21
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Tangerang Selatan Tangseldibentuk dengan dasar hukum UU No. 322007, tanggal 29 Oktober 2008, meliputi Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok
Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan DKI Jaya dan Kota Depok Jawa Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Depok dan Kabupaten Bogor Jawa Barat, sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan meliputi
luas wilayah 210,49 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 966 ribu, dengan kepadatan penduduk mencapai 4.589 jiwa per km².
Kecamatan Pondok Aren merupakan sentra pengembangan kawasan pemukiman dan bisnis. Di Pondok Aren misalnya telah berkembang pemukiman Bintaro Jaya dengan berbagai
kelengkapan infrastruktur perkotaannya. Selain itu di beberapa kelurahan seperti Parigi, Pondok Pucung dan Jurangmangu Barat saat ini berkembang industri rumah tangga untuk
komoditi sepatu, tas dan handuk. Tidak jauh berbeda dengan Kecamatan Serpong, Ciputat dan Pondok Aren, meskipun tidak berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kecamatan
Pamulang pun mengalami pertumbuhan yang pesat, bahkan tingkat kepadatan penduduknya melampaui kawasan lain, saat ini sudah melampaui 8.000 jiwa per km2. Khusus Kecamatan
Cisauk masih banyak memiliki ruang terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut, baik untuk pemukiman, industri atau bisnis agro. Kepadatan penduduk Cisauk masih sekitar 2.000 jiwa
per km2.
a. Letak wilayah
Letak wilayah Puskesmas Pondok Aren terletak di Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang Selatan yang berbatasan dengan :
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug,Tangerang Selatan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug, DKI Jakarta Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan
b. Jarak Wilayah
Jarak Puskesmas Pondok Aren dengan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang Selatan lebih kurang 45 km, sedangkan luas wilayahnya lebih kurang 3037 ha, dengan
ketinggian 35 m dari permukaan laut dan dengan curah hujan rata-rata 35 mbulan.
22
c. Jumlah Kelurahan
Jumlah kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren terdiri dari 11 Kelurahan, 115 RW dan 721 RT.
d. Sarana Kesehatan
o Puskesmas Kecamatan
: 3 buah o
Pos Kesehatan Desa : 0 buah
o Balai Pengobatan Swasta
: 19 buah o
Praktek Dokter Umum Swasta : 59 buah
o Praktek Dokter Gigi Swasta
: 25 buah o
Praktek Dokter Spesialis : 6 buah
o Praktek Bidan Swasta
: 19 buah o
Laboratorium Klinik Swasta : 5 buah
o Optik
: 8 buah o
Apotik : 19 buah
o Rumah Sakit Swasta
: 1 buah o
Rumah Bersalin Swasta : 4 buah
o Pengobatan Tradisional
: 20 buah o
Puskesmas Keliling : 1 buah
5.2 Analisis Univariat
Jumlah sampel yang berhasil terkumpul, diolah dan dianalisis yaitu sebanyak sampel yang terdiri dari bidan desa di kecamatan Pondok Aren.
5.2.1 Gaya Supervisi Table 5.1 Distribusi responden menurut Gaya Supervisi
Gaya Supervisi Jumlah orang
Persentase
Autokrasi Anarki
Demokrasi 2
23 8,0
92,0
Total 25
100,0
Hasil penelitian memperlihatkan hanya 8 atau 2 responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki. Dan 92,0 atau 23 responden yang
23 menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Sedangkan tidak
ada responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi autokrasi.
5.2.2 Kinerja Bidan Table 5.2 Distribusi responden menurut Kinerja Bidan
Kinerja Bidan Jumlah orang
Persentase
Buruk Baik
5 20
20,0 80,0
Total 25
100,0
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 20 atau 5 responden memiliki kinerja buruk sedangkan sebanyak 80 atau 20 responden memiliki kinerja baik.
5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan Desa
Table 5.3 Distribusi responden menurut gaya supervisi dan kinerja bidan Gaya
Supervisi Kinerja Bidan
Total Buruk
Baik N
N N
Autokrasi Anarki
Demokrasi
1 4
50 17,4
1 19
50 82,6
2 23
100 100
Total 5
20 20
80 25
100 Nilai p = 0,367
Pada bidan yang kinerjanya buruk dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki yaitu sebanyak 1 responden atau 50, sedangkan bidan yang kinerjanya
buruk dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi yaitu sebanyak 4 responden atau 17,4 .
Selain itu, pada bidan yang kinerjanya baik dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki yaitu sebanyak 1 responden atau 50, sedangkan bidan
yang kinerjanya baik dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi yaitu sebanyak 19 responden atau 82,6 .
24 Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai pv sebesar 0,367
dimana pada α 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan proporsi bidan yang kinerjanya buruk
antara yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki dengan yang yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Atau ada
pengaruh antara gaya supervise bidan senior dengan kinerja bidan. Dan diperoleh nilai OR sebesar 4,750 artinya gaya supervise anarki mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi
kinerja bidan menjadi buruk sebesar 4,750 kali dibandingkan gaya supervisi demokrasi.
25
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang hanya dapat memperlihatkan hubungan dengan cara mengamati variable
independen dan dependen pada saat yang bersamaan. Sehingga tidak dapat ditentukan hubungan sebab akibat antara keduanya.
Instrument penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh responden. Alat ukur ini memiliki kelemahan pada jawaban responden yang
subjektif dari sudut pandang responden saja. Dan ada responden yang tidak mencantumkan namanya sehingga dihawatirkan timbulnya bias dalam pengolahan data.
6.2 Gambaran Gaya Supervisi
Analisis univariat memperlihatkan hanya 8 atau 2 responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki. Dan 92,0 atau 23 responden yang
menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Sedangkan tidak ada responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi autokrasi.
Persentase ini menunjukkan fakta bahwa Gaya supervisi demokrasi cukup mendominasi karena sesuai untuk pekerjaan yang memerlukan kreativitas, seperti pekerjaan
seorang bidan dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkompenten dan berpengalaman, orang yang diketahui bisa diandalkan dan orang-orang yang bersedia untuk bertanggungjawab
dan mengambil keputusan. Dan selain itu juga Gaya supervisi ini sebagian dipengaruhi oleh kepribadian supervisor, dan sebagian besar dipengaruhi keadaan sekitar, keperluan kerja, dan
kemampuan karyawan. Jika dibandingkan dengan gaya supervisi anarki yang membiarkan mereka melakukan
apa saja yang mereka kehendaki, dengan konsekuensi yang bisa dipredeksi sebelumnya seperti kurangnya koordinasi aktifitas, melainkan tugas-tugas penting, duplikasi serta
kurangnya minat dalam belajar. Maka persentasenya pun hanya 8 dari total jumlah responden. Karena hal tersebut kurang sesuai dengan iklim pekerjaan di puskesmas yang
menuntut banyak koordinasi sosial. Sedangkan untuk gaya supervise autokrasi gaya supervisi ini, seorang supervisor
seolah-olah hanya memberikan perintah. Dan Gaya supervisi ini sering menjadi kurang efisien dan berhasil ketika supervisor berada di tempat yang jauh dan berakibat pada sering