Kecukupan Luasan Area Lahan Basah Buatan

35 C i : Konsentrasi polutan pada influent mg L -1 Co : Konsentrasi polutan pada effluent mg L -1 d : Kedalaman air pada lahan basah buatan m K T : Konstanta pada temperatur pada lahan basah buatan per hari C nv : Porositas media Untuk mencari K T menggunakan persamaan sebagai berikut : 20 20 w T T K K Keterangan : K T : Konstanta laju temperatur air pada lahan basah buatan d -1 K 20 : Konstanta laju pada 20 C temperatur referensi Tw : Temperatur lahan basah buatan : Konstanta koefisien temperatur 20 C Nilai konstanta hukum kinetik pertama pada 20 C dan koefisien temperatur tergantung pada penurunan polutan. Adapun nilai tersebut ditunjukkan pada Tabel 2. Adapun hasil perhitungan estimasi lahan basah buatan pada masing-masing perlakuan pada hari ke-14 adalah sebagai berikut : C. indica dengan debit air limbah 15 L d -1 A1B1 Diketahui : Q = 0.01 m 3 d -1 Ci = 506 mg L -1 Co = 18.3 mg L -1 d = 0.26 m nv = 0.25 Tw = 26 C Dihitung : A Jawab : Kr = 0.67 qr = 1.06 K T = 0.96 A = 1.56 m 2 t = 3.45 d C. indica dengan debit air limbah 30 L d -1 A1B2 Diketahui : Q = 0.01 m 3 d -1 Ci = 506 mg L -1 Co = 18.63 mg L -1 d = 0.26 m nv = 0.25 Tw = 26 C Dihitung : A Jawab : Kr = 0.67 qr = 1.06 K T = 0.96 A = 1.55 m 2 36 t = 3.43 d H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d -1 A2B1 Diketahui : Q = 0.03 m 3 d -1 Ci = 506 mg L -1 Co = 4.2 mg L -1 d = 0.26 m nv = 0.25 Tw = 26 C Dihitung : A Jawab : Kr = 0.67 qr = 1.06 K T = 0.96 A = 2.25 m 2 t = 4.98 d H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d -1 A2B2 Diketahui : Q = 0.03 m 3 d -1 Ci = 506 mg L -1 Co = 18.42 mg L -1 d = 0.26 m nv = 0.25 Tw = 26 C Dihitung : A Jawab : Kr = 0.67 qr = 1.06 K T = 0.96 A = 1.55 m 2 t = 3.44 d Berdasarkan hasil perhitungan estimasi kecukupan luas area lahan buatan menggunakan sistem aliran bawah permukaan maka dapat diketahui bahwa pada hari ke-14 dengan beban cemaran BOD sebesar 506 mg L -1 pada inlet, pada perlakuan menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 15 L d -1 A1B1 dimana kandungan BOD pada outlet sebesar 18.30 mg L -1 , maka diperlukan luas lahan sebesar 1.56 m 2 dengan waktu detensi 3 hari. Pada perlakuan menggunakan tanaman C. indica dengan debit air limbah 30 L d -1 A1B2, dengan jumlah kandungan BOD pada outlet sebesar 18.63 mg L -1 diperlukan luas lahan sebesar 1.56 m 2 dengan waktu detensi 3 hari. Pada perlakuan menggunakan tanaman H. psittacorum dengan debit air limbah 15 L d -1 A2B1 dengan jumlah kandungan BOD pada outlet sebesar 4.20 mg L -1 maka diperlukan luas lahan sebesar 2.25 m 2 dengan waktu detensi 5 hari dan pada perlakuan menggunakan tanaman H. psittacorum dengan debit air limbah 30 L d -1 A2B2 dengan kandungan BOD pada outlet sebesar 18.42 mg L -1 maka diperlukan luas lahan sebesar 1.55 m 2 dengan waktu detensi 3 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar nilai BOD yang terdapat dalam air limbah, maka diperlukan luas area lahan basah buatan yang lebih besar untuk mengolah air limbah serta waktu detensi yang lebih lama. 37 Berdasarkan hasil uji pendahuluan nilai debit air limbah harian dari rumah tinggal dengan rata-rata penghuni sebanyak 4 orang adalah sebesar 0.45 m 3 d -1 atau sejumlah 450 L d -1 . Dengan kata lain, debit air limbah harian per-orang di area penelitian adalah sebesar 112.5 L d -1 . Berdasarkan nilai tersebut jika disimulasikan dengan persamaan yang ada untuk kecukupan luasan area lahan basah buatan skala rumah tangga dengan debit air limbah pada inlet 506 mg L -1 dan nilai BOD pada outlet sebesar 4.2 mg L -1 maka dibutuhkan luas lahan sebesar 8.27 m 2 dan waktu retensi kurang lebih 5 hari. Supradata 2005 menyatakan bahwa tingkat permeabilitas dan konduktivitas hidrolis media sangat berpengaruh terhadap waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang cukup akan memberikan kesempatan kontak antara mikroorganisme dengan air limbah. Hidayah dan Aditya 2010 menyatakan bahwa efisiensi penyisihan kandungan air limbah bergantung pada konsentrasi dan lamanya waktu penahanan air limbah dalam lahan basah, selain itu ketersediaan oksigen menjadi faktor yang penting dalam proses biologis pada pengolahan limbah. Jika oksigen di sekitar akar tercukupi maka keberadaan mikroorganisme yang berperan dalam menguraikan limbah juga semakin besar. Khiatuddin 2003 menyatakan bahwa penurunan kandungan BOD dalam proses lahan basah buatan sangat membutuhkan ketersediaan oksigen yang cukup yang nantinya melewati sela-sela tanah dan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme di sekitar akar tanaman untuk menguraikan bahan organik dalam air limbah. 38 4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lahan basah buatan dengan sistem aliran bawah permukaan terbukti mampu menurunkan konsentrasi parameter COD, BOD, dan TSS pada limbah cair domestik dengan baik dimana pada akhir penelitian konsentrasi bahan pencemar sudah berada dibawah kadar maksimum yang ditetapkan. 2. Agen biologis C. indica dan H. psittacorum memberikan kontribusi positif dalam lahan basah buatan dengan sistem aliran bawah permukaan maksimal sebesar 13.59 untuk C. indica dan 10.12 untuk H. psittacorum pada penyisihan COD; 4.92 untuk C. indica dan 1.93 untuk H. psittacorum pada penyisihan BOD; dan 11.47 untuk C. indica dan 6.71 untuk H. psittacorum pada penyisihan TSS. 3. Berdasarkan analisis kecukupan luas area lahan basah buatan untuk pengolahan limbah cair domestik, semakin besar total BOD yang terkandung dalam air limbah, maka diperlukan luas area lahan basah buatan yang semakin besar pula.

4.2 Saran

Teknologi lahan basah buatan dengan sistem aliran bawah permukaan menunjukkan hasil yang baik dalam menurunkan polutan pada limbah cair domestik, namun perlu dicari agen biologis lain yang lebih sesuai atau potensial dalam menurunkan bahan pencemar agar pengolahan limbah domestik lebih maksimal di masa yang akan datang. 39 DAFTAR REFERENSI Abdulgani H, Izzati M, Sudarno. 2013. Pengolahan limbah cair industri kerupuk dengan sistem subsurface flow constructed wetland menggunakan tanaman Typha angustifolia. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan; 2013 Agt 27; Semarang, Indonesia. Semarang ID: 482-488. Agustika T, Karnaningroem N, Moesriati A. 2013. Studi efisiensi sistem prasedimentasi dan subsurface flow wetland dalam menurunkan kadar kekeruhan, zat Organik, nitrat, fosfat, dan total coli. Jurnal Teknik Pomits. 23: D-207-213. Aiyuk S, Odonkor P, Theko N, Van Handeel A, Verstraete W. 2010. Technical problems ensuing from uasb reactor application in domestic wastewater treatment without pre-treatment. International Journal of Environmental Science and Development. 15: 392-398. Al-Snafi AE. 2015. Bioactive components and pharmacological effects of Canna indica- an overview. International Journal of Pharmacology and Toxicology. 52: 71-75. Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor [ID]: IPB Pr. [APHA] American Public Health Association. 1998. Standard methods for the examination of water and wastewater. 20th Ed. Washington US: APHA. Bachheti RK, Rawat GS, Joshi A, Pandey DP. 2013. Phytochemical investigation of aerial parts of Canna indica collected from Uttarakhand India. International Journal of PharmTech Research. 52: 294-300. Boyd CE. 1990. Water quality in pond for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat per Provinsi [Internet]. [diunduh 2014 Mei 27]. Tersedia pada: http:www.bps.go.id65tahunSP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf. Brix H, Koottatep T, Laugesen CH. 2007. Wastewater treatment in tsunami affected areas of Thailand by constructed wetlands. Water Sci. Technol. 563: 69-74. de Cruz DD, Mello MAR, Sluys MV. 2006. Phenology and floral visitors of two sympatric Heliconia species in the Brazilian Atlantic forest. Flora. 201: 519-527. Ebrahimi A, Taheri E, Ehrampoush MH, Nasiri S, Jalali F, Soltani R, Fatehizadeh A. 2013. Efficiency of constructed wetland vegetated with Cyperus alternifolius applied for municipal wastewater treatment. Journal of Environmental and Public Health. Article ID 815962, 5 pages. 40 Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Eriksson E, Auffarth K, Henze M, Ledin A. 2002. Characteristics of grey wastewater. Urban Water. 4: 85-104. Francis P. 1984. Plants as human adornment in India. Economic Botani. 382: 194-209. Haberl R, Langergraber H. 2002. Constructed wetlands : a chance to solve wastewater problems in developing countries. Wat. Sci. Technol. 40:11- 17. Halverson NV. 2004. Review oc constructed subsurface flow vs. surface flow wetlands. U.S. Department of Energy, Springfield, USA. Hidayah EN, Aditia W. 2010. Potensi dan pengaruh tanaman pada pengolahan air limbah domestik dengan sistem constructed wetland. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 22: 11-18. [KemenLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Jakarta ID: KemenLH. Khiatuddin M. 2003. Melestarikan sumberdaya air dengan teknologi rawa buatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Konnerup D, Koottatep T, Brix H. 2009. Treatment of domestic wastewater in tropical, subsurface flow constructed wetland planted with Canna and Heliconia. Ecological Engineering. 35: 248-257. Kurniadie D, Kunze C. 2000. Constructed wetlands to treat house wastewater in Bandung, Indonesia. Journal of Applied Botany. 741-2: 87-91. Kusumastuti I, Istirokhatun T, Zaman B. 2015. Pengaruh jumlah tumbuhan Typha angustifolia dan ukuran media pasir yang berbeda terhadap penyisihan BOD dan COD dalam lindi dengan Sub Surface Flow Constructed Wetland. Jurnal Teknik Lingkungan. 41: 1-9. Lestianingrum NRE. 2014. Kajian lingkungan dalam pengelolaan sampah pemukiman dengan konsep zero waste di UPS Bumdes Kabupaten Cirebon. [Tesis]. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Lewis DJ, Tate KW, Dahlgren RA, Newell J. 2002. Turbidity and Total Suspended Solid Concentration Dynamics in Streamflow from California Oak Woodland Watersheds. USDA Forest Service Gen. Tech. Rep. PSW- GTR-184. Metcalf dan Eddy. 1991. Waste water engineering. Mc Graw Hill International Edition Civil Engineering Series. New York. Mishra S, Yadav A, Singh SK. 2013. A review of Canna indica Linn : Pharmacognostic and pharmacological profile. Journal of Harmonized Research in Pharmacy. 22 : 131-144.