD perlakuan A1B1 paling kecil, namun secara statistik nilai tersebut tidak berbeda
nyata dengan perlakuan A1B2 dan A2B1. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh